SITUASI darurat serangan virus kembali muncul di bumi Indonesia. Kini korbannya adalah ternak sapi, dan dapat menular ke kelompok mamalia besar lainnya, seperti domba, kerbau, dan babi. Serangan virus dari famili Picornaviridae, genus Aphtovirus, itu membangkitkan penyakit yang disebut foot and mouth desease atau penyakit mulut dan kuku (PMK). Sejauh ini, penyakit menular itu telah merebak di Jawa Timur (tiga kabupaten) dan Aceh (dua kabupaten) dengan demikian daerah lain harus waspada.
“Yang di Provinsi Aceh, penyakit itu muncul di Kabupaten Aceh Tamiang dan Aceh Timur. Yang di Jawa Timur, telah terdeteksi ada di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Lamongan, dan Mojokerto,” kata Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, dalam konferensi pers secara virtual di Jakarta, belum lama ini.
Mentan menyatakan siap melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah untuk mencegah penularan, vaksinasi, dan pengobatan untuk hewan yang terinfeksi. Aba-aba untuk melakukan reaksi cepat penanggulangan wabah PMK itu telah diberikan Presiden Joko Widodo, dalam pengantar Sidang Kabinet di Istana Merdeka, Senin (9/5/2022). ‘’Lakukan lockdown di zona yang terjangkiti penyakit. Cegah pergerakan hewan dari satu kabupaten (yang terjangkiti penyakit) ke kabupaten lain. Dari satu provinsi ke provinsi lain,’’ kata Presiden Jokowi.
Presiden pun meminta Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk membantu pelaksanaannya di lapangan. Sesuai arahan itu, Menteri Yasin Limpo pun telah menyiapkan langkah-langkah konkret untuk penanggulangan. Pertama, katanya, adalah langkah darurat berupa bantuan bagi peternak untuk mengatasi situasi dengan perawatan dan pengobatan pada ternak yang sakit.
Kedua, langkah temporer agar wabah ini tidak terlalu menyebar dari zona terjangkit. Yang ketiga ialah recovery (pemulihan) agar peternak mamalia besar di zona terjangkit bisa menata usahanya kembali.
Penyakit kuku dan mulut ini tergolong wabah yang mudah dan cepat menular. Kasus pertama yang diinfokan ke Jakarta pada akhir Ramadan (28/04/2022) terjadi di Gresik, Jawa Timur. Dilaporkan ada 402 ekor sapi terindikasi terjangkit PMK yang tersebar di 22 desa dari lima. Dinas Pertanian Jawa Timur menyebutkan, tingkat penularan dalam populasi sapi di pedesaan mencapai 90–100 persen.
Sehari jelang lebaran pada 1 Mei 2022, kasus kedua dilaporkan dari Kabupaten Lamongan dengan korban 102 ekor sapi yang tersebar di enam desa di tiga kecamatan. Di hari yang sama ditemukan kasus PMK di Sidoarjo yang menjangkiti ternak sapi potong sebanyak 595 ekor potong, sapi perah dan kerbau. Wabah menyebar ke-14 desa di 11 kecamatan.
Kasus keempat dilaporkan pada 3 Mei 2022 dari Kabupaten Mojokerto. Ada 148 ekor sapi potong yang terinfeksi penyakit serupa di 19 desa dari sembilan kecamatan serta 19 desa. Kasus yang sama dilaporkan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Probolinggo di hari berikutnya. Ada 203 ekor sapi terinfeksi PMK.
Pemkab Probolinggo pun cepat bersiap mengambil tindakan, bekerja sama dengan Pemprov Jawa Timur dan Kementerian Pertanian RI. Pergerakan sapi antardesa dan antarkecamatan pun mulai dibatasi di Probolinggo, karena di kabupaten itu populasi sapi potong ada 313 ribu ekor dan perah sekitar 8.200 ekor. Penularan harus dicegah.
Probolinggo hanya salah satu dari lumbung sapi di Jawa Timur. Populasi sapi yang cukup besar juga ada di Bondowoso, Jember, Banyuwangi, Lumajang, Malang, Kediri, dan Madura. Sapi Jawa Timur menyumbang sekitar 27 persen dari populasi sapi nasional. Jawa Tengah ada pada peringkat kedua dengan populasi sekitar 1,85 juta ekor, Sulawesi Selatan 1,45 juta ekor, Nusa Tenggara Barat (NTB) 1,33 juta ekor, NTT 1,25 juta ekor dan seterusnya.
