KENYAMANAN para pengguna moda transportasi umum khususnya Bus Transmusi tampaknya mulai terganggu, hal itu dikarenakan banyaknya fasilitas umum yakni halte bus yang rusak karena kurang terawat. Kondisi ini cukup ironis mengingat Palembang dinilai dengan kota metropolis namun tak mampu menghadirkan fasilitas umum yang layak seperti di kota modern lainnya di Indonesia.
Dari data yang dihimpun, sebanyak 254 halte yang ada Palembang tidak semuanya layak pakai, hal ini diakui Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Palembang, dimana 68 persen dari jumlah halte yang ada dalam kondisi rusak.
Kepala Dishub Kota Palembang, Agus Rizal mengatakan, kondisi rusak ini lagi dicari cara untuk dilakukan perbaikan, karena untuk ditanggung melalui dana anggaran pemerintah daerah/kota melalui dishub tidak mencukupi, karena dianggarkan Rp100 juta per tahun.
Karena diketahui, perkiraan biaya perbaikan halte ini terbilang cukup besar, yakni Rp30 juta untuk satu halte yang mengalami kerusakan parah.
“Kita ajukan dua opsi untuk perbaikan halte ini, yakni melalui bantuan dana di forum CSR atau melalui pihak ketiga dengan sistem kerjasama, dan untuk anggaran pemkot kita fokus kan di perawatan, ” terangnya, kemarin (10/1).
Agus menjelaskan, dengan skema ini, maka dari 68 persen yang rusak ini akan di lakukan perbaikan, dan dilihat dari kondisi rusaknya, parah, sedang dan ringan.
“Kalau skema CSR, maka ini kita minta bantuan ke forum CSR, kalau pihak ketiga bisa berupa penarikan retribusi, ataupun pajak,” jelasnya.
Karena itu, pihaknya juga tengah melakukan inventaris lagi halte – halte yang ada, apakah masih ada yang dikelolah pihak ketiga, dan berapa yang di miliki pemkot/aset daerah.
“Kalau sudah jadi milik/ aset pemkot inikan bisa dikelolah, iyalah dengan penarikan retribusi atau pajak, jika digunakan untuk iklan, dll oleh pihak ketiga,” paparnya.
Sementara itu, berdasarkan pantauan kondisi halte di metropolis yang mengalami kerusakan dan tak terawat bahkan ada yang berada tepat di lintas utama, seperti di halte depan RSUP Moh. Hoesin di Jl. Jendral Sudirman.
“Kondisinya tidak nyaman untuk digunakan, padahal ini tempat pemberhentian penumpang, apalagi kalau kondisi sedang ramai, kesannya tidak terurus,” ungkap pengguna Bus Transmusi, yuni. [***]