Ekonomi

Meski Pandemi, Harga Barang & Jasa di Sumsel Masih Terkendali

foto : ist

DARI hasil pemantauan terhadap perkembangan harga barang dan jasa yang tercermin dari laju inflasi, Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) tercatat mampu mengendalikan harga barang dan jasa pada bulan Februari 2021.

Diketahui, berdasarkan data yang di realese oleh Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumsel, secara bulanan Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumsel pada bulan Februari 2021 mengalami deflasi sebesar -0,08 persen (mtm).

Dimana realisasi deflasi pada bulan ini terutama bersumber dari penurunan harga kelompok makanan, minuman, dan tembakau serta kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya.

“Secara tahunan, provinsi mencatatkan inflasi sebesar 1,01 persen (yoy), menurun dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 1,37 persen. Realisasi inflasi ini juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional dan regional Sumatera yang masing-masing tercatat sebesar 1,38 persen (yoy) dan 1,44 persen (yoy),” kata. Hari Widodo selaku  Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel dalam laporannya, belum lama ini.

Dijelaskan Hari, kelompok makanan, minuman, dan tembakau mengalami deflasi sebesar -0,57 persen (mtm) dengan andil sebesar -0,57 persen (mtm). Deflasi tersebut didorong oleh penurunan harga subkelompok makanan terutama cabai merah, daging ayam ras, dan  telur ayam ras.

“Harga cabai merah pada bulan Februari 2021 mengalami penurunan rata-rata sebesar 6,85 persen, sementara daging dan telur ayam ras masing-masing mengalami penurunan rata-rata sebesar 4,18 persen dan 4.20 persen,” ungkapnya.

Diterangkan Hari, penurunan daging dan telur ayam ras tersebut ditengarai adanya permintaan di tengah normalisasi produksi pasca berakhirnya kebijakan culling dan cutting progam Kementerian Pertanian.

“Kementerian Pertanian memperpanjang kebijakan tersebut hingga 6 Maret 2021. Kita berharap perpanjangan ini mampu menekan proyeksi surplus pasokan di bulan Februari 2021 dan menjaga kestabilan harga daging dan telur ayam ras di kisaran Rp19 ribu hingga Rp21 ribu per kilogram,” terangnya.

Kendati demikian, ungkap Hari, laju deflasi provinsi tertahan di komoditas bawang merah yang mengalami kenaikan akibat berakhirnya musim panen pada Februari lalu. Serta didorong dengan lajunya masa panan, faktor cuaca dan lain sebagainya.

“Kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya juga tercatat deflasi, pada bulan berjalan mengalami deflasi sebesar -0,69 persen dengan andil -0,18 persen (mtm) atau menurun dari bulan sebelumya sebesar 1,39 persen (mtm) dengan andil 0,36 persen,” imbuhnya.

Ditambahkan Hari, kenaikan harga pada kelompok perumahan, air, litrik, gas dan bahan bakar rumah tangga menahan laju deflasi. Kelompok ini tercatat inflasi sebesar 0,31 persen (mtm) dengan sumbangan inflasi sebesar 0,06 persen yang bersumber dari peningkatan harga sewa rumah yang berlangsung sejak Januari 2021.

“Secara spasial, pada bulan Maret 2021 deflasi terjadi di kota sample IHK yaitu Kota Palembang dan Kota Lubuklinggau. Kota Palembang tercatat -0,08 persen (mtm) dan Kota Lubuklinggau tercatat deflasi sebesar -0,10 persen (mtm),” ucapnya.[***]

ril

Comments

Terpopuler

To Top
WP Twitter Auto Publish Powered By : XYZScripts.com