BICARA soal BUMD kadang bikin orang mikir serius, kaku, dan… ngantuk. Tapi di Kabupaten Musi Banyuasin (Muba), PT Petro Muba membuktikan kalau profesionalitas bisnis nggak harus mengorbankan kepentingan masyarakat. Bahkan, rapat evaluasi kerjasama dengan Pemkab Muba kemarin (27/10/2025) membuktikan kalau BUMD bisa serius, tapi tetap humanis dan… kadang bikin senyum sendiri.
Rapat Pembinaan dan Evaluasi Pelaksanaan Kerjasama PT Petro Muba ini digelar di Ruang Rapat Randik. Secara resmi, tujuannya jelas memastikan BUMD berjalan profesional, transparan, dan sesuai aturan. Tapi kalau melihat interaksi antara pejabat Pemkab dan manajemen PT Petro Muba, rasanya seperti menonton drama komedi yang penuh pesan moral.
Alva Elan, Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Muba, mewakili Bupati H.M. Toha Tohet, membuka rapat dengan perumpamaan khas “Kerjasama itu jangan kayak ikan asin yang ditaruh di air tawar, rasanya nggak nyambung!”. Candaan ini bikin suasana rapat cair, tapi sekaligus menekankan bahwa BUMD dan Pemkab harus sinkron: profesional tapi tetap memperhatikan kepentingan publik.
Sorotan utama rapat ini bukan sekadar angka lifting minyak, tapi bagaimana PT Petro Muba menyeimbangkan bisnis dan kepentingan masyarakat lokal. Khadafi SE, Direktur Utama PT Petro Muba, menjelaskan bahwa perusahaan punya sistem pengawasan internal yang ketat. “Kalau ada proyek yang nggak jelas, bisa-bisa kita lifting minyak tapi lifting kepercayaan masyarakat malah nol,” ujarnya sambil tersenyum.
Sistem pengawasan ini nggak cuma formalitas. Ada audit rutin, pelaporan transparan ke Pemkab, dan mekanisme feedback dari masyarakat. Jadi kalau ada warga yang merasa kurang tersentuh manfaat, mereka bisa langsung menyampaikan, dan PT Petro Muba siap menindaklanjuti. Analogi Khadafi sederhana tapi nendang. “Kalau minyak itu kayak durian, rasanya harus sampai ke semua orang, bukan cuma di satu pohon”.
Selain itu, rapat menyoroti pengaruh PT Petro Muba terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD). Khadafi menegaskan, setiap rupiah dari operasional BUMD harus memberikan manfaat nyata bagi Muba. “Kami ingin masyarakat melihat langsung efek positifnya, bukan cuma angka di laporan keuangan,” katanya. Dari peningkatan PAD, proyek sosial, hingga peluang kerja, semuanya dirancang agar warga Muba merasakan manfaatnya.
Yang menarik lagi, PT Petro Muba juga fokus pada pengembangan SDM. Karyawan dilatih disiplin, profesional, tapi tetap humanis. “BUMD bukan cuma soal lifting minyak, tapi juga lifting kemampuan manusia,” kata Khadafi sambil tersenyum. Filosofi ini bikin rapat terasa hangat, karena semua yang hadir memahami bahwa perusahaan yang hebat adalah perusahaan yang peduli pada orang-orang di sekitarnya.
Di sela-sela rapat, muncul banyolan-banyolan ringan yang bikin peserta tersenyum. Pepatah lokal pun diselipkan, misal “Air tenang menghanyutkan,” yang artinya meski kegiatan PT Petro Muba kadang terlihat sepi dan rutin, efeknya bisa besar bagi masyarakat Muba. Humor ini bukan sekadar hiburan, tapi trik jitu untuk mengingatkan semua pihak agar tetap fokus pada tujuan bersama.
Oleh karena itu BUMD bisa profesional, tapi tetap harus menyeimbangkan bisnis dengan kepentingan publik. Transparansi, pengawasan, pengaruh positif terhadap PAD, dan pengembangan SDM adalah kunci. Seperti kata pepatah “Bagai minyak di atas air, kalau tidak tepat, manfaatnya tenggelam”.
Jadi, PT Petro Muba menunjukkan bahwa profesionalitas dan kepedulian publik bisa berjalan beriringan. Dengan sistem pengawasan yang jelas, SDM yang kompeten, dan komitmen pada masyarakat, BUMD ini membuktikan kalau bisnis dan pelayanan publik nggak harus bertabrakan. Malah, kalau dijalankan dengan benar, keduanya bisa saling menguatkan.
Buat pembaca Muba, ini bukan cuma cerita rapat. Ini adalah contoh nyata bahwa BUMD lokal bisa jadi penggerak ekonomi, sekaligus jembatan manfaat untuk masyarakat. Profesional tapi tetap sayang rakyat, itulah rahasia sukses PT Petro Muba.[***]