Nasional

Pelestarian Badak ala Marinir

kehutanan.go.id

Sumselterkini.co.id, – Di zaman serba cepat ini, bahkan badak pun harus naik kendaraan amfibi, coba bayangkan seekor Badak Jawa, satwa langka nan pemalu, yang biasanya cuma jalan kaki di semak-semak Ujung Kulon, kini didandani, dibikinkan kandang eksklusif seberat 1 ton, lalu dinaikkan ke atas tank laut Ranpur Kapa K-61 milik Marinir. Mirip adegan film perang, tapi isinya bukan tentara, melainkan si badak pemalu yang sedang dievakuasi cinta demi masa depan genetik yang lebih cerah.

Pepatah lama berkata, “Jangan biarkan anak cucumu hanya mengenal badak dari gambar di buku pelajaran” Nah, pemerintah tampaknya benar-benar menghayati pepatah itu. Kalau perlu, badaknya dikawal tentara, dibawa lintas laut, dan dimanja sedemikian rupa seperti raja terakhir di kerajaan purba yang mau pensiun. Semua ini demi satu tujuan jangan sampai Badak Jawa punah hanya gara-gara genetiknya terlalu keluarga inti alias inbreeding yang udah kayak kawin sedarah di sinetron kolosal.

Dirjen KSDAE, Pak Satyawan Pudyatmoko, mungkin tidak bilang secara gamblang, tapi kita paham populasi Badak Jawa ini ibarat desa terpencil yang nggak pernah kedatangan orang baru. Genetiknya itu-itu aja. Mirip grup WhatsApp keluarga besar yang isinya cuma berita sakit pinggang dan link YouTube ceramah. Nah, translokasi ini ibarat mendatangkan jodoh baru dari RT sebelah ke kampung Badak yang itu-itu aja.

Upaya ini jadi makin dramatis ketika disebut bahwa perjalanan badak ke lokasi JRSCA di Ujungjaya harus melewati laut sejauh 14 kilometer. Bukan pakai perahu nelayan, tapi langsung naik tank Marinir. Kalau badaknya bisa update status, mungkin dia bakal tulis “Naik tank, bukan untuk perang… tapi buat cinta. #TranslokasiCinta #JRSCAStory”

Kandang badak ini bukan kandang biasa. Bukan pula kandang ayam layer yang dibikin dari kawat nyangkut. Ini kandang mewah sekelas First Class Emirates versi satwa langka. Ada ventilasi, ada peredam guncangan, dan didesain agar si badak tak merasa seperti sedang diangkut pindahan rumah. Kalau perlu, tinggal ditambah WiFi dan AC, badaknya bisa livestream selama perjalanan.

Tapi semua ini tidak asal-asalan. Tim dari Yonkapa 1 Marinir sudah melakukan simulasi duluan, lengkap dengan perhitungan gaya apung dan titik berat, karena kalau sampai kandang miring di laut, bisa-bisa badak itu malah jadi bahan meme nasional.

Mayor (Mar) Bayhaky C. Chipta bahkan menyebut bahwa ini juga bagian dari latihan kesiapsiagaan menghadapi bencana alam. Artinya, bukan cuma warga yang bisa dievakuasi pakai ranpur, badak pun sekarang punya “akses VVIP” saat ada bencana. Bandingkan dengan negara-negara lain, seperti Kenya yang mengangkut badak pakai helikopter atau Nepal yang pakai truk, kita di Indonesia sudah pakai Ranpur, kalau ini bukan inovasi, mungkin ini disebut humorisasi.

Di Afrika, konservasi badak sudah masuk tahap dating app, mereka melacak setiap individu, mencocokkan genetik, dan bahkan membuat program breeding terencana, seperti acara Take Me Out versi satwa. Di Namibia dan Afrika Selatan, translokasi badak bahkan jadi agenda nasional yang dijalankan dengan pendekatan bisnis konservasi.

Di sana, kata konservasi tak hanya berarti perlindungan, tapi juga pemulihan martabat spesies terutama agar tidak punah secara diam-diam karena mereka kehabisan pasangan sekandung.Indonesia tampaknya belajar dari situ, meski gayanya tetap khas semi militeristik, tapi penuh semangat gotong royong. Tentara masuk, NGO masuk, dan kandang mewah pun meluncur.

Translokasi badak bukan cuma soal memindahkan hewan besar. Ini simbol bahwa negara tidak tinggal diam saat ada spesies di ambang punah. Ini juga bukti bahwa pelestarian bukan sekadar menanam pohon atau memberi seminar, tapi juga kerja keras lintas sektor dari rimbawan, marinir, sampai perancang kandang. Semua turun tangan.

Pepatah baru boleh kita buat dari kisah ini “Kalau cinta saja butuh perjuangan, maka badak pun perlu naik tank untuk bertemu jodoh”

Jadi kalau kamu masih jomblo, jangan sedih. Badak aja harus menempuh laut dan naik tank buat menghindari inbreeding. Kamu cukup berdoa, lalu buka hati… siapa tahu jodohmu bukan di hutan, tapi di halte Transjakarta.[***]

Terpopuler

To Top