“KALAU tidak kerja, ya kerjaan kita cari kerja, Mon!”
Begitulah kalimat yang keluar dari mulut Mimin, si penjaga warung kopi sekaligus konsultan karir spiritual nonformal di RT 05 Palembang.
Temon, teman Mimin sejak zaman rebutan Tamiya di SD, baru saja pulang dari Job Fair yang digelar di Hotel Arya Duta Palembang baru-baru ini, bajunya kusut, wajahnya lecek kayak setrika mogok kerja.
“Min, aku daftar di 17 perusahaan, tapi belum ada panggilan, satu-satunya yang nyambung, malah disuruh gabung MLM jualan madu hutan campur kolagen!” keluh Temon, sambil menenggak es kopi susu dobel gula.
Wali Kota Palembang, Ratu Dewa, sedang giat menurunkan angka pengangguran yang kayak benang kusut, kelihatan kecil, tapi pas ditarik, ujungnya entah di mana.
Beliau mengusulkan agar job fair digelar dua kali setahun, bukan cuma sekali. “Supaya pencaker (pencari kerja) tidak putus harapan dan semangat,” katanya, dengan semangat mirip MC dangdut hajatan RW.
Tercatat angka pengangguran Palembang sudah menurun tipis, dari 7,0 persen ke 6,9 persen. Tapi kata Ratu Dewa, “Kalau dilihat dari jumlahnya, pencaker masih banyak. Jadi harus agresif. Disnaker kudu kerja keras, bukan sekadar rebahan online”
Dan ini menarik, Ratu Dewa bilang Disnaker jangan cuma jadi papan pengumuman digital, tapi mesti naik kasta, jadi “agen kerja sejati”. Bahkan, katanya, “Disnaker bisa mencarikan kerja buat lulusan IPK tinggi.”
Kalau begini, bisa-bisa Disnaker Palembang nanti buka divisi Tinder Profesional, jodohkan IPK dengan HRD. Cocok-cocokan bak nasi uduk dan kerupuk merah.
Dalam Job Fair tahun ini, ada 2.912 lowongan kerja dari 40 perusahaan, baik dalam negeri maupun luar negeri, dari mekanik hingga bidan, dari chef sampai operator, bahkan ada peluang kerja ke Malaysia, Polandia, hingga Timur Tengah, lengkap, kayak katalog toko online.
Kepala Disnaker, Ikhsan Tosni, bilang ini adalah cara pemerintah “hadir” di tengah masyarakat. Nggak cuma hadir kayak mantan di mimpi, tapi hadir beneran: dengan talkshow inspirasi, donor darah, sampai layanan KTP. Bahkan ada ruang khusus buat tes wawancara langsung.
Tapi, sebagaimana pasar malam yang seru tapi kadang zonk, ada juga kisah Temon yang ikut antre sejak pagi, tapi malah nyangkut di booth “Peluang Usaha Jadi Reseller Gamis Korea”.
“Saya kira booth ini buka lowongan jadi duta wisata halal, Min. Eh….. ternyata suruh beli stok baju dulu baru boleh jualan,” ujar Temon dengan mata nanar, seperti baru saja ditinggal kabur dompet dan harapan.
Kata Adam Grant – profesor gaul dari Wharton School yang suka bagi-bagi pencerahan di Twitter “Don’t wait for opportunity. Create it”. (Kutipan populer dari unggahan media sosialnya, bukan dari buku.)
Maksudnya kalimat itu, jangan hanya pasif menunggu datangnya kesempatan baik dalam hidup, pekerjaan, atau karier. Tapi mulailah bertindak, berkreasi, dan menciptakan jalurmu sendiri.
Nah, ini PR kita bersama, edukasi pencaker juga penting. Masih banyak yang bingung bedain antara CV dan caption Instagram. Banyak lulusan bingung jawab pertanyaan “Ceritakan tentang diri Anda” – padahal itu bukan minta biodata zodiac plus golongan darah.
Contoh dari negara lain?, Di Singapura, SkillsFuture memberikan subsidi pelatihan dan sertifikasi kepada warganya untuk meningkatkan daya saing kerja.
Di Korea Selatan, pemerintahnya bikin platform digital resmi untuk pelatihan daring gratis. Di Bandung, lewat program Bandung Menjawab, pemkot aktif jadi jembatan antara pengusaha dan pemuda kreatif lewat kanal media sosial dan coworking space.
Kenapa Palembang nggak bisa kayak gitu? Bisa! Asal jangan cuma semangat saat launching, tapi angin-anginan kayak kipas angin pos ronda, seperti buat Inkubator Karier, kolaborasi antara Disnaker, kampus, dan pelaku usaha, tempat pencaker bisa magang sambil nyicipin dunia kerja. Job Fair Online-Offline Hybrid, seperti konser K-Pop zaman sekarang. Pencaker bisa apply sambil rebahan, tapi juga datang langsung kalau mau adu pesona dan CV.
Tes Kecocokan Gaya Kerja, mirip aplikasi dating, tapi versi dunia kerja. Cocokkan kepribadian dengan jenis pekerjaan—biar nggak salah jurusan kayak mantanmu dulu.
Mimin dan Temon Jadi Duta Job Fair, tokoh fiksi lucu yang mengedukasi via komik dan video pendek. Menghibur dan mencerahkan. Sekalian promosi minuman es jeruk warung Bu Nani.
Kata Si Temon (dan Pepatah dari Planet Tetangga) “Min, kalo dulu orang tua bilang ‘kerja keras tak mengkhianati hasil’, sekarang aku bilang ‘kerja keras jangan sampe dikibuli lowongan palsu”
Mimin pun menimpali bijak, sambil ngunyah rengginang “Hidup ini kayak wawancara kerja, Mon. Kalau nggak siap, ya gugup dan gugur di detik pertama”
Job Fair adalah langkah bagus. Tapi lebih bagus lagi kalau dibarengi dengan pendekatan yang manusiawi, digital, dan edukatif. Jangan hanya menjual angin surga, tapi benar-benar menciptakan jembatan emas menuju pekerjaan nyata.
Kalau Temon dan Mimin aja bisa ngerti pentingnya pelatihan soft skill, masa iya kita yang punya anggaran miliar-miliar nggak bisa?
Karena kata pepatah modern,“Cari kerja itu kayak cari cinta. Kalau serius, pasti ketemu. Tapi kalau cuma PHP, ya pencaker jadi patah hati berjamaah”
Jadi ada campakan kutipan inspiratif di bawah ini
“The best way to predict your future is to create it.” – Abraham Lincoln
“Success usually comes to those who are too busy to be looking for it.” – Henry David Thoreau
Kalau kamu pencaker semangat, bro dan sis!
Kalau kamu HRD: jangan galak-galak ya.
Dan kalau kamu petinggi di Disnaker ingat, satu lowongan yang real jauh lebih baik dari seribu flyer job fair yang cuma numpang eksis di TikTok.[***]
Catatan Redaksi:
Artikel ini memadukan data faktual dengan narasi fiksi dan tokoh imajinatif seperti Temon dan Mimin untuk tujuan edukasi, satire sosial, dan penyegaran gaya penulisan. Seluruh kutipan faktual dan data tetap merujuk pada sumber resmi.