MUBA Terkini

Topi Pramuka, Semangat Tak Luntur

ist

Sumselterkini.co.id, – Di Lapangan MAN 1 Musi Banyuasin, semangat Pramuka meletup seperti kompor minyak tanah yang kepanasan, suasananya mirip reuni akbar tapi seragamnya senada coklat-coklat gagah, plus senyum yang mekar seperti tenda yang baru dibuka.

“Eh, bro, lo tau gak kenapa kita mesti upacara hari ini? Padahal bukan 17 Agustus, bukan juga Hari Valentine,” celetuk seorang anak Pramuka yang topinya miring, tali lehernya mirip dasi PNS, dan  temannya menjawab sambil ngunyah permen. “Ini hari Bapak Pramuka, cuy yang lahirnya 113 tahun lalu. Namanya Sri Sultan Hamengkubuwono IX, kalau gak ada beliau, kita mungkin sekarang bukan Pramuka… tapi TikToker berkemah!”.

Ketua Kwartir Cabang Gerakan Pramuka Musi Banyuasin, Musni Wijaya SSos MSi, tampil memimpin jalannya upacara dengan khidmat dan suara mantap, seperti Komandan Pasukan semasa zaman kerajaan Mataram yang tiba-tiba nyasar ke Sekayu.

Sambil memegang tongkat komando (eh maksudnya mic), beliau menyampaikan bahwa acara ini bukan sekadar upacara biasa, tapi upacara untuk mengenang dan merayakan dedikasi The One and Only, Sri Sultan Hamengkubuwono IX sang Bapak Pramuka Indonesia. “Kita ini generasi penerus, bro, jangan cuma bisa viral, tapi gak kenal asal-usul,” kata Ketua Musni, disambut anggukan para pramuka yang sempat lupa password sejarah Indonesia.

Sri Sultan, tokoh yang bukan hanya raja tapi juga sahabat rakyat, dinobatkan sebagai Bapak Pramuka Indonesia pada Munas Gerakan Pramuka tahun 1988 di Timor Timur yang sekarang sudah jadi negara sendiri. Beliau bukan hanya cinta tanah air, tapi juga cinta tenda, tali temali, dan semangat gotong royong.

Acara ini makin terasa seperti family gathering nasional, hadir juga Forkopimda, para kepala dinas, dan pastinya perwakilan dari tiap gudep (gugus depan). Ada tepuk pramuka, yel-yel, dan semangat yang tak bisa diukur pakai termometer. “Pak, saya mau nanya. Kalau saya belum bisa simpul jangkar, masih boleh jadi ketua regu gak?” tanya seorang pramuka cilik sambil nyengir”. Boleh, asal simpul hidupmu jangan simpul galau. Nak,” jawab kakak pembina sambil tertawa.

Upacara ini ibarat mengikat simpul mati pada sejarah supaya generasi muda nggak gampang terombang-ambing sama tren semu. Di zaman yang semua orang sibuk scroll-scroll, Pramuka hadir sebagai pengingat bahwa hidup bukan cuma soal likes, tapi juga soal survival skills dan solidaritas.

Kalau Sri Sultan dulu bisa menyatukan nilai kepemimpinan, cinta tanah air, dan kerendahan hati jadi satu paket komplit ala Pramuka, masa kita kalah? Kita yang hidup di era senter bisa dicas, mestinya lebih terang dari obor zaman dulu. Pepatah Pramuka kekinian. “Lebih baik tersesat di hutan bersama kompas dan kawan, daripada nyasar di mall bareng mantan,”.
“Tenda boleh sobek, tapi semangat jangan bocor!”.

Peringatan Hari Bapak Pramuka Indonesia ke-113 ini bukan sekadar nostalgia, tapi juga reminder penting bahwa nilai-nilai kepramukaan harus terus hidup, seperti tali rafia yang tahan banting, Pramuka harus lentur tapi kuat. Jangan sampai generasi kita cuma jago yel-yel, tapi amnesia sejarah.

Dengan guyonan, yel semangat, dan pepatah bikinan sendiri, anak Pramuka di Musi Banyuasin membuktikan bahwa warisan Sri Sultan bukan hanya hidup, tapi juga tertawa bersama. Karena jadi Pramuka itu bukan soal bisa masak di alam terbuka… tapi juga bisa ketawa di tengah lapangan, sambil bawa semangat yang tak pernah padam!.

Dari lapangan MAN 1 Musi Banyuasin hingga ke pelosok bumi perkemahan, semangat Pramuka jangan sampai tinggal di album foto atau cuma jadi caption nostalgia. Harus terus berkobar, kayak api unggun yang disiram minyak semangat, karena kalau generasi sekarang cuma jago update status tapi gak ngerti siapa Sri Sultan, itu namanya bukan generasi emas, tapi generasi tembaga kinclong di luar, kosong di dalam.

Terus wariskan nilai-nilai kepramukaan dengan cara yang seru, santai, tapi bermakna, Pramuka tetap jadi pilihan utama, melatih disiplin tanpa harus marah-marah, mengajarkan kerja tim tanpa perlu Zoom Meeting. Pramuka itu bukan hanya soal tepuk-tepuk dan tali-temali, tapi tentang jadi manusia yang tangguh, tanggap, dan… tahu diri.[***]

Salam Pramuka!
Satu Pramuka, sejuta cerita..

Terpopuler

To Top