Kesehatan

Dari Masjid ke Puskesmas, Muba Tunjukkan Hidup Sehat

ist

KALAU bicara hidup sehat, jangan bayangkan cuma joget pagi sambil tersengal-sengal atau minum jamu pahit yang bikin alis berkerut, di Musi Banyuasin (Muba), hidup sehat sudah jadi paket lengkap, dari Masjid hingga Puskesmas, dari pasar hingga TPS 3R, bisa dibilang, warga Muba sedang menata festival kesehatan nyata, bukan sekadar pajangan brosur.

Bayangkan Masjid Al Qadim, selain jadi tempat ibadah, masjid ini juga menjadi ruang edukasi kesehatan, jamaah belajar cuci tangan, menjaga kebersihan lingkungan, dan ikut senam pagi. Pepatah lama bilang, “Sehat itu mahal, tapi mencegah lebih murah daripada mengobati”. Di sini, pepatah itu hidup karena warga pulang masjid sambil bilang, misalnya “Mas, cuci tangan dulu sebelum nyemil gorengan, biar imun kuat!”.

Lalu, mari kita ke Pasar Randik, biasanya identik dengan aroma rempah dan teri goreng, pasar ini juga menjadi titik perhatian tim penilai Swasti Saba Wistara. Kebersihan dijaga ketat, pedagang menata dagangan, dan sampah dipilah sesuai warna tempatnya, mirip lomba Tetris versi nyata.

Konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle) diterapkan, menjadikan TPS 3R bukan sekadar singkatan di papan pengumuman, tapi sarana yang bikin warga tersenyum sambil membuang plastik sisa belanja.

Sanitasi dan kesehatan lingkungan juga tidak main-main, IPLT dan TPA dikontrol rapi, air bersih mengalir, dan udara pun jauh dari bau sampah. Pepatah lama cocok diterapkan di sini “Lingkungan bersih, hati pun senang”.

Kalau, sampah menumpuk, nyamuk datang, demam berdarah ikut meramaikan. Muba menunjukkan  membangun lingkungan sehat bisa bikin warga nyaman, bukan hanya formalitas penilaian.

Fasilitas kesehatan pun tidak kalah menarik, Puskesmas Balai Agung dan Mal Pelayanan Publik bukan sekadar gedung formalitas. Layanan publik dikemas ramah, cepat, dan tertib, tidak ada drama antre sambil ngelus dada. Posyandu aktif mengedukasi ibu-ibu tentang gizi anak, imunisasi, dan pola hidup bersih.

Seorang ibu pun bisa bilang, “anak saya sehat dan senyum-senyum sendiri”. Itu kemenangan kecil Muba dalam membangun kesehatan masyarakat.

Muba membuktikan kesehatan itu kolaborasi, bukan kerja sendiri, Staf Ahli Bupati, TP PKK, OPD, camat, hingga pengurus forum saling bersinergi. Layaknya orkestra, jika satu alat musik salah nada, lagu kesehatan bisa fals. Tapi di Muba, semua alat musik dari masjid hingga sekolah bermain harmonis, menghasilkan simfoni sehat yang bisa dinikmati seluruh warga.

Bayangkan petugas kebersihan sambil nyanyi mengecek TPS 3R, atau anak-anak sekolah berlomba membawa botol bekas sambil berkata, “Ini botolku naik kelas ke TPS 3R!”. Lucu, tapi nyata, humor di sini bukan sekadar hiburan, tapi strategi agar warga tertarik menjaga kesehatan.

Dari pengalaman Muba,  kesehatan bukan hanya urusan dokter atau rumah sakit, tapi hasil kolaborasi semua elemen masyarakat. Lingkungan bersih, fasilitas ramah, edukasi rutin, dan partisipasi warga membuat hidup lebih sehat dan seimbang. Pepatah lama cocok di sini “Bersatu kita sehat, bercerai kita kena flu”.

Oleh karena itu, indikator kesehatan dan lingkungan yang menjadi perhatian tim penilai bukan sekadar formalitas. Muba menunjukkan  pengelolaan sampah, fasilitas publik bersih, dan posyandu aktif mendorong kesejahteraan warga secara nyata. Penghargaan Swasti Saba Wistara bukan sekadar piagam, tapi refleksi kualitas hidup masyarakat.

Jadi, dari masjid ke Puskesmas, pasar hingga TPS 3R, Muba menata “kisah kesehatan” nyata. Hidup sehat di sini bukan slogan kosong, tapi gaya hidup yang bisa ditertawakan bersama-sama sambil tetap serius menjaga kesehatan. Yuk, mulai dari hal kecil di sekitar kita cuci tangan, buang sampah pada tempatnya, dan dukung layanan publik agar lingkungan tetap sehat.[***]

Terpopuler

To Top