HALO, aku kuali, ya…, kuali tua yang sering dianggap remeh, tapi sebenarnya punya banyak cerita. Dari nenek sampai anak muda yang sekarang pegang aku, aku sudah menemani pepes ikan, sambal, bahkan telor dadar yang gosongnya bikin dapur beraroma misteri. Meski sering kena api dan gosong di bawah, itu semua bagian dari hidupku. Tanpa gosong, aku cuma logam panas, bukan guru kehidupan.
Aku ingat sekali hari itu, si anak muda yang sok jago memasak mie instan ala chef profesional mencoba menguasai aku. Aku menatapnya dengan penuh sindiran. “Eh, jangan sok hebat, Nak. Ingat pepatah dapur jangan menilai wajan dari ujung gagangnya”.
Dan benar saja, mie itu meletup, lengket, dan gosong di bawah. Meski begitu, aku tetap setia menemaninya. Filosofiku sederhana panas itu bagian dari hidup, gosong itu bumbu pengalaman.
Tiba-tiba, kucing tetangga yang sejak kecil aku panggil kucin mendekat dan mengendus aroma gosong itu. Dia menatapku, lalu menatap si anak muda, seakan berkata “Kalau mau selamat, jangan main-main sama kuali sakti ini.” Aku tersenyum logam, lalu mengingatkan anak itu “Hidupmu bakal seperti masakan ini kalau kau terburu-buru, kadang gosong, kadang lengket, tapi tetap bisa dinikmati kalau ada sabar dan humor”
Aku bukan sekadar alat memasak, Aku guru, konselor, bahkan stand-up comedian dapur. Aku mengajarinya tentang kesabaran minyak jangan terlalu banyak, api jangan terlalu besar, dan jangan menyepelekan hal kecil, karena yang kecil bisa bikin gosong, tapi yang sabar bisa bikin harum. Meski sering kena api dan gosong di bawah, aku tetap setia mengajarinya filosofi ini setiap gosong adalah pelajaran, setiap letupan adalah peringatan, dan setiap aroma adalah cerita.
Oleh sebab itu, hidup seperti aku, kuali sakti, pasti panas, kadang gosong, tapi selalu penuh pelajaran. Jangan takut kena api, jangan takut gosong, karena itu semua bagian dari proses. Dan ingat, kucin selalu mengamati dari jauh, mengingatkan bahwa hidup yang terlalu serius itu, seperti wajan tanpa minyak kaku, pahit, dan membosankan.
Jadi, setiap kali kau memegang aku atau wajan lain, ingat bukan hanya masakan yang matang, tapi pengalaman, humor, dan filosofi hidup yang ikut matang bersama.
Meski sering kena api dan gosong di bawah… tetaplah tertawa, Nak. Hidup itu, bro, seperti gosong kadang pahit, tapi bikin cerita lebih lezat.[***]