BIASANYA kalau ada masalah gizi anak atau stunting, yang pertama kali kena sorot siapa? emak-emak kan?, betul, karena emak-emak dianggap kurang telaten, kurang kasih sayang, kurang gizi. Pokoknya semua kurang dilimpahkan ke ibu. Ayah? seringnya aman sentosa, duduk manis sambil bilang, “Kan aku sudah cari nafkah”.
Tapi di Musi Banyuasin (Muba), cerita ini dibalik, ayah sekarang ikut kena lampu sorot, malah dapat penghargaan bergengsi Gerakan Ayah Teladan Indonesia (GATI).
Di forum serius yang digelar BKKBN Sumsel di Palembang belum lama ini, tiba-tiba nama Kabupaten Muba melesat ke panggung utama. Bukan karena produksi minyaknya, bukan juga karena prestasi bola, tapi gara-gara bapak-bapak.
Kepala Dinas DPPKB Muba, Demoon Hardian Eka Suza, berhasil membuktikan bahwa ayah bukan cuma mesin ATM berjalan. Ia diganjar penghargaan tertinggi GATI, program yang intinya ngajarin bapak supaya nggak cuma jago main domino di pos ronda, tapi juga jago main cilukba sama anaknya.
Penghargaan ini diserahkan mewakili Gubernur Sumsel. Jadi, serius lho, bukan penghargaan abal-abal. Di balik acara formal dengan tema muluk “Quick Wins untuk Indonesia Emas 2045”, terselip pesan kocak tapi dalam masa depan anak bukan cuma tanggung jawab ibu, bapak juga harus turun tangan.
“GATI bukan sekadar program, ini gerakan moral untuk menghadirkan ayah yang aktif, peduli, dan teladan,” kata Demoon dengan wajah sumringah.
Bahasa halusnya sudah waktunya bapak-bapak berhenti jadi “background character” di rumah. Anak nggak butuh ayah yang cuma muncul pas minta remote TV, tapi ayah yang hadir di meja makan dan ruang belajar.
Bupati Muba pun ikut bangga, katanya, keterlibatan ayah penting untuk membangun generasi sehat, cerdas, dan berakhlak. Bahasa sederhananya, kalau bapak mau Indonesia Emas 2045, ya jangan biarkan anak cuma ditemani gadget, sementara bapaknya asyik nongkrong selepas Isya.
Karena pada akhirnya, main cilukba lima menit sama anak jauh lebih berharga daripada main domino lima jam di pos ronda.[***]