Sumselterkini.co.id, -Kalau ada yang bilang hidup ini ibarat stasiun kereta, maka para pejabat itu seperti rangkaian kereta api datang dan pergi, berganti lokomotif, tapi rel-nya tetap harus lurus dan kokoh. Begitulah yang tergambar dalam acara kenal pamit Kapolres Musi Banyuasin baru-baru ini. Di satu sisi, kita melepas AKBP Listiyono Dwi Nugroho dengan rasa haru dan ucapan terima kasih setinggi langit. Di sisi lain, kita membuka pintu selebar-lebarnya untuk menyambut AKBP God Parlasro Sinaga, dengan senyuman manis dan secangkir kopi hangat khas Sekayu.
Tentu saja, dalam dunia birokrasi dan aparat penegak hukum, rotasi jabatan bukan hal langka. Ibarat pupuk di sawah, harus diganti dan disesuaikan, supaya tanaman dalam hal ini, stabilitas daerah tetap subur dan tidak kekurangan gizi keamanan.
Kita saksikan perpisahan dengan AKBP Listiyono Dwi Nugroho, S.I.K., M.H., sosok yang selama masa tugasnya telah menjaga Muba tetap teduh, walau kadang cuaca politik dan keamanan bisa sepanas wajan goreng kerupuk. Di saat Pilkada rawan bergoyang, beliau dan jajarannya berhasil menjaga stabilitas seperti tiang listrik PLN yang kuat meski diguyur hujan deras dan omelan emak-emak karena lampu mati.
Dan kini, tampillah nama baru di daftar panjang pemangku jabatan AKBP God Parlasro Sinaga, S.H., S.I.K., M.H. Namanya saja sudah bikin merinding kagum, seperti tokoh film action tapi tetap punya hati lembut seperti bubur ayam tanpa sambal. Beliau bukan pendatang yang buta peta. Pernah menjabat sebagai Kapolsek Bayung Lencir, jadi bisa dibilang beliau sudah hafal tekstur tanah Muba, jalur tikus, lokasi bakso enak, dan karakter warga yang hangat luar biasa.
Sementara AKBP Listiyono Dwi Nugroho, S.I.K., M.H., sosok yang selama masa tugasnya telah menjaga Muba tetap teduh, walau kadang cuaca politik dan keamanan bisa sepanas wajan goreng kerupuk. Di saat Pilkada rawan bergoyang, beliau dan jajarannya berhasil menjaga stabilitas seperti tiang listrik PLN yang kuat meski diguyur hujan deras dan omelan emak-emak karena lampu mati.
Dalam sambutan kenal pamit yang berlangsung di Pendopoan Griya Bumi Serasan Sekate, ada banyak simbol kearifan lokal yang ikut bicara tanpa suara dari tangan yang bersalaman erat, senyuman yang tulus meski masker masih dipakai sebagian, sampai cinderamata yang diserahkan dengan iringan doa panjang. Di situlah kita tahu jabatan boleh berganti, tapi rasa hormat dan penghargaan tetap abadi.
Bupati Muba H M Toha dalam sambutannya mengutip filosofi yang sejuk tapi menusuk ke sanubari “Tak ada yang abadi di dunia ini, yang abadi adalah perubahan itu sendiri.”
Sebuah kalimat yang sering terdengar di seminar motivasi, tapi kali ini punya makna nyata di ruang pemerintahan. Apalagi di Muba, di mana keamanan bukan sekadar urusan patroli malam, tapi fondasi bagi pembangunan yang ingin ‘maju lebih cepat’, seperti tagline yang lagi sering kita dengar dari podium.
Dalam konteks ini, perubahan bukan sesuatu yang harus ditakuti seperti surat tilang online. Justru perubahan adalah jembatan menuju harapan baru, tempat di mana sinergi bisa tumbuh seperti bibit kelapa sawit yang dirawat dengan penuh cinta dan, tentu saja, pupuk organik. Maka kehadiran Kapolres baru seharusnya disambut bukan dengan curiga, tapi dengan semangat kolaborasi. Karena program pembangunan dan keamanan itu ibarat sayur lodeh kalau satu bahan hilang, rasanya jadi aneh.
AKBP God Parlasro Sinaga sendiri dalam perkenalannya menyampaikan keinginan kuat untuk menjadi bagian dari keluarga besar Muba, bukan cuma sebagai penjaga keamanan, tapi sebagai mitra kerja pemerintah dan masyarakat. Sebuah niat yang patut kita sambut dengan semangat. Bayangkan jika semua aparat bekerja tak hanya berdasarkan SOP, tapi juga rasa cinta terhadap daerahnya. Wah, bisa-bisa Muba bukan cuma maju, tapi ngebut kayak motor listrik baru dicas penuh.
Dan mari kita tidak melupakan jasa AKBP Listiyono. Beliau tidak hanya menjaga stabilitas saat Pilkada, tapi juga ikut membangun iklim kondusif di tengah masyarakat yang kadang lebih percaya pada hoaks di grup WhatsApp daripada klarifikasi resmi. Kita ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Semoga sukses di tempat tugas baru dan semoga kenangan tentang pempek Sekayu dan lalu lintas pagi yang rame tetap tersimpan di hati.
Jabatan itu bukan menara gading, melainkan jembatan pelayanan. Siapa pun yang berdiri di atasnya, harus siap menanggung beban dan membangun harapan. Kita yakin, sinergi yang telah dibangun di era sebelumnya bisa terus dilanjutkan, bahkan ditingkatkan, oleh pemimpin yang baru.
Karena keamanan bukan sekadar statistik, tapi rasa aman saat anak-anak bermain di halaman, pedagang pulang larut dengan tenang, dan warga bisa tertawa lepas di warung kopi tanpa cemas. Itulah tujuan bersama yang tak boleh berganti, meski nama Kapolres berganti-ganti.[***]