Haji & Umroh

Antara Wukuf, WiFi & Wajah Bahagia Jemaah

kemenag

Sumselterkini.co.id, – Ada pepatah Arab yang bilang, “Man jadda wa jada” — siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan dapat hasilnya. Tapi kalau di haji, pepatahnya bisa dimodifikasi “Man sabar wa daftar, dia akan berangkat… asal nggak nunggak!”. Nah, musim haji 2025 ini bisa dibilang bukan cuma berhasil, tapi juga nyaris seperti film Hollywood dramanya ada, happy ending-nya juga nyata.

Jenderal TNI (Purn.) Dudung Abdurachman yang turun langsung ke lapangan sampai bilang, “Jemaah kita ini mudah diatur”. Ini pujian kelas wahid. Bayangin ngatur jutaan orang dari berbagai kampung, dari yang doyan selfie sampai yang lebih sibuk nyari sandal daripada nyari tempat tawaf, tapi semuanya tertib. Ini bukan sekadar haji, ini semacam reuni akbar Nusantara bertema spiritual level advance.

Waktu Armuzna alias fase Arafah, Muzdalifah, Mina para jemaah Indonesia ini kayak pasukan Pramuka senior. Kompak, cekatan, dan siap dengan segala kemungkinan. Bahkan ketika ada yang nekat jalan kaki dari Muzdalifah ke Mina karena ngikutin jemaah negara lain, itu bukan kurang info, tapi semangat persaudaraan internasional yang berlebihan. Mungkin dalam hati mereka bilang, “Kalau bisa jalan kaki bareng orang Malaysia, kenapa harus nunggu bus?”.

Padahal, kata Pak Dudung, kalau sabar dikit aja, bus datang dan sampai lebih cepat. Tapi ya namanya juga jemaah kita, semangatnya kadang meledak kayak ketupat pas Lebaran, isinya padat, bungkusnya nekat.

Yang bikin kita tambah nyengir, sistem baru dari Pemerintah Arab Saudi ini luar biasa ketat. Bukan ketat model sabuk celana, tapi ketat yang menyelamatkan. Mau masuk Makkah sekarang harus pakai izin, bukan cukup dengan tampang pasrah dan senyum tipis. Ini seperti filter Instagram, yang masuk ke Arafah dan Mina cuma yang benar-benar “berhak.” Hasilnya? Jalanan lebih lengang, makanan lebih merata, dan sandal lebih gampang ditemukan (ini penting buat jemaah kita!).

Kalau sistemnya lancar, maka petugasnya pun tampil macam superhero. Dari TNI, Polri, sampai mahasiswa, semua kerja kayak sahabat Nabi di zaman digital. Menemukan jemaah tersesat, mengantar yang sakit, menyambung yang putus kontak dengan keluarga. Bahkan kalau ada yang hilang sandal, bisa-bisa petugasnya kasih pinjem sandal pribadi dulu. Ini baru namanya Sandalism with Heart.

Pelaksanaan haji tahun ini bisa jadi referensi ke depan. Kata Pak Dudung, semoga ke depan makin lancar, makin aman, makin nyaman. Kalau bisa, tambah satu makin terhubung. Karena sekarang jemaah bukan cuma tanya letak Muzdalifah, tapi juga tanya, “Pak, WiFi di tenda ada, kan?”.

Kalau kata orang tua kita, “Pergi haji itu bukan cuma soal niat dan duit, tapi juga soal disiplin dan sabar”. Dan tahun ini, jemaah Indonesia membuktikan kita bukan hanya bisa berangkat, tapi juga bisa tertib, bahagia, dan selfie dengan rapi.

Selamat buat para jemaah yang sudah menunaikan rukun Islam kelima, dan terima kasih buat para petugas yang rela jadi pahlawan tanpa sorban. Semoga haji tahun depan tetap penuh berkah, tak kurang canda, dan makin mantap. Karena sejatinya, haji bukan sekadar ibadah fisik, tapi juga ujian spiritual yang, kalau dijalani dengan ikhlas, hasilnya bukan cuma mabrur, tapi juga maknyus.[***]

Terpopuler

To Top