Sumselterkini.co.id, – Dibalik deru mesin pesawat dan deret koper menggelinding, ada tim kesehatan yang setia bersiaga. Mereka bukan sekadar petugas medis, tapi seperti tim penyambut dari langit datang membawa tensimeter, kasih sayang, dan suntikan kalau perlu.
Di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah, bukan hanya koper yang diturunkan dari pesawat. Di sana, setiap jemaah yang keluar dari pintu kabin juga membawa beban lain kelelahan, pegal-pegal, dan napas yang tersisa hasil 9 jam bertapa di dalam kaleng terbang.
Dan di sinilah Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) tampil bak pahlawan Marvel edisi ibadah. Bukan dengan jubah dan palu Thor, tapi dengan stetoskop dan alat tensi yang siap mendeteksi tekanan darah lebih cepat dari gosip tetangga.
“Baru turun pesawat, ada jemaah yang langsung minta suntik. Mungkin dia pikir ini bagian dari ritual haji,” canda dr. Jumiati Satrul, spesialis penyakit dalam yang berjaga di bandara, Sabtu (3/5/2025).
Jemaah tersebut memang bukan kesurupan, hanya kelelahan. Dan TKHI pun bukan dukun, tapi mereka menyambut dengan tangan terbuka, jarum steril, dan hati tulus. Kalau jemaah butuh lebih dari sekadar suntikan cinta, mereka langsung dirujuk ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).
“Koordinasi kami lintas bandara dan asrama. Sejak dari embarkasi, satu dokter kami tempelkan ke setiap kloter. Jadi, dari Indonesia ke Madinah, jemaah sudah dikawal, bukan hanya oleh doa, tapi juga oleh dosis obat dan observasi,” ujar dr. Jumiati.
Memang, menjaga kesehatan jemaah itu seperti menjaga anak ayam lepas kandang. Harus sigap, harus sabar, dan kalau bisa, tahan emosi. Sebab, ada yang batuk belum turun dari tangga pesawat, ada pula yang sudah minta koyo sebelum buka koper.
Tercatat, hingga 3 Mei 2025, sudah 7.373 jemaah tiba di Madinah. Rata-rata mereka langsung menuju hotel di sekitar Masjid Nabawi. Jarak yang dekat ini penting, sebab untuk jemaah lansia, lima langkah saja sudah setara jalan kaki dari Bogor ke Bekasi jika pakai sandal kempes.
“Kami ingin memastikan ibadah mereka lancar. Jangan sampai sudah sampai Tanah Suci malah masuk angin,” tutup dr. Jumiati, sambil menyiapkan satu kantong oralit dan doa semoga cuaca bersahabat.
Menjadi petugas kesehatan haji bukan cuma soal ilmu kedokteran. Di Madinah, mereka adalah barisan pertama penyambut para tamu Allah SWT dengan semangat, senyum, dan suntikan manjur. Karena sejatinya, ibadah butuh fisik yang fit, dan TKHI hadir bukan sekadar tim medis, tapi seperti penenang dalam bentuk manusia. Kalau kata pepatah di mana ada jemaah lelah, di situ ada dokter siap menyuntik dengan cinta dan vitamin.[***]