DEPUTI 1 Kemenpora terus mensosialisasikan konsep Indeks Pembangunan Pemuda (IPP) ke berbagai daerah. Kali ini giliran Provinsi Bengkulu yang berkesempatan mendapat penjelasan mengenai IPP dan upaya sinkronisasi antara pemerintah pusat dan daerah untuk meningkatkan index tersebut yang masih terbilang rendah.
Sekretaris Deputi 1 Bidang Pemberdayaan Pemuda Kemenpora, Esa Sukmawijaya membahas IPP tersebut lewat diskusi yang santai bersama jajaran pejabat Dispora Bengkulu, Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Prov Bengkulu, Dispora Kota Bengkulu, Dispora Kab Benteng, dan alumni kegiatan Kemenpora di ruang Kepala Dispora Provibsi Bengkulu. Meski diskusi berjalan santai dan kadang diselingi curhat, namun materi yang diperbincangkan sangat berbobot.
“Temu santai saat weekend ini berupaya menemukenali beragam program/kegiatan kepemudaan pada tingkat nasional dan daerah. Ini sebagai ajang sosialisasi sekaligus menginventarisir kegiatan-kegiatan yang relevan dengan 15 isu strategis kepemudaan yang diusung konsep Indeks Pembangunan Pemuda,” kata Esa yang berkunjung ke Bengkulu, akhir pekan kemarin.
IPP yang telah diluncurkan oleh Bappenas, Kemenpora, Kemenko PMK dan BPS, menjadi tolak ukur pembangunan kepemudaan yang harus ditingkatkan oleh pemerintah. IPP 2015 dan 2016 berisi 15 indikator pembangunan kepemudaan yang dituangkan dalam 5 bidang. Yakni pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan, kesempatan dan lapangan kerja, kepemimpinan dan partisipasi, serta gender dan diskriminasi.
Wardaniar, Kabid Pemberdayaan Pemuda Prov Bengkulu, menyambut ajang urun rembug ini secara positif. “Saya kan baru dua bulan menjabat sebagai Kabid. Jadi suka banget ada ngobrol ngobrol ringan tapi berbobot kayak gini. Mau tahu seperti apa konsep kepemudaan ke depan dan bagaimana daerah merespon. Biar nyambung,” ungkapnya.
Sementara itu, Dr Rusli dari Dispora Kota Bengkulu sempat melontarkan uneg-unegnya. “Kalau saya ingin agar kita jangan terlalu banyak berteori, yang konkret saja. Contohnya isu pengangguran pemuda. Itu kan karena kekurangan lapangan pekerjaan. Padahal di sisi lain pemuda kita sudah banyak yang kuliah. Di Bengkulu ini, misalnya, pemerintah harusnya fokus pada membuka pabrik misalnya untuk mengolah produk dari karet dan kelapa sawit”, saran dia.
Kiki, alumni kegiatan Kirab Pemuda tahun 2017 berterima kasih kepada Kemenpora. “Karena saya ikut program kirab tahun lalu, menginspirasi saya untuk resign dari swasta terus buka usaha sendiri walau kecil-kecilan”, urainya optimis.
Lain lagi dengan Desi, alumni kegiatan Pertukaran Pemuda Indonesia Australia yang berharap agar usai ikut kegiatan harusnya ada follow up-nya. “Kami yang berhimpun di bawah organisasi Purna Caraka Muda Indonesia, punya social project di Bengkulu, di bidang pendidikan. Kami akan segera merapat lagi ke Dispora. Jujur saya senang banget sekarang karena membuka komunikasi lagi dengan Kemenpora dan Dispora. Ayo kita bangun Bengkulu, IPP memang hebat,” pungkas gadis manis Bengkulu ini.Kemenpora (***)