Industri Kreatif & UKM

Gen Matic, Saatnya Anak Muda Jadi Bos Digital, Bukan Cuma Penonton

ist

Sumselterkini.co.id, – Ada pepatah tua dari kampung sebelah yang bilang, “Kalau mau makan durian, jangan cuma cium baunya”. Artinya, kalau mau sukses di dunia digital, jangan cuma modal upload video makan cilok pakai efek slow motion. Harus ada ilmunya, harus ada ilat dagangnya. Nah, ini yang tampaknya mulai ditanamkan oleh Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) lewat program bernama Gen Matic, yang baru saja diluncurkan dengan gebyar bak launching boyband Korea, tapi versi Bali lengkap dengan backdrop Gedung Perwakilan Bank Indonesia, kipas angin langit-langit, dan suasana penuh semangat muda.

Kalau dulu emak-emak yang diajak melek teknologi lewat program “Emak-Emak Matic”, namun, sekarang giliran anak mudanya yang dikasih booster kreatif biar gak cuma jago joget atau bikin konten review mie instan tapi juga bisa jadi creator yang paham algoritma, branding, sampai urusan monetisasi alias gimana caranya upload video bisa beli seblak satu kecamatan.

Menteri Ekraf Teuku Riefky Harsya yang tampaknya paham bahwa zaman sekarang anak muda lebih sayang kamera depan ketimbang cermin bilang bahwa Gen Matic ini bukan cuma ngajarin teknis ngedit atau bikin caption aesthetic, tapi juga ngajari mental bisnis, membangun jejaring profesional, dan ngerti pasar. Jadi bukan cuma bikin konten biar viral, tapi bikin konten yang punya nilai ekonomis dan sosial.

Kenapa Bali?, karena Bali bukan cuma tempat bulan madu atau lokasi syuting sinetron FTV yang plot-nya bisa ditebak. Bali hari ini adalah etalase ekraf Indonesia subsektor kriya, kuliner, sampai fesyen-nya udah kayak Singapura kecil tapi ngasilin banyak duit. Kepala BI Bali, Butet Linda Pandjaitan sampai nyebutin kalau pertumbuhan unit usaha ekraf di sana naik 59% dalam setahun. Ini bukan naik daun, tapi naik panggung!. Oleh sebab itu, Gen Matic di-launching di sana, sekalian biar kontennya nggak hanya jadi konten, tapi juga jadi kontan.

Biar nggak bilang ini cuma acara seremonial doang, Gen Matic ngundang para suhu dunia digital. Ada Agusleo Halim dari Lynk.ID, Muri Handayani dari SBO, dan Nurdin dari NRHOUSE. Ini bukan nama superhero, tapi orang-orang yang udah makan asam-garam algoritma dan tahu kapan waktu terbaik posting reels biar masuk explore.

Kalau Amerika punya Silicon Valley, masa Indonesia nggak boleh punya Silicon Kuta?. Sebab anak muda kita potensinya gede, tinggal dikasih pupuk digital dan air kreatif, jangan terus-terusan dibasahi komentar netizen yang kerjaannya ngatain kok kamu gitu sih?.

Lihat saja Korea Selatan, mereka dulu juga sempat bingung antara mau jadi negara industri atau negara drakor. Tapi mereka pilih dua-duanya, hasilnya? BTS, Parasite, dan pendapatan ekspor konten digital yang ngalahin ekspor kimchi, semua itu karena satu hal, yakni mereka berani membangun ekosistem digital sejak dini, dari pendidikan sampai insentif pajak buat startup, seharusnya kita juga bisa begitu, asal konsisten dan gak cuma heboh di awal, seperti gebetan yang rajin chat waktu PDKT tapi hilang setelah jadian.

Kata Gary Vaynerchuk, investor dan pakar digital marketing dunia, “The best marketing strategy ever CARE”,  artinya, kalau bikin konten, pikirin juga siapa yang nonton, siapa yang beli, dan siapa yang butuh. Jangan semua dijadikan bahan prank, termasuk nenek sendiri.

Atau kata Simon Sinek pembicara publik, dan pemikir kepemimpinan asal Inggris-Amerika yang terkenal karena gagasan inspiratifnya tentang “why”,  alasan mendasar mengapa seseorang atau organisasi melakukan apa yang mereka lakukan, ia bilang juga, “People don’t buy what you do, they buy why you do it”, kalau kita bikin konten karena cinta sama budaya lokal, cinta itu akan sampai ke penonton. Tapi kalau cuma demi adsense, ya… viewers pun tahu, dan biasanya mereka pindah channel.

Program Gen Matic adalah langkah jitu bahkan bisa dibilang jurus capcay digital, isinya lengkap, gizinya banyak. Di tengah gelombang teknologi yang makin deras ini, anak muda  butuh lebih dari sekadar kuota internet dan hape kamera tiga.

Mereka butuh ilmu, jaringan, dan keberanian, karena seperti kata pepatah Minang, “Rang nan sabana pandai, indak ka hilang di awak”. Orang yang benar-benar pandai tidak akan kehilangan tempat di tengah dunia yang terus berubah.

Dukung yuk! program seperti ini, jangan cuma nonton dari pinggir sambil nyinyir. Ingat !! di era sekarang, bukan lagi yang kuat yang menang, tapi yang kreatif dan konsisten yang bertahan, kalau Gen Matic berhasil mencetak ribuan content creator baru yang paham nilai dan pasar, maka kita tidak hanya menciptakan tren, tapi menciptakan pendapatan dan peradaban.

Program Gen Matic adalah langkah konkret dan terukur dari Kementerian Ekonomi Kreatif untuk menjawab tantangan zaman. Di tengah derasnya arus digital yang tak kenal rem, generasi muda memang perlu lebih dari sekadar kuota dan kamera depan, mereka butuh bekal ilmu, arahan yang tepat, dan ruang belajar yang sehat agar tak terseret arus informasi yang menyesatkan.

Pelatihan ini menjadi jembatan bagi anak muda Indonesia untuk masuk ke dunia kreatif digital dengan pijakan yang kokoh, bukan sekadar mengejar popularitas instan. Lewat Gen Matic, mereka diberi peluang untuk mengenali potensi diri, mengasah keterampilan, serta memahami bahwa konten bukan sekadar tontonan, tapi juga bisa menjadi jalan rezeki dan kontribusi nyata bagi perekonomian bangsa.

Sudah saatnya kita tak hanya jadi penonton di panggung besar teknologi, tapi juga ikut tampil dengan karya yang bermutu. Gen Matic memberi panggung, tinggal bagaimana para pesertanya menjadikannya batu loncatan, bukan hanya tempat selfie lalu pulang lupa tujuan.

Kalau hari ini ada 7.927 pelaku ekraf di Bali, maka dengan semangat pelatihan seperti ini, bukan tidak mungkin tahun depan akan bertambah dua kali lipat, asal didampingi dengan konsistensi, kemauan belajar, dan sedikit bumbu kreatif yang membumi, karena pada akhirnya, masa depan ekonomi kreatif tak dibangun  teknologi semata, tapi oleh manusia-manusia yang tahu cara memanfaatkannya secara bijak dan berkelanjutan.[***]

Terpopuler

To Top