Sumselterkini.co.id, – Kalau kata pepatah lama, “jangan biarkan tikus beranak-pinak di lumbung padi”. Nah, kira-kira begitulah alasan Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemkomdigi) menutup akses sementara ke Internet Archive. Bukan karena iseng atau habis main Uno kalah taruhan, tapi karena platform itu kedapatan nyimpen barang-barang digital yang isinya bukan lagi edukasi, tapi malah ajakan judi dan konten dewasa yang bikin alis naik sebelah.
Ibarat rumah tua yang luasnya kayak lapangan bola, Internet Archive ini memang gudangnya kenangan digital. Tapi sayangnya, di antara rak buku virtual itu, nyelip juga majalah “dewasa” dan undangan buat main slot online. Lah, kalau anak SD yang lagi cari bahan tugas malah kesasar ke situ, bisa-bisa besok dia ngajarin guru agama cara menang main roulette.
Menurut Pak Alexander Sabar dari Kemkomdigi, ini bukan keputusan “dadakan kaya warung bubur buka subuh-subuh.” Sudah berkali-kali pihaknya ngirim surat resmi ke pengelola Internet Archive, tapi balasannya nihil, kayak mantan yang cuma ngeliat status tapi gak pernah bales chat. Yaudah, akhirnya negara turun tangan, ngeblokir sementara. Bukan marah, cuma pengen ngajak ngobrol serius, biar nggak ada lagi “konten kucing pakai baju pramuka” berdampingan dengan “slot online 777 gacor hari ini.”
Langkah ini katanya demi melindungi masyarakat. Karena kalau ruang digital kita dibiarkan liar, ya sama aja kita pelihara harimau di kamar kos. Keliatannya keren, tapi sekali ngamuk bisa nggak bayar kontrakan.
“Kami lebih suka damai ketimbang ngamuk,” ujar Pak Alexander, dengan nada mirip ketua RT yang udah capek mediasi ribut antar tetangga. Tapi kalau udah dikasih peringatan nggak digubris, ya negara juga punya taring. Bukannya galak, cuma sayang sama rakyat.
Internet Archive sendiri memang surganya para penggali sejarah. Tapi ya jangan sampai surga ini diboncengin iblis. Apalagi konten-konten yang berpotensi melanggar hak cipta juga banyak nongkrong di sana. Kata Kemkomdigi, masa karya anak bangsa dijadikan “sate gratisan” di warung digital luar negeri? Lha wong bikin buku itu susah, bukan kayak bikin status galau di Facebook. Perlu kopi, inspirasi, dan biasanya patah hati dulu.
Langkah pemblokiran ini bukan berarti Indonesia ngambek. Ini kaya emak-emak yang lagi ngambekin anaknya karena ketahuan ngisep es batu pas lagi demam. Disayang, tapi ya harus dikasih pelajaran.
Dan jangan salah, negara-negara besar juga pernah nyolok kabel server Internet Archive. Tiongkok sejak 2012 udah tutup akses, India sempat blok sebagian, Rusia juga pernah. Jadi kita gak sendirian. Ibarat arisan, kita cuma telat ikut giliran marah.
Ruang digital itu kayak pasar malam. Harus ramai, tapi jangan sampai jadi sarang copet dan tukang tipu. Kalau ada lapak yang jual barang haram, ya wajarlah dibubarkan sementara. Internet Archive boleh jadi gudang ilmu, tapi kalau isinya campur aduk kayak gado-gado lupa sambal, ya pemerintah juga harus bertindak. Demi anak-anak, demi masa depan, dan demi kuota yang tidak terbuang sia-sia buat klik link “dewasa” yang ternyata isinya cuma iklan topi.
Ingat kata pepatah digital terbaru“Lebih baik buffering sebentar, daripada otak anak rusak selamanya”. Dan untuk Internet Archive, pesannya sederhana “Bersihkan etalase, kita siap belanja lagi”.[***]