Ekonomi

Pertumbuhan Ekonomi 5,12% & Analisa Wakbek- Mag Zenal : Dagelan Ekonomi dari Bangku Pinggir Sawah

ist

EKONOMI Indonesia tumbuh 5,12% pada Triwulan II 2025, B balik angka-angka yang dibacakan pejabat dengan jas resmi dan naskah tebal itu, ada dua tokoh kampung yang jauh lebih orisinal dan jujur dalam mencerna makna pertumbuhan, siapa lagi kalau bukan Wakbek dan Mang Zenal.

Mereka tak pakai grafik, tapi pakai logika rumahan, duduk di bangku kayu, teh manis mengepul, satu tangan pegang daun, satu lagi pegang kipas bambu, mereka membahas ekonomi dengan bahasa rakyat apa manfaat pertumbuhan kalau gorengan makin kecil?

“5,12 persen, katanya, Mang!” seru Wakbek sambil ngacungin ranting daun.
Lh,a terus kenapa AC di rumah kontrakan tetep panas?!” gerutu Mang Zenail sambil ngipasin jidatnya dengan emosi.

Ekonomi tumbuh, katanya. Tapi keringat tetap ngalir kayak debit utang di warung Bu Kasmi, meski begitu, semangat diskusi mereka tak pernah surut. Wakbek penuh optimisme, Mang Zenail tetap skeptis level kombatan. Kombinasi sempurna buat menilai ekonomi dari sisi paling jujur bangku kampung dan segelas teh manis.

“Baca dari berita kementerian tadi pagi, konsumsi rumah tangga tumbuh 4,97%, Mang!”
Mang Zenail mengernyit. “Iya, konsumsi naik karena orang-orang makin sering beli online. Tapi aku konsumsi nasi kian sedikit, gara-gara beras mahal, Bek!”

Wakbek mengangguk, lalu berkata bijak, “Masyarakat sekarang pintar, Mang. Nggak cuma konsumsi, tapi juga ngatur strategi. Belanja nunggu flash sale, pulsa nunggu cashback.”
Mang Zenail nyeletuk, “Itu bukan strategi, Bek. Itu tanda sabar terlatih akibat tekanan hidup.”

PMTB tumbuh 6,99%, investasi naik, dan investor makin percaya. Wakbek pun merasa terpanggil “Ini waktunya kita buka warung gorengan digital, Mang! Bikin platform, namanya GoTahu.”
Mang Zenail meringis, “Yang makan gorengan aja masih utang. Nanti startup-nya tutup sebelum tahu kedua digoreng.”

“Pertanian tumbuh 1,65%. Lumayan kan?” ujar Wakbek sambil melambaikan daun, seolah sedang menunjukkan hasil panen.
Mang Zenail melipat kipas, “Itu mah tumbuhnya kayak rambutku sedikit, tapi masih syukur.”

Wakbek dan Mang Zenail bukan ekonom lulusan Ivy League. Tapi mereka tahu satu hal pertumbuhan ekonomi yang sejati adalah ketika rakyat bisa tetap hidup layak, meski harga cabe naik dan anak butuh kuota.

Wakbek bilang “Ekonomi itu kayak daun, Mang. Kalau masih hijau, tandanya sehat. Tapi kalau kering, ya tinggal dilinting buat mainan anak-anak”

Dan Mang Zenail, sambil berdiri, menambahkan “Kalau ekonomi mau tumbuh beneran, jangan lupa nyiram bukan cuma rakyat disuruh ngarit”

Angka boleh naik turun, tapi semangat rakyat harus tetap stabil. Wakbek dan Mang Zenail menunjukkan, bahwa ekonomi paling relevan bukan yang tertulis di laporan tahunan, tapi yang terasa di meja teh sore. Jadi mari terus bertumbuh dengan logika, tawa, dan solidaritas.[***]

Catatan Redaksi:Tulisan ini merupakan esai humor berbasis data ekonomi resmi dari Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI. Tokoh “Wakbek” dan “Mang Zenail” adalah fiksi yang digunakan sebagai media narasi untuk menyampaikan informasi secara ringan dan menghibur. Seluruh data bersumber dari rilis resmi pemerintah, sementara opini dan gaya penyampaian adalah hasil olah kreatif penulis.

Terpopuler

To Top