PEMERINTAH Kota Palembang bersama Delegasi UCLG ASPAC membahas pembuatan Rencana Aksi Perubahan Iklim. Pembahasan terkait rencana aksi ini dipimpin Asisten II Setda Kota Palembang Sinta Raharja, di Ruang Rapat II Setda Kota Palembang. Rapat dihadiri perwakilan UCLG ASPAC (United Cities and Local Goverments Asia Pacific) Riza Iskandar, Perwakilan CCROM IPB selaku rekanan UCLG ASPAC M Ardiansyah, dan pimpinan OPD Kota Palembang, Senin (2/9/2019),
Asisten II Sekretaris Daerah Kota Palembang Sinta Raharja mengatakan, perubahan iklim menjadi perhatian bersama dari seluruh kota. Diakuinya, Pemerintah Kota Palembang berkomitmen tinggi dalam upaya mengatasi emisi dan perubahan iklim yang terjadi.
“Terima kasih Palembang direkomendasikan sebagai salah satu kota yang menjadi pilot project. Kota Palembang siap untuk melakukan pemulihan demi keberlangsungan hidup dan warisan iklim yang baik bagi anak cucu kita nanti,” ujarnya.
Dirinya berharap, analisa dan penilaian yang dilakukan UCLG ASPAC memberikan kontribusi positif bagi kemajuan serta pembangunan Kota Palembang. Sinta menyarankan, perlu dilakukan penyamaan langkah antar kota lainnya yang menjadi pilot project di Indonesia.
Sementara Perwakilan UCLG ASPAC Riza Iskandar mengatakan, para walikota selama ini banyak bertanya terkait dampak negatif perubahan iklim. Sebab menurutnya, para walikota berkeyakinan komitmen untuk menekan low carbon itu adalah level kota bukan negara.
“Untuk mensupport ini UCLG ASPAC yang merupakan satu-satunya organisasi pemerintah kota yang diakui dunia mensupport hal ini. Di Asia Tenggara khususnya di Indonesia, kami berkoordinasi dengan KLHK dan direkomendasikan Kota Palembang sebagai pilot project rencana aksi iklim,” ujarnya.
Menurutnya, DLHK merekomendasikan untuk berkoordinasi erat dengan pemerintah kota yang bersangkutan agar mendapatkan background perubahan iklim yang sedetil mungkin. Oleh karena itu pihaknya menggandeng CCROM IPB untuk melaksanakan program ini.
“Harapan Palembang untuk menyatukan komitmen bersama dengan kota lainnya akan dijadikan masukan dan dijadwalkan di tingkat pusat,” ujarnya.
Perwakilan CCROM IPB M Ardiansyah menjelaskan, pihaknya akan mencari tahu berapa tingkat emisi gas rumah kaca dari sektor industri, transportasi, perkebunan, pertanian dan perikanan, serta limbah. Dari sektor ini akan diketahui sektor mana yang memberikan kontribusi terbesar terhadap efek gas rumah kaca.
“Kita juga akan melakukan analisis kerentanan terhadap Kota Palembang, dimulai dengan menetapkan indikator yang berpotensi menyebabkan kerentanan di Palembang,” ujarnya.
Tahapan pertama menurutnya, akan dibentuk kelompok kerja dengan sumberdaya manusia yang berkaitan dengan sektor yang di analisa. Setelah semua data terhitung akan dilakukan perbandingan emisi rumah tangga per tahun. Kemudian dilakukan analisa tingkat kerentanan hingga di tingkat kelurahan.
“Perubahan iklim itu pasti akan terjadi. Bagaimana menguranginya agar tidak terjadi kenaikan suhu hingga dua derajat celcius, sebab bila terjadi akan menyebabkan kita sulit beradaptasi,” ujarnya.[**]
Penulis : mad