Industri Kreatif & UKM

Kalau Lisa BLACKPINK Bisa, Kenapa Kartini Nggak?

ekraf

Sumselterkini.co.id, – Di balik kain brokat dan lipatan jarik yang menjuntai anggun, terselip makna perjuangan yang lebih dalam dari sekadar busana. Di acara “Woman in Kebaya” yang digelar  Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM, Jumat lalu (25/4), Wakil Menteri Ekonomi Kreatif, Irene Umar, tampil bukan hanya sebagai tamu kehormatan, namun  juga sebagai duta semangat Kartini yang dibalut kebaya, disiram lampu sorot, dan disambut meriah seperti idol K-Pop masuk ke lobi hotel.

Sungguh, fashion show ini bukan sembarang gelaran jalan-jalan di catwalk sambil senyum lima watt. Ini adalah parade simbolik yang membawa pesan  perempuan bisa tampil elegan sekaligus mengguncang perekonomian. Ya, semacam perpaduan antara Ibu Kartini dan Lisa BLACKPINK berbakat, berani, dan berkebaya.

Wamenekraf Irene Umar tidak sekadar datang untuk foto-foto lalu pulang. Beliau menyampaikan pesan yang bisa bikin siapa saja merasa tertampar dengan manja. “Ekonomi kreatif itu adalah tentang ketidaksempurnaan yang menjadi kesempurnaan.” Nah lho. Kalau kamu selama ini minder karena belum bisa masak atau jahit kancing baju, tenang aja, asal kreatif, negara butuh kamu.

Irene menekankan dengan semangat Kartini, kita bisa menyulap keterbatasan jadi peluang. Mirip seperti mie instan yang dimasak tanpa kompor tapi tetap enak yang penting niat dan kreativitas.

Dalam sambutannya, beliau optimis  Indonesia bisa jadi pusat kekuatan ekonomi kreatif dunia. Contohnya, Korea Selatan. Dulu negara ini sempat terseok-seok pasca perang. Tapi lihat sekarang, dari drakor sampai skincare, semua mengglobal. Bahkan sabun cuci piring di drama Korea bisa tampak memesona.

Indonesia pun tidak kekurangan potensi. Dari batik yang bisa dijual hingga ke Eropa, sampai sinetron yang bisa bikin emak-emak se-Asia Tenggara baper berjamaah, semua adalah aset. Tinggal bagaimana kita membungkusnya, seperti membungkus tempe, tapi pakai kreativitas dan keberanian.

Hari Kartini bukan sekadar seremoni pasang foto hitam putih Ibu Kartini lalu kasih caption. “Terima kasih Ibu Kartini.” Lebih dari itu, ini saatnya perempuan-perempuan Indonesia bangkit bukan hanya dengan make up no crack, tapi juga dengan ide-ide yang bisa menggerakkan ekonomi.

Seperti kata Irene, sekarang ini zamannya digital, perempuan bisa jadi CEO dari ruang tamu, bisa dagang kerajinan tangan ke luar negeri tanpa perlu keluar rumah, bahkan bisa jadi seleb TikTok sekaligus pelestari budaya.

Fashion show “Woman in Kebaya” ini menyatukan semua elemen itu identitas budaya, pemberdayaan perempuan, dan tentu saja, kepercayaan diri. Karena, siapa bilang pejuang ekonomi kreatif harus selalu pakai jas dan dasi?. Kadang, justru dari lipatan kebaya dan gaya lenggak-lenggok sambil senyum pede, sebuah revolusi diam-diam dimulai.

Jadi kalau kamu masih mikir kebaya itu cuma buat kondangan atau jadi bridesmaid, pikir ulang deh. Di tangan Kartini-Kartini modern macam Irene Umar dan sejawatnya, kebaya bisa jadi senjata diplomasi budaya, alat branding nasional, bahkan siapa tahu senjata rahasia menuju Indonesia Emas 2045.

Yuk, mulai dari sekarang, jangan cuma pakai filter Paris buat selfie. Pakai juga semangat Kartini buat hidup, karena kalau Korea bisa ekspor budaya lewat K-pop, masa Indonesia kalah sama drama cinta-cintaan?. Kita punya kebaya, batik, kopi, rendang, dan emak-emak pasar yang bisa jualan sambil ngitung kembalian dalam tiga mata uang.[***]

Terpopuler

To Top