PENYALURAN Dana Bergulir untuk Koperasi dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional, melalui video conference di Ruang Command Centre diikuti Gubernur Sumsel Herman Deru, kemarin.
Acara tersebut dibuka langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) didampingi oleh Wakil Presiden RI K.H Maruf Amin, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Seskab Pramono Anung, Mensesneg Pratikno, dan Menteri KUKM Teten Masduki.
Presiden RI Joko Widodo mengakui telah memerintahkan Menteri Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah (KUKM), Teten Masduki, agar secepatnya memberikan relaksasi dan restrukturisasi kepada Koperasi serta UKM supaya tidak kena imbas dari pertumbuhan ekonomi dunia yang melambat.
Pernyataan tersebut disampaikan Presiden Jokowi saat memberikan sambutan pada acara Penyaluran Dana Bergulir untuk Koperasi dalam Rangka Pemulihan Ekonomi Nasional, Kamis (23/7), di Istana Negara, Provinsi DKI Jakarta.
Lebih lanjut, Presiden menyampaikan bahwa keadaan krisis ekonomi ini juga terjadi pada 215 negara yang terkena pandemi, sehingga kondisi sekarang ini tidak mudah terutama untuk mengendalikan Covid-19 dan ekonomi agar berjalan beriringan.
”Tiga bulan yang lalu saya telepon pada Managing Director-nya IMF, dia mengatakan kemungkinan tahun ini ekonomi global akan minus 2,5 dari yang sebelumnya 3 sampai 3,5 plus sekarang diperkirakan tahun ini minus 2,5%,” tutur Presiden.
Dua bulan yang lalu, Presiden menelepon Bank Dunia, namun jawaban yang disampaikan berbeda yakni pertumbuhan ekonomi dunia hanya akan minus 5% growth-nya. Namun, Kepala Negara bercerita bahwa dua minggu yang lalu menghubungi Organization for Economic Co-operation and Development (OECD), jawaban yang disampaikan berbeda yakni pertumbuhan ekonomi dunia akan tumbuh minus 6 sampai minus 7,6%.
”Gambaran apa yang ingin saya sampaikan, bahwa setiap bulan selalu berubah-ubah, sangat dinamis, dan posisinya tidak semakin mudah, tetapi semakin sulit. Minus 2,5% ganti sebulan berikutnya minus 5%, satu bulan berikutnya minus sampai minus 7,6%. Gambaran kesulitannya seperti itu,” ujar Presiden.
OECD, menurut Presiden, juga menyampaikan kondisi beberapa negara, yakni: Perancis akan minus 17%, Inggris 15%, Jerman 11%, America 9,7%, Jepang 8,3%, Malaysia minus 8%. Jika dibandingkan dengan Indonesia, lanjut Presiden, kuartal pertama 2020 masih plus 2,97%, tapi pada kuartal kedua kemungkinan sudah akan jatuh minus antara 4,3% sampai 5%.
Oleh sebab itu, Presiden berharap pada kuartal yang ketiga ini Indonesia sudah harus naik lagi. Untuk itu, Presiden mengajak kepada semuanya untuk bergerak menumbuhkan ekonomi agar tidak semakin turun, tapi bisa diungkit kembali naik.
Pada kesempatan itu, Presiden mengaku senang karena setiap hari mendapatkan angka-angka bahwa sudah ada yang baik dan konsumsi sudah mulai terungkit naik.
”Artinya mungkin peredaran uang yang ada di bawah karena ada Bantuan Langsung Tunai (BLT) desa, bantuan sosial (bansos) tunai, dan bansos sembako. Itu akan sangat mempengaruhi daya beli dan konsumsi rumah tangga, konsumsi masyarakat,” jelas Presiden.[***]
Ril