Inspirasi

Hidup Si Piring, Luka,Tawa & Drama Meja Makan

ist

AKU si piring, jangan kira hidupku datar-datar aja kayak permukaanku, dibalik bentukku yang bulat sempurna, ada kisah getir, lucu, bahkan penuh drama, lebih heboh dari sinetron prime time. Kalau kata pepatah, “hidup segede gaban, tapi nasib sering kepeleset sambal” Nah, itu aku banget.

Bayangin, tiap hari aku jadi panggung utama, semua lauk, dari ayam goreng sampai sayur asem, mampir ke tubuhku. Aku kayak artis top yang nggak pernah sepi job. Bedanya, honor ku nol besar, malah sering disiram minyak panas bekas gorengan. Kalau bisa ngomong, mungkin aku udah protes ke serikat pekerja perabotan rumah tangga.

Hidupku ini penuh luka batin, setiap kali ada sendok ngeruk-ngeruk nasinya, rasanya kayak dipijat kasar sama tukang urut yang baru belajar. Belum lagi kalau sambal meluber, panas, pedes, nusuk hati. Aku sering bilang ke garpu, “Bro…. kita ini alat makan atau alat tes ketahanan api?”. Garpu cuma nyengir, soalnya dia juga sering ditusuk-tusuk ke daging keras sampai giginya bengkok.

Kadang aku mikir, hidup jadi piring tuh mirip orang kerja kantoran, diisi penuh sama beban (alias makanan), terus dituntut stabil jangan sampai tumpah. Begitu semua beres, bukannya dapat ucapan terima kasih, malah dilempar ke wastafel. Kayak karyawan lembur, udah jungkir balik, masih dimarahin bos.

Orang bilang, “hidup itu berputar”. Nah, kalau aku, hidup itu berputar di mesin cuci piring, rasanya kayak naik wahana arung jeram, tapi versi berputar tanpa sabuk pengaman. Keluar-keluar, badan bersih sih, tapi kadang ada bekas noda yang nempel, kayak kenangan mantan yang susah hilang.

Filosofi si piring

Aku pernah dengar manusia bilang, “tak ada gading yang tak retak”. Nah, aku pengen bilang, “tak ada piring yang tak pernah lecet” Lecetku ini bukti perjuangan, saksi bisu betapa banyak perut kenyang karena jasaku. Jadi, kalau ada piring yang sudah pecah, tolong jangan langsung dianggap tak berguna.

Pecahan piring bisa jadi cermin kecil, bisa juga buat hiasan mozaik. Intinya, tiap benda, sekecil apa pun, punya nilai kalau dilihat dari sudut berbeda.

Di meja makan, aku sering jadi saksi komedi keluarga, ada anak kecil yang numpahin kuah, bapaknya ngomel, ibunya geleng-geleng, aku cuma bisa pasrah, tubuhku basah kuyup kayak abis hujan deras. Pernah juga aku jadi korban “tukar tambah”. Lagi asik ngangkat nasi, eh tiba-tiba dikeplak sama piring lain, katanya rebutan posisi strategis. Ya ampun, kayak kursi DPR aja rebutan.

Kalau boleh kasih nasihat, aku mau bilang, jangan anggap remeh hal kecil di sekitar kita, piring sederhana kayak aku, tanpa aku kalian bakal makan langsung di meja. Mau sih, coba bayangin makan sop panas tanpa piring. Meja langsung jadi kolam renang mini. Jadi, hargai hal-hal kecil, karena sering kali mereka yang bikin hidup lebih nyaman.

Akhir kata, aku si piring cuma mau bilang, hidup ini kayak aku, nampung banyak hal, kadang kotor, kadang kosong, kadang penuh tawa, kadang penuh noda. Tapi selama kita kuat menahan beban, pasti ada waktunya kita dibersihkan, disiapkan lagi buat tugas berikutnya. Ingat pepatah “hidup jangan kayak piring jatuh, sekali pecah susah nyatu”. Jadi, hati-hati menjaga diri, jaga hati, dan jangan lupa jaga piring, karena kalau pecah, biasanya mamak langsung ngomel tiga babak.[***]

Terpopuler

To Top