Sumselterkini.co.id, – Musi Banyuasin (Muba) lagi-lagi bikin gebrakan, bukan di ajang pencarian bakat atau lomba karaoke antar-OPD, tapi di kancah Peacemaker Justice Award 2025. Eits, jangan salah! Ini bukan sembarang penghargaan. Ini semacam “Piala Dunia”-nya desa-desa damai, tempat di mana para kepala desa dan lurah-lurah diuji bisa nggak mereka menyelesaikan ribut-ribut warganya tanpa lempar kursi atau adu status di Facebook?
Untuk itu, Bupati Muba H M Toha mengirimkan juru damai andalannya, Plt Asisten I Setda Muba Ardiansyah, buat hadir di rapat seleksi bareng Kemenkumham Sumatera Selatan. Bukan rapat biasa, ini ibarat gladi resik menuju final, digelar via Zoom karena damai zaman sekarang pun harus digital.
Rapat berlangsung di ruang Serasan Sekate, lengkap dengan kehadiran tim penilai yang tak kalah keren ada Penyuluh Hukum Ahli Madya Asnedi, Novi Setia Nurhayani, dan Candra Solehan. Dari kubu Muba, hadir juga Plh Kabag Hukum Dasrullah (yang katanya jago ngademin suasana), Direktur YKLBH Zulfatah (spesialis urusan ribut yang damai), dan Fitriadi dari Dinas PMD (yang selalu bawa data, bukan drama).
Menurut Ardiansyah, Muba udah nyiapin 12 desa dan kelurahan buat ikut seleksi. “Kami optimis. Dengan pembinaan Kemenkumham, insya Allah kita bukan cuma tampil keren, tapi juga jadi juara. Tapi lebih dari itu, kita mau jadikan ajang ini sebagai bahan bakar semangat damai dari dusun ke dusun,” katanya, sambil menyisip teh manis di sela rapat.
Ia juga bilang, sosialisasi kudu lebih gencar. Kalau perlu, tiap hajatan desa disisipi sesi “Ngaji Damai”, biar emak-emak dan bapak-bapak tahu bedanya keadilan restoratif sama rebutan remot TV.
Dari sisi Kemenkumham, Asnedi yang gayanya kalem tapi tegas mengingatkan proses seleksi nggak cuma soal administrasi. “Harus ada substansi. Desa-desa harus paham apa itu keadilan restoratif. Intinya, ini bukan cuma buat dapet piagam terus selfie, tapi soal komitmen jangka panjang buat damai tanpa drama,” katanya.
Ia juga nyeletuk, “Kalau bisa sih, semua desa di Muba ikut. Masa kalah sama grup arisan RT RW yang anggotanya lebih banyak?”
Nah, begitulah kisahnya. Dari balik meja rapat virtual, Muba sedang merajut jalan menuju gelar prestisius dengan cara elegan: mendamaikan warganya, tanpa suara tinggi atau petasan emosi. Jadi, buat kalian yang masih suka ribut sama tetangga cuma gara-gara parkir motor nyerong, siap-siap… desa kalian bisa jadi sasaran edukasi damai berikutnya.[***]