Lingkungan

Galau Jadi Gaul, Revolusi Tong Sampah & Tanggung Jawab Anak Muda

ist

KALAU dulu galau itu identik dengan cinta yang bertepuk sebelah tangan, sekarang anak muda galau karena satu hal yang lebih global tumpukan sampah yang makin ngalahin gunung Everest versi plastik dan kardus mie instan. Inilah yang disebut eco-anxiety  galau lingkungan, bukan galau mantan.

Namun tenang saja, ini bukan Indonesia namanya kalau gak bisa menyulap kegalauan jadi gerakan keren, oleh karena itu lahirlah… GAUL’S!, bukan singkatan dari Gaya Anak Urban Lebay Sih, melainkan Gerakan Aksi untuk Lingkungan dan Solusi Sampah.

Ya, gerakan ini hadir bukan sekadar numpang lewat kayak rombongan pengajian kalau lihat pasar murah. GAUL’S dibikin serius tapi santai, kritis tapi kreatif, dagelan tapi berdampak.

Digelar bareng Hari Bebas Kendaraan Bermotor di Danau Sunter, Jakarta Utara, KLH/BPLH ngajak lebih dari 1.000 orang dari berbagai penjuru dan komunitas. Dari anak Saka Kalpataru sampai emak-emak Karang Taruna yang biasanya jago nyuapin balita sambil nonton sinetron, semua tumplek jadi satu dalam semangat memilah sampah dan memilah masa depan.

“Ini bukan angka, ini realitas,” kata Pak Winarto, Inspektur Utama KLH/BPLH. Bener, Pak. Angka 3,17 juta ton sampah di Jakarta bukan cuma catatan statistik, tapi alarm lingkungan yang volumenya udah kayak konser metal. Dan kayak pepatah Betawi bilang, “kalau kebersihan pangkal kesehatan, maka malas buang sampah pangkal sengsara lingkungan”

Oleh sebab itu, gerakan ini gak cuma nyuruh-nyuruh, ada aksi nyata kayak pembagian alat biopori, edukasi pilah sampah, dan pengukuhan duta muda lingkungan. Kalau biasanya yang dikukuhkan itu duta sabun cuci atau penyanyi dangdut, kali ini duta lingkungan, biar tong sampah nggak cuma jadi tempat buang kenangan, tapi jadi lambang perubahan.

Kita lihat Jepang, di negeri yang sampahnya dipilah lebih rapi dari folder tugas anak kuliahan, semua rumah punya sistem klasifikasi sampah yang jelas. Ada sampah bisa dibakar, tidak bisa dibakar, dan khusus kayak perasaan mantan yang belum move on.

Di Jepang, warga bisa didenda kalau buang sampah sembarangan. Mereka tak cuma disiplin waktu, tapi juga disiplin daur ulang. Hasilnya? Lingkungan bersih, masyarakat sehat, dan ekspor teknologi daur ulang meningkat.

Sementara itu, di RW 01 Sunter Jaya, Jakarta, kita punya versi lokal yang gak kalah keren. Di sana ada Program Kampung Iklim Lestari yang isinya komposter, bank sampah, sampai industri roster ramah lingkungan.

Kalau Jepang punya Toyota Hybrid, kita punya tetangga yang bisa nyulap sisa dapur jadi pupuk, dan itu lebih ‘wah’ dari diskon di e-commerce.

Cinta Tanah Air

Menteri Hanif Faisol Nurofiq juga gak main-main. Dalam pidatonya yang dibacakan dengan semangat penuh cinta tanah air oleh Pak Winarto, beliau menekankan bahwa gotong royong dan prinsip bersih itu sehat harus bangkit lagi, seperti sinyal HP yang kadang hilang pas lagi penting-pentingnya.

Budaya Betawi yang dulunya rajin bersih-bersih bareng, sekarang bisa dibangkitkan untuk mengatasi masalah modern dengan cara yang bermartabat, bukan dengan marah-marah di Instagram.

Karena kenyataannya, kalau kita gak gotong royong bersihkan lingkungan, ya kita bareng-bareng juga bakal “digotong” ke rumah sakit gara-gara penyakit akibat lingkungan kotor.

Data BPS bilang 58% warga Jakarta itu anak muda umur 15–34 tahun. Bayangkan kalau semua dari mereka mulai pilah sampah, pakai sedotan bambu, dan upload gaya hidup ramah lingkungan ke TikTok bisa jadi tren lebih viral daripada challenge joget sambil makan cabai.

Gerakan GAUL’S ini bukan buat gaya-gayaan, tapi buat ngasih gaya baru dalam melihat masalah lingkungan. Karena seperti kata pepatah bijak masa kini “Perubahan besar itu dimulai dari tong sampah di rumah sendiri”

Jadi, kalau kamu anak muda dan masih bingung mau ikut aksi lingkungan atau enggak, ingatlah tong sampah di dapurmu adalah titik awal revolusi. Jangan nunggu sampai Jakarta jadi Lautan Plastik atau sampai kamu nemu lumba-lumba di Kali Sunter.

Mulailah dari sekarang. Pilah, olah, dan jangan buang masa depan sembarangan, sebab kalau generasi muda bisa galau karena doi gak balas chat, masa gak bisa gaul untuk bumi yang mulai sekarat?.[***]

Terpopuler

To Top