Infrastruktur & Transportasi

Menpora Muda, Gedung Muda, Semangat Muda : Asa Baru Gedung Pemuda Sport Center Lemabang Palembang

kemenpora.go.id

PEMBANGUNAN Gedung Pemuda Sport Center di Lemabang, Palembang, bisa diibaratkan seperti buah segar yang baru dipetik, masih muda, masih kinyis-kinyis, dan semoga jangan cepat layu. Apalagi yang meletakkan batu pertamanya adalah Menpora kita, Dito Ariotedjo, yang juga masih berusia 32 tahun seusia karyawan baru yang baru bisa cicil rumah tipe 36.

Ada yang bilang, usia muda itu modal, betul sekali, tapi modal muda kalau tidak dipakai, bisa basi, sama halnya gedung olahraga kalau hanya dibangun lalu dikunci rapat-rapat, ia hanya akan jadi aquarium besar tanpa ikan. Cantik dilihat, tapi tidak ada kehidupan di dalamnya.

Pembangunan Gedung Pemuda Sport Center ini sebetulnya lebih dari sekadar tumpukan batu bata, ia adalah simbol  energi muda harus punya wadah. Menpora yang masih muda, ditambah gedung yang baru mulai dibangun, mestinya melahirkan semangat muda yang segar.

Pepatah lama berkata, mens sana in corpore sano alias “dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.” Kalau diterjemahkan gaya kampung kita, kurang lebih artinya “lebih baik keringetan di lapangan daripada keringetan nunggu chat gebetan yang tak kunjung balas”

Anak muda sekarang butuh tempat seperti ini, karena sehat itu bukan sekadar tubuh bebas sakit, tapi juga ruang untuk melampiaskan energi berlebih. Kalau tidak ada sport center, anak muda bisa saja menyalurkan energi di tempat lain misalnya di tongkrongan warung kopi, yang ujung-ujungnya lebih sering menguras dompet daripada keringat.

Palembang bukan satu-satunya kota yang sedang berlari membangun fasilitas olahraga, tengok saja Surabaya. Kota ini punya Gelora Bung Tomo, yang bukan hanya stadion bola, tapi juga jadi ikon kebanggaan.

Di Bandung, Gasibu bukan hanya lapangan upacara, tapi juga ruang publik di mana anak muda berolahraga setiap minggu. Jakarta dengan Gelora Bung Karno (GBK) bahkan sudah jadi landmark nasional dari jogging santai sampai konser kelas dunia, semua bisa di sana.

Kalau menengok lebih jauh ke luar negeri, ada Tokyo dengan Yoyogi National Gymnasium ikon arsitektur sekaligus ruang olahraga yang terus hidup. Barcelona punya Camp Nou (walau sekarang direnovasi), yang sejak lama bukan hanya markas sepak bola, tapi juga mesin pencetak identitas kota.

Singapura lebih ekstrem lagi mereka menyulap Marina Bay menjadi arena Formula 1, menunjukkan bahwa olahraga bisa menjelma atraksi wisata kelas dunia.

Artinya, membangun sport center bukan hanya soal menaruh semen dan batu bata. Ia adalah investasi peradaban, di situlah anak-anak muda ditempa, keringat ditumpahkan, dan identitas kota dipupuk.

Warna hidup

Tentu, membicarakan sport center tidak selalu harus serius, bayangkan anak muda Palembang kelak punya sport center megah di Lemabang.

Bisa jadi nanti ada yang datang hanya untuk foto OOTD dengan alasan “olahraga jempol” alias upload foto dulu, olahraga belakangan. Ada pula yang jadi komentator dadakan tak pernah main basket, tapi kalau nonton temannya main, gaya komentarnya sudah mirip komentator NBA.

Tapi biarlah, itu bagian dari warna kehidupan sport center, yang penting gedung ini tidak sepi, tidak dingin seperti kulkas. Gedung ini harus riuh ada yang berlari, ada yang menari, ada yang ketawa karena jatuh di lantai tapi tetap semangat main lagi.

Gedung olahraga hanyalah wadah, yang menghidupinya adalah semangat pemuda, karena tanpa pemuda, sport center hanyalah bangunan kosong ber-AC. Tapi dengan pemuda, ia bisa jadi tempat lahirnya juara dunia.

Jangan lupa, sejarah menunjukkan banyak atlet besar lahir dari tempat sederhana, misalnya Michael Jordan lahir dari lapangan basket sekolah biasa. Ronaldo kecil menendang bola di jalanan sempit Madeira.

Susi Susanti, legenda bulu tangkis Indonesia, dulu berlatih di tempat yang tak semegah hall sekarang. Artinya, bukan semata megahnya gedung yang penting, tapi bagaimana ia dipakai dan dijaga.

Oleh sebab itu, maka, dalam tubuh yang sehat, ada semangat yang tak bisa dibeli,  semangat inilah yang akan menuntun pemuda di Palembang bukan hanya jadi penonton di tribun, tapi juga pemain di lapangan kehidupan.

Menpora muda, gedung muda, semangat muda, tiga hal ini bertemu di Palembang, kalau energi ini dijaga, bukan mustahil nanti dari sport center Lemabang lahir atlet yang wajahnya lebih sering nongol di podium piala bergengsi daripada nongkrong bengong di perempatan.

Dunia sudah membuktikan kota yang memfasilitasi olahraga, akan melahirkan generasi yang sehat, tangguh, dan penuh percaya diri. Palembang kini punya kesempatan besar untuk mengikuti jejak itu.

Dan jangan lupa, kata pepatah batu pertama boleh kecil, tapi bisa jadi dasar bangunan yang besar, semoga batu pertama di Lemabang ini bukan hanya simbol, tapi awal dari cerita panjang kejayaan olahraga Kota Palembang, Sumatera Selatan.[***]

Terpopuler

To Top