Sumseterkini.co.id, – Kalau ngomongin ekonomi kreatif, jangan cuma mikir soal gim keren atau film blockbuster aja, ya. Kadang, karya yang kelihatan kalem dan penuh perasaan kayak puisi juga bisa jadi mesin uang yang ngacir, asal diseriusin.
Makanya, hadirnya Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar di acara peluncuran buku puisi “Pesan yang Datang Belakangan” karya Didiet Maulana itu bener-bener bikin ekonomi kreatif makin kinclong.
Bayangkan deh, puisi itu ibarat benih kecil yang kalau dirawat baik bisa tumbuh jadi pohon besar dengan buahnya berupa film, gim, animasi, dan karya lain yang mengisi kantong negara.
Ibaratnya, puisi ini kayak biji kopi di Kolombia, negara yang terkenal dengan kopi terbaik di dunia. Kalau biji kopinya nggak digiling dan diseduh, ya cuma biji doang, tapi kalau diproses dan dipasarkan dengan keren, bisa jadi ekspor utama dan jadi tumpuan ekonomi.
Nah, Wamen Ekraf Irene Umar menegaskan kalau buku dan penerbitan adalah kunci awal dari seluruh rantai kreatif ini. Dia bilang, “Melalui buku dan penerbitan, kita harapkan masyarakat semakin gemar membaca dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya literasi dalam kehidupan sehari-hari.” Ini bukan cuma soal literasi, tapi soal menyiapkan bahan bakar untuk mesin kreativitas bangsa.
Didiet Maulana, si desainer dan penulis puisi, bilang bahwa karyanya ini bisa jadi semacam peta harta karun buat generasi muda yang pengen nyemplung ke dunia sastra dan kreativitas.
Dia bilang, “Generasi muda harus terus didorong untuk membaca dan menulis, sehingga bisa meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mereka.” Wah, bener banget, ya? Ibarat pepatah Jawa, “Ojo ngoyo, ojo ngalamun, tapi ojo lali nguri-uri budaya baca tulis.” Kalau nggak dibudayakan, ya kreativitas bisa mandeg kayak monorel yang nggak jalan-jalan.
Kalau lihat negara lain, Jepang misalnya, yang sejak lama merawat literasi dan karya tulisnya, hasilnya mereka punya industri anime dan manga yang meledak-ledak, ngalahin pasar global. Jadi, jangan heran kalau puisi yang “pelan-pelan tapi pasti” ini bisa jadi motor penggerak ekonomi kreatif kita.
Beda dengan yang suka bilang, “Ah, baca puisi buat apa? Kan cuma buat hati-hati aja.” Padahal, puisi itu senjata rahasia yang kalau dimanfaatin dengan bener, bisa bikin otak muda meledak-ledak ide kreatifnya. Sebagaimana tokoh teknologi dan inovasi dunia Steve Jobs pernah bilang, “Creativity is just connecting things.” Puisi bisa jadi penghubung dari rasa ke karya nyata yang punya nilai ekonomi.
Sebagai kesimpulan, acara peluncuran buku puisi ini bukan cuma tentang peluncuran buku biasa. Ini momentum pengingat kalau dari hal-hal sederhana seperti kata-kata indah, kita bisa membangun masa depan ekonomi kreatif yang berkelanjutan. Jadi, jangan remehkan buku puisi, karena dari rasa turun ke kata, bisa turun juga ke rupiah yang mengalir deras.[***]