Kuliner

CERITA BUMBU JUMAT BICIK MOYA [Pindang Tempoyak Ikan Patin & Cinta yang Tak Pernah Masam]

ist

SEMUA bermula dari bau.
Bukan bau pengkhianatan, bukan pula bau chat mantan yang muncul jam dua pagi. Ini… bau tempoyak. Bau yang bisa bikin satpam komplek nyari asalnya sambil bawa senter. Bau yang bisa bikin Google Maps nyasar.

Sebagai penyelidik rasa senior, Bicik Moya langsung tahu ada sesuatu yang besar sedang terjadi di dapur. Mangkuk-mangkuk berbaris seperti pasukan, serai tegak lurus seperti penjaga kerajaan bumbu, dan di sudut kompor, seekor ikan patin tampak pasrah menanti nasib.

Bicik menunduk, menyentuh ulekan. “Ini bukan sekadar masak,” gumamnya. “Ini pemanggilan leluhur”
Tempoyak tak bisa dianggap enteng, Ia adalah fermentasi emosi, kombinasi antara durian yang gagal move on dan kesabaran emak-emak yang diganggu sales pulsa.

Bicik Moya menarik napas panjang. Aroma tempoyak menusuk hingga ke ubun-ubun, membangkitkan kenangan masa kecil saat ia pernah dituduh nyembunyiin durian fermentasi neneknya di bawah kasur.

Padahal waktu itu dia cuma lagi main masak-masakan. Tapi gara-gara aroma tempoyak itu, seisi rumah puasa bicara selama dua hari penuh, dan kucing tetangga ikut minggat.

Dapur Bicik berubah jadi medan perang rasa. Di meja ada catatan resep warisan Buyut Rantam, yang katanya pernah jadi juru masak pribadi Ratu Durian di Kerajaan Seruit. Ulekan diputar seperti nasib janda kembang  berputar terus tapi belum juga menemui kepastian. Dan di antara semua itu, tempoyak berdiri sebagai aktor utama, seperti bintang sinetron yang sudah main di 187 judul tapi nggak perna

Resep rahasia pindang tempoyak ala Bicik Moya (versi yang tidak membuat tetangga lapor RT)

Bahan-bahan:

  • 1 ekor ikan patin segar (1 kg), potong jadi 4 bagian. Pilih yang matanya masih berbinar, bukan yang sudah menatap masa depan suram.

  • 5 sendok makan tempoyak, jangan tanya expired-nya, karena tempoyak makin tua makin menggoda.

  • 1 batang serai, geprek sambil mengingat utang mantan.

  • 2 lembar daun salam dan 3 daun jeruk, biar wangi kayak hati yang ikhlas.

  • 5 cabai rawit merah, atau sesuaikan dengan kadar amarah.

  • 2 cabai merah besar, iris serong macam senyuman mantan yang gak bisa dilupakan.

  • 5 siung bawang merah & 3 bawang putih, iris tipis.

  • 1 ruas lengkuas dan kunyit segar, geprek.

  • 1 sendok teh garam, secukup lidah.

  • 1 sendok gula, biar hidup gak terlalu pedas semua.

  • 600 ml air.

Cara Memasak:

  1. Tumis semua bumbu iris (bawang merah, putih, cabai, daun-daunan, serai, kunyit, lengkuas) dengan sedikit minyak sampai wangi. Wangi di sini bukan sekadar sedap, tapi wangi yang bikin kamu ingin pulang dan rujuk sama emak.

  2. Masukkan air dan tempoyak, aduk pelan-pelan, seperti mengaduk rasa yang tak pernah tuntas.

  3. Setelah mendidih, masukkan ikan patin dengan hati-hati. Jangan diaduk terlalu liar. Ikan juga punya perasaan.

  4. Tambahkan garam dan gula. Keseimbangan hidup itu penting, bro. Jangan terlalu asin, jangan terlalu manis  nanti hidupmu drama terus.

  5. Masak sampai ikan matang sempurna, kuah mengental, dan tetangga mulai pura-pura lewat depan rumah.

Tips rahasia dari Bicik Moya:

  • Tempoyak terbaik adalah yang berusia 5–7 hari. Jangan yang baru sehari, karena belum ngerti hidup.

  • Patin jangan dicuci pakai sabun cuci piring, cukup air jeruk nipis dan garam. Ingat, dia makhluk hidup, bukan piring lepek.

  • Kalau mau lebih mantap, tambahkan irisan nanas atau kemangi. Tapi jangan tambahkan kenangan lama nanti malah gagal move on.

Dalam hidup, kita kadang perlu tempoyak.
Perlu sesuatu yang bau tapi jujur, menyengat tapi menyehatkan, masam tapi menyatukan. Pindang tempoyak bukan sekadar makanan. Ia adalah bukti bahwa sesuatu yang nyaris dibuang, kalau diberi waktu dan kasih sayang, bisa jadi bintang utama di meja makan.

Cinta juga begitu.
Kadang kita terlalu cepat membuang yang beraroma aneh, padahal dia cuma butuh sedikit waktu untuk jadi luar biasa.
Jadi… jangan cepat menilai dari bau.
Bisa jadi, itu cuma cinta yang sedang difermentasi.

Kisah dibalik Asemnya

Pindang tempoyak bukan cuma makanan. Dia adalah bentuk kompromi antara yang kuat dan yang lembut, antara bau yang menggoda dan rasa yang menghangatkan. Seperti hubungan, yang butuh waktu untuk memahami satu sama lain, tempoyak butuh waktu untuk kamu terima dan nikmati. Tapi begitu kamu paham, kamu akan susah lepas.

“Jangan takut dengan yang baunya asing, karena kadang yang asing itu justru bikin kamu betah tinggal”

Catatan:
Bicik Moya akan buka workshop khusus bertema “Mengolah Rasa Lewat Tempoyak”, tapi minimal peserta 7 orang dan membawa patin masing-masing. Gratis, asal bawa panci sendiri, he..he.[***]

Rubrik Cerita Bumbu Jumat Bicik Moya adalah racikan fiksi kuliner yang ditumis dengan bumbu banyolan, disiram saus imajinasi, namun tetap menyajikan resep nyata dari dapur Nusantara. Bacalah dengan hati ringan dan perut kosong.

Terpopuler

To Top