Sumselterkini.co.id, – Kamis sore usai hujan, segerombolan bocah belasan tahun duduk dibangku panjang di seberang jalan samping rumah-ku. Maklum memang mereka tengah menikmati libur sekolah yang masih panjang. Dan Perumahan ku memang masih terbilang marjinal jauh dari kebisingan suara deru kendaraan.
Dikatakan asri, tidak juga, tapi memang di Perum Pesona Harapan Jaya, Jalan Azhari Rt 50 tahap satu di blok c-1 Kalidoni Palembang masih ada rimbunan pohon besar yang terletak disamping jalan utama, dan di ujung blok, seperti sawit, akasia, dan gelam serta lainnya, bak hutan melindungi perum tahap satu.
Kebiasaan anak -anak belasan tahun tersebut bermain ditunjukan sejak pag- hingga sore, hanya jam istirahat seperti pekerja, atau buruh mereka baru pulang ke rumah masing-masing, itupun hanya mengisi perut yang keroncongan, sehabisnya itu mereka terus bermain, seperti bolang [bocah petualang ] film dokumenter anak-anak yang ditayangkan di stasiun televisi Trans7.
Dalam petualangannya, Bolang dan kru biasanya mengunjungi berbagai tempat menarik di Indonesia maupun di luar negeri. Mereka menjelajahi alam, mengenal budaya dan tradisi, serta belajar banyak hal baru di setiap destinasi yang dikunjungi. Acara ini memberikan edukasi tentang keanekaragaman alam dan budaya Indonesia kepada para pemirsa, terutama anak-anak.
Nah, bedanya dengan si bolang dikampung-ku, mereka hanya bermain diseputar perumahan, ada bermain layangan, beramin bola, memancing, main sepeda, ada yang berceloteh ngalor-gidul mengukur jalan perumahan dari tahap satu, dua, tiga dan perumahan nirvana. Tapi ku tetap bersyukur karena mereka masih di jalur yang benar dan positif.
Arya, Pai, Iqbal, Zikri, dan anak-anak yang lainnya sebayanya selalu menghiasi Perumku. Mereka selalu bertemu, bahkan sore menjelang magrib mereka sempatkan untuk bermain dan bercerita ngalor ngidul bersama. Kali ini mereka berkumpul di bangku panjang tempat nyantai di bawah pepohonan yang rindang sembari berteriak bercanda gurau.
Gurauan Zikri yang penuh imajinasi, dengan antusias berkata, “Hei, kalian tahu tidak apa yang aku impikan semalam? Aku bermimpi menjadi seorang petualang yang mengeksplorasi hutan terlarang!”
Pai pun senyum lebar menjawab, “Wow, Zikri! Aku juga suka petualangan. Bagaimana kalau kita semua menjadi tim penjelajah dan mencari harta karun yang tersembunyi di dalam hutan itu?” sembari menunjuk hutan disamping jalan.
Iqbal ikut menyambung, “Ya, kita bisa menjadi pahlawan sejati dan menyelamatkan hutan dari makhluk-makhluk jahat! Ayo kita berlatih keterampilan dan menciptakan senjata rahasia.” anak yang lainnya hanya melongok mendengar canda gurau mereka bertiga.
Iqbal mengatakan “Tadi aku membaca di buku tentang hutan yang penuh dengan makhluk ajaib. Kita harus berhati-hati dan saling menjaga.”ungkapnya lagi.
Pai mengangguk setuju, “Kamu benar, Iqbal. Tapi jangan lupa, petualangan itu juga tentang persahabatan. Kita akan selalu saling mendukung dan melindungi satu sama lain.”
Itulah kekompakan yang mereka perlihatan di hari libur. Dan setalah itu mereka membubarkan diri karena mereka sadar bahwa waktu bermain telah berakhir dan bersiap siap untuk perig sholat magrib di masjid. Raut muka penuh semangat dan senyum di wajah mereka. Dengan langkah gembira, mereka berjalan pulang sambil menyanyikan lagu kesukaan mereka. Meskipun hanya berfantasi, mereka tahu bahwa persahabatan dan impian mereka akan membawa mereka ke petualangan yang nyata di masa depan.
Si bolang dikampung-ku memang selalu bersemangat, dan bebas berfikir, tanpa beban yang penting happy. Mereka terlihat yakin, tak ada hal yang tidak mungkin, jika mereka bersama dan mempunyai imajinasi yang luas.Waktu libur sekolah saat ini, memang si bolang di kampungku sepertinya nggak bisa berdiam diri. Tak mikirin tugas dan melupakan sejenak belajar, memanfaatkan libur yang panjang untuk terus bermain.Dari obrolan si bolang di kampung ku yang isinya ngalor ngidul, yang ku dengar dari balik ruang tamu ku, memiliki keunikan tersendiri, apalagi ketika bermain di sore hari.
Anak-anak kampung memiliki kebebasan untuk bermain di alam terbuka tanpa batasan ruang atau waktu. Mereka bisa berlarian, berteriak, dan bereksplorasi tanpa ada kendala yang mengikat mereka.
Dalam bermain, anak-anak kampung menunjukkan kreativitas yang luar biasa. Mereka sering menggunakan bahan-bahan alami seperti daun, batu, atau kayu untuk membuat mainan atau peralatan permainan yang unik. Mereka juga membuat aturan-aturan sendiri dalam permainan mereka, menunjukkan imajinasi yang tak terbatas.
Anak-anak kampung sering bermain permainan tradisional yang telah ada sejak zaman nenek moyang mereka. Seperti bermain gambaran, bola dan lainnya, mereka mempertahankan warisan budaya ini dengan bangga dan menjadikannya sebagai cara untuk terhubung dengan sejarah dan tradisi mereka.
Saat bermain di sore hari, anak-anak kampung menciptakan ikatan yang kuat dan kebersamaan yang akrab. Mereka bermain dalam kelompok kecil dan saling mendukung satu sama lain. Mereka belajar untuk berbagi, bekerja sama, dan menghormati keberadaan teman-teman mereka.
Anak-anak kampung belajar banyak hal melalui permainan mereka. Mereka mengembangkan keterampilan motorik, kecerdasan sosial, kreativitas, dan kemampuan berpikir kritis. Permainan juga menjadi kesempatan bagi mereka untuk mengatasi tantangan dan mengambil risiko dengan bijak.
Anak-anak kampung terhubung dengan alam di sekitar mereka. Mereka merasakan sentuhan tanah, menghirup udara segar, dan melihat keindahan alam yang menyertainya. Mereka belajar untuk menghargai dan menjaga lingkungan sekitar mereka.
Memberikan anak-anak kampung kesempatan untuk menunjukkan keberanian dan keuletan mereka. Mereka menghadapi tantangan fisik, seperti memanjat pohon, melompati sungai kecil, atau menjelajahi tempat-tempat baru. Mereka juga menghadapi tantangan dalam memecahkan masalah dan bekerja sama dalam tim.
Anak-anak kampung bukan hanya sekadar hiburan, tetapi juga merupakan bagian penting dalam perkembangan mereka. Mereka belajar banyak nilai dan keterampilan yang akan membantu mereka tumbuh dan berkembang dalam kehidupan mereka. Itulah aktivitas si bolang di kampung-ku, mereka pulang ke rumah masing sebelum adzan magrib tanpa dipanggil orang tuanya, dengan senyum bahagia di wajahnya. Dan mereka tahu besok pagi akan bermain bersama-sama lagi. [***]