BICARA Inovasi, mungkin Kabupaten Musibanyuasin [Muba] paling terdepan di Provinsi Sumsel, terbukti sudah beberapa prodok komiditi dihasilkan dari Kabupaten ini, suka tak suka fakta nya memang ada, seperti Aspal Karet, yang bikin provinsi lain di Indonesia penasaran, bahkan rasa penasaran tersebut, tak sungkan-sungkan mereka datang ke Muba untuk studi banding.
Tak kalah penting lagi inovasi sederhana dalam rangka menggerakan ekonomi kerakyatan, Muba pun bisa dikatakan terdepan. Tengok saja, karet selain untuk campuran aspal, kini dari turunan karet dapat juga diolah menjadi produk cemilan yang bikin orang penasaran.
Inovasi ini bukan sembarang inovasi dadakan, namun sudah dipikirkan sejak dahulu, bahkan melewat berapa tahapan baik dicoba di laboratorium maupun sebagainya, itulah Kab. Muba yang ingin tampil beda di Sumsel.
Mendorong masyarakatnya mandiri, kreatif dan terus berinovasi lebih penting, sebab tanpa adanya inovasi dan kreatif untuk menciptakan hal yang [Maaf] mungkin kita akan kalah bersaing, diam dan berfikir positif untuk kemajuan daerah itu lebih baik, daripada bercuap-cuap, tapi miskin kreatifitas dan inovatif.
Action dan menghasilkan produk-produk inovatif dan kreativitas yang dapat diterima masyarakat itu lebih baik sehingga masyarakat bisa berkarya dan mandiri, apalagi di era saat ini tanpa kreativitas dan inovatif daerah tersebut akan kalah bersaing.
Harga karet lemah, terjadi hampir diseluruh daerah penghasil karet di Indonesia, bukan saja di Muba, namun banyak cara untuk menutupinya masalah tersebut agar masyarakat maupun petani karet dapat terdongkrak taraf hidupnya.
“Setidaknya sisaat lemahnya harga karet dipasar tidak membuat Warga Kabupaten Muba yang mayoritas sebagai petani karet patah arang dan tetap mencari bagaimana menambah pendapatan perkapita yang akan menghasilkan,” kata Ketua TP PKK Muba Hj Erini Muthia Yufada, belum lama ini.
Setidaknya terciptannya produk-produk cemilah berinovasi dari bikar dapat menjadi mata pencarian ibu rumah tangga, dan masyarakat Muba umunya.
Dengan demikian, dapat menekan angka kemiskinan angka kemiskinan seperti program pemerintah pusat, dan menciptakan lapangan kerja dimasyarakat.
Menurutnya sangat mendorong masyarakat Muba untuk berinovasi, seperti salah satunya dilakukan kelompok PKK Muba bersama BUMDes Citra Muda Mandiri, Desa Supat Barat Kecamatan Babat Supat yang mengolah biji karet menjadi Kerupuk Biji Karet (Bikar).
Bikar biasanya banyak hanya terbuang, bahkan mengotori banyak jalan, namun saat ini dimanfaatkan untuk menjadi cemilan yang enak.
Kepala Dinas Komiinfo Herryandi Sinulingga AP menambahkan Kelompok PKK Supat Barat bekerjasama dengan BUMDes Citra Muda Mandiri ini lahir sebagai bentuk ekonomi kreatif di desa.
“Dimana kelompok PKK Desa Supat Barat selaku produsen yang tetap menjaga kualitas produk dan BUMDes Citra Muda Mandiri sebagai ujung tombak pemasaran, semoga sinergi ini dapat menciptakan ekonomi yang merata dan berkelanjutan,” ujarnya,
Produk Bikar ini, lanjutnya sudah melalui uji lab kesehatan, mengandung minyak nabati yang tinggi dan memiliki asam lemak tak jenuh tinggi pula, sehingga produk tersebut menjadi produk sehat untuk dikonsumsi.
Sedangkan Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa Richard Cahyadi mengatakan Bikar adalah inovasi baru yang dilakukan masyarakat untuk mengolah dan menikmati biji karet menjadi karet
“Ini (produksi Bikar) juga merupakan program nyata, solusi bagi kita bersama warga untuk menekan angka kemsikinan di Musi Banyuasin,” ucap Richard.
Perlu diketahui Bikar memiliki varian rasa original dan rasa pedas. Bikar juga lahir untuk membuat makanan cemilan sehat bagi anak-anak dan dewasa.
Kerupuk biji karet ini juga dipasarkan secara online, dan telah memiliki akun di beberapa sosial media, diantaranya, akun Instagram @Supbar_ , Shoope dengan nama Biikar, dan melalui akun WhatsApp 081274514800. Pungkas ricard berpromosi.
Memang menekan angka kemiskinan itu, tak cukup dengan bersuara lantang, tanpa dibarengi dengan merubah pola pikir masyarakat yang tadinya hanya berfikir selepas sekolah harus masuk pegawai negeri dan sebagainya.
Masyarakat harus didorong dan dibuka pikiran dengan membuat produk-produk yang berinovasi dan kreatif. Itu salah satu kuncinya, karena angka kemiskinan tersebut selalu seiring bersama dengan angka pengangguran.
Pengangguran terjadi akibat banyaknya jumlah angkatan kerja menjadi pengangguran, apalagi setiap tahun perguruan tinggi, SMK, SMA mengeluarkan ribuan lulusannya.
Artinya menekan angka kemiskinan tersebut harus sejalan dengan menekan angka pengangguran dengan mengajak masyarakat untuk berinovasi dan kreatif menciptakan yang baru, contohlah Muba….[***]
Penulis : wan