Inspirasi

Sebatang Tusuk Gigi yang Sering Diremehkan

ist

Namaku tusuk gigi…
Aku kecil, kurus, langsing, mirip artis sinetron yang gagal makan sahur, tapi jangan salah, meski tubuhku sebatang kayu tipis, tugasku besar menyelamatkan harga dirimu dari daging kambing nyangkut dan daun singkong yang bandel.

Aku tidak pernah minta dipuja, tidak juga minta difoto lalu diunggah ke Instagram. Aku hanya duduk diam di pojok meja makan, kadang terselip di toples kecil, kadang tergeletak di plastik tipis. Aku jarang dipandang, apalagi disayang. Tapi begitu kau selesai pesta makan sate, akulah yang kau cari.

Pagi ini aku dibawa keluar dari plastik, diletakkan di meja warung. Aku hanya terbaring, memandangi lauk-pauk yang bikin ngiler gulai ayam, rendang, sambal hijau. Aku tahu, sebentar lagi tugas besar menantiku.

Lalu kau datang, dengan perut kosong dan semangat 45. Nasi Padang dua piring, kau lahap tanpa dosa. Sambal, daging, kuah gulai semuanya masuk. Aku hanya bisa menghela napas. “Nah, bentar lagi nih… pasti ada yang nyangkut”

Dan benar saja, ketika kau bercermin di sendok, tampaklah sejumput cabe hijau nongkrong di gigimu. Wajahmu panik, kau tengok kiri-kanan, kau butuh aku.

Dengan tangan penuh harap, kau raih tubuhku. Aku dimasukkan ke dalam mulutmu, ditusukkan ke sela gigi. Sakit sedikit, iya. Tapi aku rela karena itulah pekerjaanku menjadi pahlawan tanpa tanda jasa.

Banyak yang menganggapku sepele, dipakai sebentar, lalu dibuang ke tempat sampah, tidak ada ucapan terima kasih, tidak ada penghormatan. Tapi hei, bukankah pepatah bilang, “air setetes bisa memadamkan api kecil”?. Begitu pula aku meski hanya sebatang kayu, aku bisa menyelamatkan reputasi seseorang.

Aku mengajarkanmu satu hal jangan pernah meremehkan yang kecil, sebab kadang yang kecil justru jadi penentu. Ingatlah pepatah, “semut kecil pun bisa menggagalkan gajah yang sombong”

Jujur, aku sering tertawa melihat tingkah kalian, ada bapak-bapak yang kalau pakai aku, gayanya macam mafia. Duduk di kursi plastik, kaki disilang, lalu aku dimainkan di mulutnya sambil berkata, “Negara ini butuh pemimpin yang berwibawa.” Padahal, aku hanya sedang berjuang mengusir sisa pete di giginya.

Ada juga orang yang pakai aku bukan untuk gigi, tapi untuk main sulap. Mereka mematahkanku jadi dua, lalu pura-pura “abrakadabra.” Hey, aku bukan alat sulap, aku ini pekerja kebersihan gigi profesional!

Dan jangan lupakan anak-anak iseng yang menjadikanku miniatur tombak untuk melawan boneka. Sakit hati? Enggak juga. Aku sudah biasa diremehkan.

Kalau kau mau belajar, aku ini penuh filosofi, aku kecil tapi berarti, sama dengan hidupmu. Jangan minder kalau kau merasa kecil atau remeh. Kalau kau tahu kapan harus hadir, kau bisa jadi penyelamat banyak orang. Aku sekali pakai, hidup juga begitu waktu tak bisa diulang.

Sekali kesempatan lewat, kau tak bisa kembali. Jadi gunakanlah hidupmu dengan sebaik-baiknya. Aku ikhlas dibuang,
setelah menolong, aku tidak minta balas budi. Aku tahu tugasku selesai. Seharusnya manusia juga begitu menolong dengan ikhlas, bukan berharap pujian.

Kadang aku iri pada sendok, dia dipakai terus, dicuci, dipakai lagi, jadi bintang utama di meja makan, sedangkan aku?. Sekali pakai, langsung ke tong sampah.

Tapi suatu hari sendok bilang padaku “Bro, jangan sedih. Aku memang dipakai terus, tapi kalau aku tidak ada, orang masih bisa makan pakai tangan. Kau beda, kalau kau tidak ada, mereka bisa malu besar”

Aku terdiam, ternyata benar, aku bukan tentang kuantitas, tapi kualitas. Aku hadir di saat paling genting, itulah makna hidupku.

Wahai manusia, belajarlah dariku. Jadilah seperti tusuk gigi kecil tapi bermanfaat, sederhana tapi ikhlas. Tidak perlu banyak gaya, cukup hadir di waktu yang tepat.

Kalau dunia ini punya lebih banyak manusia tusuk gigi, orang-orang yang rela menolong tanpa pamrih, mungkin hidup akan lebih ringan. Tidak ada yang terlalu sombong, tidak ada pula yang merasa terlalu kecil, semua punya peran.

Aku memang hanya sebatang kayu tipis. Aku tidak berkilau seperti sendok perak, tidak gagah seperti pisau dapur. Tapi aku punya fungsi menyelamatkan senyummu.

Maka jangan remehkan aku, si tusuk gigi. Karena dalam hidup, sering kali yang menyelamatkanmu bukanlah yang besar dan hebat, melainkan yang kecil dan sederhana.

Jadi, kalau lain kali kau selesai makan sate, lalu mencari-cari aku, ingatlah satu hal aku mungkin hanya sebatang kayu, tapi aku adalah filosofi hidup.[***]

Terpopuler

To Top