BAYANGKAN di balik gemerlap lampu kota dan lezatnya lumpia, ternyata tanah Semarang menyimpan rahasia dalam bentuk garis retakan panjang yang bukan sembarang goresan nasib. Ini bukan bekas cakar Godzilla atau coretan bekas mantan, melainkan sesar aktif, si biang potensi gempa yang diam-diam mengintai dari balik permukaan.
Cerita ini bermula saat tim ekspedisi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), yang dipimpin para peneliti dari Pusat Riset Kebencanaan Geologi, menyusuri daratan Jawa Tengah seperti tim arkeolog yang sedang mencari jejak masa lalu. Bukan mencari fosil dinosaurus, tapi mereka menemukan sesuatu yang tak kalah mengejutkan jejak sesar aktif di kawasan Semarang, Demak, hingga Kendal.
Seperti detektif geologi, tim ini menemukan pola morfologi mencurigakan, ada perbedaan mencolok antara area utara yang datar dengan bagian selatan yang lebih tinggi. Kayak hubungan cinta beda kasta, yang satu lempeng, yang satu naik turun penuh drama.
Sonny Aribowo, periset bidang paleoseismologi, dengan nada yang tenang tapi bikin jantung deg-degan, bilang, “Sesar di Semarang ini sudah pasti ada dan sudah pasti aktif.”
Duh, kata “aktif” di sini bukan berarti rajin ikut senam pagi, lho, ini aktif dalam arti bisa goyang kapan saja. Batuan dan endapan yang jadi saksi bisu pergerakan bumi kini telah buka suara. Di Demak, mereka menemukan gawir sesar setinggi 1 meter, semacam lereng curam hasil dari satu kejadian gempa masa lalu. Lokasi ini diincar buat survei geolistrik dan LiDAR. Kalau ini jadi konser, Demak kayaknya sudah pesan tiket VIP untuk acara “Goyang Lempeng Dunia.”
Lanjut ke Semarang Kota, jejak sesar malah mangkal di dekat Taman Makam Pahlawan. Gawir setinggi 4 meter ditemukan, tapi karena banyak bangunan dan beton, pelacakan masih lanjut. Pihak BRIN bahkan bilang, kalau sesar ini satu segmen utuh, bisa lebih panjang dari Sesar Lembang! Waduh, ini bukan lomba estafet, tapi kalau panjang-panjangan bikin potensi gempanya ikut melar.
Di Kendal, tepatnya Bendungan Juwero, malah lebih ekstrem jejak sesar setinggi 20 meter nongol di pinggir sungai. Kalau ini bukan bukti pergerakan kerak bumi, terus apalagi? Kayak status mantan yang tiba-tiba aktif lagi bikin trauma lama mengendap keluar ke permukaan.
Ekspedisi ini belum usai, bulan Agustus/September 2025, BRIN akan lanjut dengan metode trenching alias gali-gali cinta eh, salah gali tanah, untuk tahu seberapa sering si sesar ini menggeliat. Mereka juga akan bawa pulang 10 sampel ilmiah dan finalisasi satu draft publikasi. Jadi bukan hanya selfie di lapangan, tapi juga oleh-oleh pengetahuan buat mitigasi bencana.
Tanah Semarang ternyata punya rahasia dalam, dan bukan jenis rahasia yang bisa disembunyikan pakai karpet. Temuan sesar aktif ini jadi alarm keras bukan untuk panik, tapi untuk siaga dan bijak. Pepatah bilang, sedia payung sebelum hujan, tapi di sini, kita mesti sedia helm, rencana tata ruang, dan edukasi sebelum tanah bergoyang.
Karena seperti cinta yang bisa datang tiba-tiba, gempa juga punya caranya sendiri untuk bilang “aku datang.” Maka jangan tunggu patah hati dulu baru sadar pentingnya kesiapan.
Yuk, kenali bumi tempat kita berdiri. Karena kalau bukan kita yang peduli, nanti bumi bisa ngambek tanpa aba-aba.[***]