MUBA Terkini

Tangan Boleh Kaku, Tapi Semangat Jangan Loyo

ist

KALAU cinta bisa bikin dada berdebar, maka Kejurda Bulutangkis Bupati Muba Cup 2025 bikin sekecamatan jantung sportivitas berdegup kencang. Bayangkan, GOR Ranggonang Sekayu mendadak berubah jadi arena duel bukan antara Romeo dan Juliet, tapi antara kok dan raket, antara smes dan netting, antara semangat dan keringat!.

Bupati Muba, H. M. Toha, membuka turnamen ini dengan gaya khas seorang pemimpin yang bukan hanya paham soal APBD, tapi juga ngerti mana yang disebut shuttlecock dan mana yang cuma ‘omongan kosong’. Dalam pidatonya, Pak Bupati terlihat semangat, bahkan sempat berucap bahwa turnamen ini bukan hanya ajang kompetisi, tapi juga ajang pembentukan karakter. Ya, karakter tangguh, bukan karakter drama Korea.

Turnamen ini bukan main-main, diikuti 434 peserta dari seluruh penjuru Muba, dari usia dini sampai para eksekutif yang sudah lebih sering memukul stempel daripada shuttlecock. Ada anak-anak yang semangat seperti habis minum susu dua gelas, remaja yang main sambil curi pandang ke suporter sebelah, sampai para veteran yang mainnya santai tapi tetap bikin lawan ngos-ngosan.

Camat Lais, Zukar SKM MSi, yang juga jadi Ketua Pelaksana, merinci kategori peserta dengan semangat seperti host kuis TVRI zaman dulu, dari 32 pasang usia dini sampai kategori eksekutif yang, kata orang, lebih sering nyundul mie ayam daripada nyundul kok. Tapi justru di sinilah letak keunikan Kejurda Bupati Cup semua lapisan masyarakat bisa ikut. Tidak peduli apakah Anda mantan juara, mantan gebetan, atau mantan camat.

Turnamen ini, kata Pak Bupati, adalah bentuk pembinaan berkelanjutan, sebab menurut beliau, kalau pembinaan konsisten dan pelatihnya sabar, maka bukan tidak mungkin Muba mencetak atlet nasional. Kita semua tahu, membina atlet itu mirip seperti membina hubungan butuh kesabaran, latihan, dan jangan gampang tersinggung kalau lagi kalah.

Yang menarik, selain semangat sportivitas, juga ada total hadiah Rp40 juta, sebuah angka yang cukup untuk beli raket baru, kaos bulutangkis, dan traktir tim makan seblak level pedas 5. Tapi yang lebih mahal dari hadiah adalah pelajaran hidup bahwa kalah itu bukan aib, dan menang itu bukan segalanya. Yang penting jangan sampai kalah sebelum bertanding kayak cinta yang sudah mundur sebelum nembak.

Turnamen ini juga memberi pelajaran penting kepada para wasit dan juri objektiflah, jangan kayak mantan yang suka membandingkan, dan buat panitia, ini jadi ajang unjuk gigi, bukan hanya unjuk seragam. Jalankan amanah, dan ingat, di balik setiap smash, ada harapan masyarakat Muba untuk punya atlet masa depan, bukan hanya penonton sinetron.

Kejurda Bupati Muba Cup 2025 ini ibarat nasi goreng tengah malam sederhana tapi menggugah selera. Ia menyatukan generasi, dari bocah sampai bos kecamatan, dalam semangat fair play dan gotong royong. Kalau Muba terus begini, bukan tak mungkin kelak bulutangkis jadi mata pelajaran wajib di sekolah, dan smes jadi salam pembuka sebelum pidato.

Dan siapa tahu, di tengah lapangan bulutangkis itu, selain mencari poin dan piala, juga ada yang menemukan cinta. Toh katanya, pasangan yang baik itu seperti partner ganda bulutangkis: saling menutup, saling menguatkan, dan tidak saling menyalahkan saat kok jatuh.[***].

Terpopuler

To Top