Sumselterkini.co.id, – Malam itu, langit Muzdalifah seperti menutup pintunya dengan tirai bintang. Tapi siapa sangka, di tengah gelap padang yang lebih sepi dari grup WA keluarga setelah Lebaran, ribuan jemaah haji Indonesia justru baru memulai babak penting dalam panggilan suci ini.
Sudahkah kau bayangkan, bagaimana rasanya menginap di lapangan terbuka yang lebih luas dari lapangan upacara sekolah, tanpa hotel, tanpa kasur, hanya berbekal sajadah dan doa? Itulah Muzdalifah masyaril haram, tempat singgah yang tak boleh dilompati dalam rangkaian Armuzna: Arafah, Muzdalifah, Mina.
Mulai pukul 19.00 waktu Arab Saudi, rombongan jemaah Indonesia digiring perlahan dari Arafah. Bayangkan seperti arus manusia berpindah dalam sunyi, namun berisi tekad dan zikir, sambil menahan lapar, lelah, dan… ya, hasrat rebahan.
Mereka tiba di Muzdalifah sekitar pukul 19.30 WAS. Tak semua langsung duduk, ada yang sibuk cari kerikil. Tapi bukan buat nimpuk mantan kerikil ini akan digunakan buat lempar jumrah di Mina nanti. Kalau belum nemu, bisa minta ke syarikah, kayak minta sambel di warung padang: tinggal bilang, langsung dapat.
Di tengah kerumunan itu, tampak seorang gadis muda, Dinda (24), dari kloter JKG 11. Wajahnya cerah, meski mata sudah seperti bekas nonton drakor semalaman. Ia menggandeng ibunda tercinta, Bu Siti Aminah.
“Alhamdulillah bisa nemenin ibu. Ini bukan cuma ibadah, tapi perjalanan batin yang nggak akan kulupakan,” katanya dengan senyum yang lebih tulus dari ucapan “Insya Allah” anak muda zaman sekarang.
Dinda bukan sekadar menemani. Ia seperti Google Maps spiritual untuk ibunya penunjuk arah, pengingat doa, dan tukang kipas darurat saat angin Muzdalifah absen bertiup.
Tapi tunggu dulu, tak semua jemaah harus turun dan tidur ala camping di Muzdalifah. Sekitar 60 ribu jemaah lanjut usia, penyandang disabilitas, dan kelompok risiko tinggi justru melakukan murur.
Apa itu murur? Sederhananya transit spiritual.
Jemaah cukup berhenti sejenak di Muzdalifah, diam di dalam bus, lalu langsung menuju Mina. Murur ini seperti lewat drive-thru tapi isinya bukan burger melainkan berkah dan dispensasi syariah.
Petugas sudah mengatur jalur khusus, beda dari jalur jemaah biasa. Karena kalau dicampur, bisa-bisa ada jemaah yang salah turun dan nanya, “Ini sudah Mina apa masih Muzdalifah, Pak?”
Selama di Muzdalifah, jemaah dianjurkan banyak berzikir, salat jamak magrib dan isya, lalu mabit hingga tengah malam lewat. Ingat, mereka masih dalam keadaan ihram. Jadi, semua larangan ihram masih berlakukecuali setelah tahallul awal di Mina nanti. Bersabarlah wahai jemaah, jangan tergoda melempar kalimat romantis pada pasangan halal. Tunggu jumrah dan tahallul, baru bisa bersanding, bukan cuma berdampingan.[***]