KATANYA, kalau jodoh tak ke mana, begitu pula hubungan Sumatera Selatan dan Malaysia, lama terpisah jarak dan wabah, akhirnya ada tanda-tanda CLBK Cinta Lama Bersemi Kembali dalam bentuk rute penerbangan langsung yang konon akan segera nyala kembali.
Gubernur Sumsel, Herman Deru, kedatangan tamu istimewa di markas OJK Sumsel bukan markas ojek, ya bro, ini tempat ngurus duit, bukan antar jemput cinta.
Yang datang bukan debt collector, tapi Konsul Jenderal Malaysia dari Medan, Mr. Shahril Nizam Abdul Malek. Gaya pakai jas, senyum santun, dan aura “let’s do business” terpancar sejak pintu dibuka.
Tapi jangan salah, walau judulnya diplomasi, suasananya gak kaku. Nggak ada meja bundar atau naskah pidato formal. Lebih mirip nongkrong sore sambil nyeruput teh tarik dan ngobrolin nasib penerbangan yang sempat tenggelam di awan pandemi.
Kalau kata pepatah Melayu “berkawan biar berasap, berunding biar berteh tarik” Nah, sore itu rasanya kayak diplomasi rasa roti canai gerobakan.
Yang jadi menu utama sore itu bukan rendang atau nasi minyak, tapi harapan lama rute langsung Kuala Lumpur – Palembang bisa terbang lagi.
Rute ini dulunya bukan sekadar wacana, tapi beneran eksis. Bahkan sebelum pandemi melanda, menurut data dari BPS tahun 2019, Sumatera Selatan sempat kedatangan hampir 16 ribu wisatawan mancanegara setahun, dan lebih dari separuhnya datang dari Malaysia.
Bisa dibilang, turis Malaysia ke Palembang itu ibarat cuko buat pempek—selalu nempel dan bikin nagih. Tiap bulan, sekitar 800-an orang Malaysia nyelonong ke Sumsel bukan untuk cari mantu, tapi cari kuliner dan budaya yang bikin kangen.
Tapi semua itu buyar saat dunia mendadak dikunci, langit ditutup, pesawat parkir, dan rute KL–Palembang ikut hilang kayak sandal hotel. Nah, sore itu, harapan itu diangkat lagi dan kali ini bukan sekadar sayap kata-kata.
Pak Deru langsung nyamber semangat, bukan cuma soal pesawat bisa mendarat, tapi ekonomi juga harus ikut lepas landas.
Kalau dijabarkan dalam bahasa dagelan, beliau bilang “Bila langit terbuka, duit pun mengalir, yang senang bukan cuma calo koper, tapi juga UMKM, hotel, tukang becak, sampai penjual songket di lorong!”.
Sementara itu, Konjen Shahril tampak tenang setenang opor ayam kampung yang kehabisan santan. Tapi kalimatnya bikin semua tersenyum “Sumsel ini macam gadis kampung yang rupawan. Elok nian, belum banyak disolek. Tapi potensinya luar biasa”.
Langsung, Gubernur senyum-senyum sendiri, mungkin merasa jadi “bapaknya gadis kampung” yang dimaksud. Suasana makin cair, makin akrab, dan makin mendekati bentuk stand-up comedy diplomatik.
Pak Deru datang nggak sendiri, bro, rombongannya lengkap, dari Asisten II Ekonomi, Kepala Bappeda, sampai Kepala Dinas Penanaman Modal. Ini bukan show of force, tapi show of serius.
Pesan yang ingin dikirimkan jelas. “Kalau Malaysia siap investasi, Sumsel bukan cuma siap menyambut, tapi siap ngurusin izin dengan senyum manis.
Asal jangan minta dibuatkan sinetron judulnya ‘Cinta Dalam Izin Investasi’”, dan momen paling lucu terjadi pas sang Konjen bertanya “Bagaimana sektor pariwisata di Palembang sekarang?”
Pak Deru menjawab enteng tapi tajam “Wisata kami ini kayak kuah tekwan, bro. Ringan, bening, tapi kalau dicicip, bikin kangen”.
Langsung ruangan pecah tawa. Diplomasi sore itu berubah jadi talkshow humor politik ringan, dengan bumbu optimisme dan aroma teh tarik.
Oh iya, pertemuan ini digelar usai acara Kickoff Sultan Muda Digination Fest. Namanya emang kayak konser DJ Marshmello, tapi isinya edukatif soal digitalisasi anak muda.
Acara ini jadi latar belakang penting Sumsel sedang menggenjot anak muda melek digital, dan dalam waktu yang sama, memperluas jejaring ekonomi lintas negara. Kalau kata Pak Deru, ini semua adalah bagian dari paket “Dari langit, ke layar, dari bandara ke browser”.
Kini sinyalnya makin jelas. AirAsia sudah membuka peluang, Pemprov Sumsel udah bilang “yes boss”, dan Malaysia tampaknya tinggal pilih tanggal.
Kalau semua lancar, kita mungkin bakal lihat turis Malaysia nongkrong di Benteng Kuto Besak sambil makan pempek lenjer, terus posting foto dengan caption “From KL with love, makan pempek sampai lupa diet”.
Dan siapa tahu, nanti bakal ada Festival Teh Tarik Internasional di Jakabaring. Karena jujur aja, hubungan dua bangsa kadang cukup dimulai dari secangkir teh, seiris pempek, dan sebiji niat baik.
Jadi, kita tunggu momen itu. Ketika pesawat pertama AirAsia nyelonong lagi dari KL ke Palembang, bukan cuma mesin yang menderu, tapi harapan juga ikut terbang.
Kalau kata pepatah “Sekali layar terkembang, pantang investor ditolak mentah-mentah”.
Tamat dulu. Tapi bisa lanjut kalau AirAsia udah resmi mendarat. Siap-siap beli tiket ya, bro. Siapa tahu bisa sekalian dagang pempek frozen di KL.[***]