DI dunia yang penuh kompetisi ini, kadang hidup terasa seperti lomba lari 5K, yakni ngos-ngosan, belum tentu menang, tapi tetap harus tampil kece depan kamera.
Nah, kalau anda merasa hidup anda berat, cobalah jadi ASN Muba yang harus kerja ngurus masyarakat, sambil tetap fit buat nguber medali di Porprov Korpri Sumsel 2025. Karena ya itu tadi, sekarang sepatu dinas tak cukup harus dilengkapi sepatu lari!
Bayangkan, dua srikandi Muba, Mardiani dan Septiani Yusup, membuktikan bahwa pelayanan publik itu tak hanya urusan tanda tangan dan stempel, mereka melesat di nomor lari 5K Putri bukan untuk nguber diskon di pusat perbelanjaan, tapi demi kehormatan daerah.Hasilnya? Cetar membahana!. Bukan cuma keringat yang bercucuran, tapi juga medali satu perak dan satu perunggu, ini bukan lari-lari cantik biasa, ini sprint ala ASN yang sudah terbiasa dikejar deadline SK.
Kalau pepatah bilang, “Berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian”. Maka ASN Muba membuktikan, “Berlari-lari di lintasan, mengabdi pun tetap jadi tujuan”. Keringat mereka bukan sekadar tetesan, tapi bukti bahwa loyalitas pada daerah itu bisa dilakukan sambil ngos-ngosan dengan gaya.
Kadispopar Muba M. Fariz, yang ikut mendampingi manajer Cabor Marathon Yika Yuri, menyebutkan catatan waktu mereka dengan nada bangga, seakan bilang “Ini bukan sekadar angka, ini bukti bahwa ASN Muba punya stamina, bukan hanya tahan duduk lama saat rapat!”.
Mardiani dengan 29 menit 09 detik dan Septiani 29 menit 17 detik, keduanya tidak hanya bersaing, tapi juga menyanding: prestasi dan semangat.
Tentu saja posisi pertama diraih oleh Ni Putu Desi Margawati dari Dispora Sumsel dengan waktu 25 menit 15 detik. Tapi hei, dalam kehidupan ASN, yang penting bukan soal siapa paling cepat, tapi siapa yang tetap kuat meski dikejar target tiap hari.
Bupati Muba, H. M. Toha, tak ketinggalan menyampaikan selamat dengan gaya khas pemimpin bijak yang juga bisa jadi pelatih maraton kalau pensiun nanti, beliau berkata bahwa ini bukan sekadar perak dan perunggu, tapi pernyataan ASN Muba itu siap tempur di lapangan dan di ruang pelayanan.
Ketua Dewan Pengurus Korpri Muba, H. Musni Wijaya, bahkan menegaskan, ini bukan soal siapa yang larinya paling ringan, tapi siapa yang hatinya paling berat menanggung nama daerah. “Ini bukan kemenangan pribadi, ini kemenangan ASN sebagai pejuang pelayanan yang kadang lupa makan siang demi tanda tangan warga.” Luar biasa.
Dan kalau boleh jujur, prestasi ini bukan muncul dari langit. Ini hasil dari pagi-pagi bangun sebelum ayam, lari-lari kecil di jalan kampung, sambil sesekali menghindari motor tetangga yang ngebut. Karena, seperti kata pepatah baru “Barang siapa kuat di lintasan, dia takkan goyah saat diminta lembur di akhir bulan”.
Prestasi di cabang atletik dan pencak silat ini membuat kontingen Korpri Muba seperti kuda pacu yang baru disemangati rumput muda semakin bersemangat, semakin siap menggigit peluang dengan semangat seperti ini, bukan tidak mungkin Muba akan jadi lumbung medali, bukan hanya lumbung padi.
Toh, dalam dunia yang makin kompetitif, ASN yang bisa lari sambil tetap tersenyum adalah lambang revolusi birokrasi sejati. Mereka tak hanya sigap melayani, tapi juga siap sprint jika ada undangan lomba atau bahkan undangan hajatan. Serbaguna, bukan?
Maka, jika ada yang masih mengira ASN itu kerja setengah hari dan pulang bawa jajan pasar, tunjukkanlah berita ini. Katakan “Kami bukan hanya penikmat gorengan kantor, kami juga pelari medan berat!”
Jadi, lain kali kalau anda lihat ASN Muba jogging di pagi hari, jangan kira itu bagian dari diet pasca-lebaran. Bisa jadi itu latihan serius menuju Porprov Korpri berikutnya, ingat, seperti kata pepatah modern
“Siapa cepat dia dapat… medali. Tapi siapa konsisten, dia dapat hormat dari seluruh kabupaten”
Salam olahraga, salam pelayanan, dan jangan lupa stretching sebelum tanda tangan SK!.[***]