Orang mulai sadar, kalau kita nggak mulai hari ini, besok-besok yang kita punya cuma nostalgia tentang rindang, bukan rindangnya itu sendiri.
Di tengah semangat penghijauan ini, muncul Pusri sebagai pemain inti yang gerakannya stabil, konsisten, dan penuh niat baik. Ibaratnya senior itu kerja bakti, dan selalu hadir lebih dulu dengan membawa cangkul, bibit, dan bawa tenaga, bahkan yang sangat penting itu bawa ketulusan/ikhlas, kadang bikin panitia haru jadinya, dan tahun ini, mereka kembali menunjukkan taring hijaunya.
K.M. Yusuf Riza, VP Lingkungan Hidup Pusri sampai bilang dengan gaya tenang tapi penuh makna. “Kami selalu percaya bahwa satu pohon mungkin terlihat kecil, tapi dampaknya bisa sangat besar.
Menjaga lingkungan bukan tugas satu hari, dan bukan kerja satu pihak. Ini perjalanan panjang yang harus dijalani bareng-bareng. Pusri akan terus ada di sana, ikut menanam, merawat, dan memastikan lingkungan kita tetap hidup untuk anak cucu”.
Nah, itu dia yang bikin Pusri beda, bukan cuma hadir untuk foto-foto seremonial, tapi benar-benar ngegas dalam jangka panjang.
Suasana acara menanam pohon di Gandus juga penuh cerita lucu. Ada yang semangat banget sampai gali lubang terlalu dalam, bibitnya hampir tenggelam.
Ada yang sok profesional pegang cangkul, eh… malah cangkulnya kena sepatunya sendiri. Ada pula peserta yang sibuk minta foto sambil bergaya jadi petani keren, padahal bibitnya masih belum dilepas dari plastik. Tapi ya beginilah serunya, yang penting niatnya bener.
Pusri sendiri bukan pemain baru dalam dunia penghijauan, program mereka udah jalan bertahun-tahun. Mulai dari ngajarin kelompok masyarakat ngurus ruang hijau, memperbaiki kawasan yang rusak, sampai bikin sistem pengelolaan limbah dan energi yang lebih ramah lingkungan.
Keren? jelas, ada lucunya? tentu.
Yusuf sempat menambahkan kalimat yang cukup ngena. “Lingkungan itu titipan. Kalau kita jaga baik-baik, dia balik ke kita dengan kebaikan. Tapi kalau kita cuek, dia bisa menunjukkan sisi tegasnya”. Makanya, ini bukan cuma statement, tapi tamparan halus, tamparan sayang, tapi tetap tamparan.
Investasi masa depan
Oleh karena itu siapa sangka, gerakan hijau ini makin rame karena banyak anak muda ikut turun tangan. Mereka datang dengan berbagai gaya. Ada yang fashion-nya udah kayak mau konser outdoor.
Ada yang bawa kamera lebih mahal dari motornya. Ada juga yang serius banget kayak mau jadi duta oksigen Sumatera Selatan. Tapi apa pun alasannya, mereka terjun dan menanam. Dan itu yang paling penting.
Pepatah yang cocok untuk suasana ini cuma satu “Setiap pohon tumbuh dari satu tangan yang mau bergerak”. Misalnya nanti beberapa tahun ke depan, pohon-pohon itu sudah tinggi, rindang, dan jadi tempat teduh.
Mungkin ada pasangan nikah foto di situ. Mungkin jadi tempat anak kecil main lari-larian. Mungkin juga jadi tempat kamu berteduh saat nunggu ojek online yang nggak kunjung datang. Dan kamu bisa bilang, “Oi, ini pohon aku yang tanam dulu, waktu aku sok-sokan gali lubang tapi malah kena batu”.
Jadi pesanya sederhana, kadang kebaikan besar dimulai dari satu tindakan kecil yang nggak kamu sangka,seperti menanam satu pohon.
Gerakan “Menanam Hari Ini untuk Sumsel yang Lebih Hijau” bukan cuma acara rapih-rapih dan tanam-tanam. Hal ini tentu sebagai investasi masa depan.
Bahkan investasi yang bakal dibayar dengan udara lebih segar, kota lebih teduh, dan kehidupan yang lebih ramah untuk generasi setelah kita, dan Pusri sudah membuktikan, mereka bukan cuma bicara, tapi benar-benar terjun, kotor-kotoran, dan konsisten bikin Sumsel makin hijau.
Jadi kalau hari ini bingung mau ngapain, ya tanamlah satu bibit, minimal satu, nanti kamu bakal bangga sendiri.[***]