BAYANGKAN M2 alias uang beredar di Indonesia pada Juli 2025 tumbuh 6,5% yoy. Angka ini bukan sekadar hitungan kering di laporan Bank Indonesia, tapi seperti popcorn panas di panci siap meletup ke seluruh perekonomian kapan saja. Kalau M2 naik, pertanyaannya apakah harga barang bakal “ikut nge-gym” juga, alias inflasi bakal lompat-lompat seperti anak-anak di pesta ulang tahun?
Kenaikan M2 didorong oleh M1 yang tumbuh 8,7% yoy. Artinya, masyarakat punya uang tunai dan tabungan yang mudah dicairkan. Dalam bahasa Inggris ala London Times, “people are flush with cash.” Ini bisa jadi sinyal bahwa daya beli mulai geli-geli, siap untuk belanja sepatu baru, kopi susu penuh topping, atau kursus memasak yang tiap modulnya bikin dompet menjerit.
Perumpamaan M2 itu seperti air sungai yang mengalir ke berbagai sektor, kalau debit air meningkat, nelayan senang karena perahu bisa melaju kencang alias konsumsi bergerak lebih cepat.
Tapi, jika sungai meluap, rumah penduduk ikut kebanjiran inflasi pun ikut terseret. Pertanyaannya, apakah kenaikan M2 sekarang cukup deras untuk membuat harga barang ikut naik, atau hanya membuat ekonomi segar seperti es kelapa di siang hari?
Bank sentral tentu tak mau ketinggalan drama, mereka mengamati angka ini sambil mengusap dagu, seperti kakek bijak dalam pepatah Inggris “Don’t put all your eggs in one basket.” Artinya, meski uang beredar naik, BI harus cermat mengelola suku bunga agar inflasi tetap terkendali. Kalau tidak, masyarakat bisa tersenyum saat gaji naik, tapi tersedak saat belanja bulanan.
Pesan moralnya? Naik-turunnya M2 bukan sekadar angka statistik, tapi soal bagaimana masyarakat merasakan uang mereka “hidup” di saku. Uang terlalu sedikit = belanja lesu, ekonomi kaku. Uang terlalu banyak = harga-harga ikut joget, dompet ikut goyang. Seimbanglah seperti pepatah Tionghoa “Jangan terlalu rakus di musim panen, jangan terlalu pelit di musim paceklik.”
Pertumbuhan M2 yang meningkat memberi sinyal positif bagi daya beli dan konsumsi masyarakat, tapi harus diikuti pengawasan inflasi yang cermat, seandainya ekonomi ini seperti pesta dansa M2 sebagai DJ yang nge-beat, masyarakat sebagai penari, dan inflasi sebagai lampu disko jangan sampai lampu terlalu panas sampai kabel meledak.
Jadi, sambil tersenyum menikmati angka, mari ingat satu hal penting: uang memang bisa bergerak cepat, tapi kebijakan bijak adalah rem tangan yang menjaga agar pesta ekonomi tetap seru, aman, dan semua penari pulang dengan senyum puas.[***]