MUBA Terkini

BASANAK & Kisah Afifah Menuju Jakarta dengan Segudang Doa

ist

Sumselterkini.co.id, – Di balik perjalanan panjang sebuah helikopter yang membawa Afifah ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, tersimpan kisah cinta, harapan, dan perjuangan yang tak kalah dramatis dari sinetron malam minggu.

Afifah, bocah mungil asal Musi Banyuasin (Muba) dengan jantung bocor, kini mengembara bukan hanya di peta Indonesia, tapi juga dalam pusaran doa dan perhatian seorang kabupaten yang tak ingin warganya terpinggirkan oleh persoalan kesehatan.

Begitulah kira-kira pepatah baru yang pantas disematkan pada Afifah dan keluarganya. Meski fisiknya harus berjuang melawan kelainan jantung, semangatnya berdenyut penuh harapan, tak pernah bocor sedikit pun. “Alhamdulillah, kami sangat bersyukur,” ucap Agustriani, ibu Afifah, dengan mata berkaca-kaca  air mata yang tak hanya menandakan kesedihan, tapi juga doa yang membubung tinggi.

Program Bantuan Sayang Anak (BASANAK) bukan sekadar anggaran yang ditumpuk di atas kertas atau janji manis yang terucap di mimbar. Ini adalah bukti nyata bahwa pemerintahan bisa menjadi pelabuhan terakhir untuk anak-anak seperti Afifah dan Flora, yang berjuang melawan batasan tubuh mereka.

Seperti kata pepatah Minang, “Alangkan baginduang, samo-sama dipikul”  artinya beban harus dipikul bersama. Dan inilah yang dilakukan Pemkab Muba, memikul beban rakyatnya tanpa memilih.

Tidak hanya Afifah, Flora yang tengah berjuang di RS Harapan Kita juga menjadi bukti bahwa perhatian terhadap kesehatan anak-anak Muba terus mengalir. Kepala Dinas Kesehatan, dr. H. Azmi Dariusmansyah, menyebutkan pendampingan dan monitoring yang ketat, seolah petugas medis menjadi para penjaga gerbang kesehatan, memastikan tidak ada satu anak pun yang tertinggal.

Jika hidup ini adalah drama komedi, mungkin Afifah dan keluarganya sudah mendapat gelar utama. Dengan jantung bocor, tapi hati tetap penuh tawa, mereka mengajarkan kita satu hal kadang dalam sakit, justru kita belajar lebih banyak soal arti hidup dan solidaritas. Seperti saat Bupati Muba, H. M. Toha, menyambut kabar keberangkatan Afifah, senyum lebar muncul tanpa jeda  sebuah pertunjukan optimisme yang mengalir seperti air sungai yang tak pernah berhenti.

Program BASANAK memperlihatkan bagaimana pemerintah daerah bisa berperan sebagai ‘dokter keluarga’ yang tidak hanya memberi resep, tapi juga mendampingi dan menyuntikkan harapan. Jangan sampai ada anak yang ‘ketinggalan bus kesehatan’ hanya karena dompet orang tua tak cukup tebal.

Sebagaimana pepatah Jawa bilang, “Sopo sing nandur, bakal ngundhuh”  siapa yang menanam, dia yang akan menuai. Pemerintah yang menanam perhatian hari ini, akan menuai masyarakat sehat dan bahagia esok hari.

BASANAK bukan sekadar program, melainkan cerita kemanusiaan yang mengalir dari Muba ke Jakarta, mengikat hati semua orang yang menyaksikannya. Dalam setiap denyut jantung Afifah dan Flora, ada semangat kolektif yang berkata “Kita tidak berjalan sendiri.” Seperti secangkir kopi pahit yang hangat di pagi hari, perjuangan mereka mengingatkan kita bahwa hidup memang terkadang getir, tapi selalu ada ruang untuk harapan dan tawa.[***]

Terpopuler

To Top