DESA Sumber Rejeki, Sungai Lilin, hari itu bola voli bukan sekadar olahraga, ia berubah jadi metafora kehidupan. Gedung koperasi baru berdiri megah, bola-bola voli beterbangan di udara, dan Wakil Bupati Rohman pun ikut menyalakan semangat warga layaknya korek gas yang disulut di dapur emak-emak saat bikin sambal terasi.
Turnamen Bola Voli Koin Cup 2025 bukan turnamen sembarangan, karena lahir dari semangat gotong royong dan rasa cinta kampung halaman. Bukan hanya lapangan yang diramaikan, tapi hati warga pun ikut berdebar.
Kalau biasanya pertandingan voli hanya bikin urat tangan kencang, yang ini juga bikin urat tawa ketarik, karena antusiasnya penonton, semangatnya pemain, dan tentu saja harapan yang menyusup di antara tiang net dan garis lapangan.
Perpaduan antara peresmian gedung koperasi dan turnamen voli itu ibarat es kelapa muda dengan susu kental manis, segar dan manisnya pas.
Di saat banyak desa sibuk menambal jalan berlubang, Sumber Rejeki malah menambah lapangan dan koperasi keduanya alat vital desa. Kalau koperasi adalah kantong ekonomi, maka voli jadi jantungnya semangat muda.
Wabup Rohman datang bukan sekadar meresmikan, tapi juga membawa pesan moral yang dalam olahraga bukan cuma tentang menang dan kalah, tapi tentang bagaimana kita jatuh dan bangkit lagi. Seperti hidup, kadang kita tersmash masalah, tapi kalau punya tim solid, kita bisa block semua cobaan. Pepatah lama bilang, “Di mana ada bola, di situ ada harapan”. Oke, itu nggak ada pepatah aslinya, tapi bolehlah masuk daftar pepatah milenial.
Kehadiran turnamen ini juga jadi bukti bahwa anak muda desa tak melulu harus merantau untuk bersinar, mereka bisa bersinar dari lapangan voli asal net-nya nggak bolong dan bola-nya nggak nyangkut di pohon rambutan.
Di tengah zaman yang katanya serba digital, ternyata adrenalin dari teriakan “service!” dan “smash!” masih jadi hiburan murah meriah dan penuh makna.
Yang menarik, koperasi yang biasanya identik dengan rapat serius dan setumpuk catatan keuangan, kini jadi rumah kebersamaan. Peresmian KPKS Suka Rejeki bukan hanya membuka gedung, tapi juga membuka peluang. Perpaduan antara sawit dan smash, ekonomi dan energi, koperasi dan kompetisi ini membuat desa ini seakan berkata, “Kami tidak hanya bisa menanam, kami juga bisa menang!”
Kalau ada yang bilang desa itu sepi dan membosankan, mungkin belum lihat turnamen ini. Di sini, warga bisa saling sorak mendukung tim, sambil ngemil keripik pisang dan minum es teh manis hasil warung BUMDes.
Semua terasa cair, meriah, dan hidup, bahkan yang biasanya pendiam bisa mendadak teriak, “Ayo blok-nya jangan bolong, kayak anggaran daerah!”.
Turnamen Koin Cup ini adalah bukti semangat masyarakat tidak pernah kehabisan tenaga. Di antara permainan bola voli dan koperasi, kita belajar bahwa membangun desa itu bisa dimulai dari hal kecil, dari sebuah smash, dari sorakan ibu-ibu, dari senyum anak-anak, dari semangat bapak-bapak yang membangun koperasi. Semua beriringan, seperti bola dan tangan yang menyatu dalam satu servis pembuka harapan.
Karena pada akhirnya, hidup itu seperti pertandingan voli,kadang kita harus mundur sedikit untuk bisa melakukan smash terbaik. Sumber Rejeki sudah memulainya, dari lapangan voli, menuju rejeki yang benar-benar mengalir.[***]