Meski bukan termasuk gudang sapi, di Aceh ada sekitar 470 ribu ekor sapi potong dan perah. Maka, laporan seusai lebaran akan terjadinya serangan PMK di tanah Serambi Mekah, dengan korban lebih dari 2.200 ekor dan satu ekor di antaranya mati, membuat Kementerian Pertanian cepat melakukan aksi tanggap darurat
Rapat-rapat koordinasi pun dilakukan di antara pejabat daerah dan pusat untuk megambil tindakan bersama. Di lapangan, tindakan-tindakan cepat telah dilakukan oleh peternak. Sapi-sapi yang sakit diisolasi ke kandang yang terpisah. Kandangnya dijaga bersih, kering, dan disteriliasi dengan cairan disinfektan setiap hari. Sampah-sampah dibakar dan kotoran dan urine sapi dipastikan tidak sampai mencemari saluran air di sekitar.
Jaringan Melepuh
Infeksi penyakit kuku dan mulut pada mamalia besar itu memerlukan waktu inkubasi selama 2–8 hari. Setelah itu muncul gejala klinis yang khas. Hewan yang terinfeksi akan meriang dengan suhu tubuh sampai 40 derajat Celsius. Hewan-hewan itu kehilangan nafsu makannya.
Tak lama muncul lesi-lesi (jaringan yang seperti melepuh) pada daerah sekitar mulut dan keempat kakinya. Lepuh-lepuh itu muncul pada permukaan selaput lendir mulut termasuk di lidah, gusi, pipi bagian dalam dan bibir. Pada kaki, lesi akan terlihat jelas pada bagian tumit, celah-celah kuku, dan jaringan yang melingkar di sekeliling perbatasan antara kuku dan kaki. Lesi juga muncul pada liang hidung, moncong, dan kelenjar puting susu. Leleran cairan salvina mengalir dari mulut dan hidung disertai busa.
Lesi-lesi yang tampak seperti kulit melepuh di kaki membuat sapi-sapi tak mampu berdiri. Betina sapi berhenti menghasilkan susu. Setelah beberapa hari mengalami penderitaan itu, jaringan lunak yang melepuh itu seperti pecah dan cairannya tumpah. Puncak penderitaan terlewati. Perlu waktu 8–15 hari untuk penyembuhan.
Tingkat kematian akibat penyakit kuku dan mulut itu sekitar 1–1,5 persen pada sapi dewasa, tapi bisa sampai 30 persen pada anakan sapi berumur kurang dari 6 bulan. Dampak jangka panjangnya membuat sapi kurang produktif. Sapi perah berkurang susunya, sedangkan sapi potong sulit untuk mencapai bobot optimalnya.
Serangan PMK itu agak mengagetkan, karena sejak 35 tahun lalu Indonesia sudah dinyatakan bebas dari virus foot and mouth desease itu. Sebelumnya selama hampir seabad, Indonesia menjadi zona endemik. Penyakit kuku dan mulut pada ruminansia besar itu kali pertama muncul di Malang pada 1987. Sejak itu wabah PMK sering terjadi untuk kemudian menghilang sejak 35 tahun silam.
Toh, kemungkinan ada kuman masuk dari negara lain selalu terbuka. Beberapa negara di Asia Timur, Tenggara, dan Selatan, masih sering dijangkiti oleh virus ini. Sebut saja misalnya, Tiongkok, Vietnam, Thailand, Kamboja, Malaysia, Bangladesh, India, dan Pakistan. Penularan bisa terjadi dengan cara-cara tidak langsung.
Penularan secara bisa terjadi lewat cipratan droplet, leleran cairan hidung, dan serpihan kulit dari hewan yang terinfeksi. Namun, penularan tak langsung tak kalah bahayanya, melalui vektor hidup yaitu manusia dan hewan lainnya. Virus juga menular melalui mobil pengangkut ternak, peralatan, alas kandang dan lainnya. Penularan tak langsung itu juga bisa terjadi lewat produk ternak berupa susu, daging, jerohan, tulang, darah, semen, embrio, serta feses dari hewan sakit.
Boleh Dikonsumsi
Beberapa tindakan segera bisa dilakukan untuk menolong hewan yang sakit. Untuk menekan efek melepuh pada kaki, larutan Caprisulfat 5% bisa dioleskan setiap hari. Suntikan Sulfadimidine juga dipercaya bisa mengurangi efek lesi-lesi di sekitar mulut. Yang tak kalah penting, hewan disimpan dalam kandang yang cukup luas agar mereka bisa menggerakkan badannya.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tegas mengatakan, sapi yang baru saja terinfeksi PMK boleh disembelih dan dikonsumsi. Hanya saja, jaringan yang melepuh dan meradang akibat serangan koloni virus seperti di sekeliling mulut, hidung, lidah, kaki, dan jerohan tidak disarankan untuk dikonsumsi. Sisi baiknya, sapi yang masih mengadung virus itu tak menulari yang lain.
Sebelum dikonsumsi, disarankan agar daging itu dilayukan dahulu, yakni dipotong dalam ukuran besar, digantung, dan disimpan di ruang berpendingin dengan suhu 0–2 derajat Celsius, selama 24 jam. Dagingnya aman untuk manusia, apalagi virus PKM itu tidak hidup dalam organ manusia.
Indonesia.go.id (***)