KABAR gembira datang dari Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Bupati Muba H.M. Toha Tohet, S.H kembali bikin gebrakan yang bikin masyarakat, khususnya petani dan pekebun, tersenyum sampai kelihatan giginya lantaran di saat dunia lagi heboh dengan isu kenaikan pajak, sebaliknya Pemkab Muba justru memberikan diskon 50 persen retribusi pemakaian alat berat, dari yang awalnya Rp240 ribu, kini cukup bayar Rp120 ribu saja.
Langkah ini bukan sekadar potongan harga ala “cuci gudang akhir tahun”, tapi punya efek domino bagi perekonomian rakyat. “Semoga dengan penurunan retribusi ini bisa membantu masyarakat. Nanti juga diusahakan minimal satu kecamatan ada satu alat berat,” kata Bupati Toha Tohet, Selasa (16/9/2025) saat memimpin rapat di Guest House Griya Bumi Serasan Sekate.
Kalau dipikir-pikir, diskon retribusi alat berat ini ibarat “oli” yang bikin roda ekonomi petani dan pekebun lebih mulus. Dulu, biaya sewa alat berat terasa seperti batu besar di tengah jalan, bikin langkah seret. Sekarang, dengan tarif separuh harga, petani bisa lebih leluasa mengolah lahan.
Kepala Dinas Perkebunan Muba, Akhmad Toyibir, juga ikut menggarisbawahi dampaknya, menurutnya, kebijakan ini diharapkan meningkatkan produktivitas perkebunan, membuka peluang usaha baru, dan yang paling penting mencegah pembakaran lahan. “Kemudahan membuka lahan tanpa membakar menjadi alternatif terbaik,” tegasnya.
Misalnya seorang petani di Babat Toman, biasanya, kalau mau buka lahan, dia harus berpikir dua kali, “Uang sewa alat berat mahal, nanti lebih baik pakai korek saja?” dengan harga sewa separuhnya, pilihan “korek api” bisa diganti dengan “korek senyum”.
Ada pepatah bilang, “Kalau ada jalan pintas, jangan malah nyemplung sawah.” Begitu juga dengan petani, kalau ada diskon alat berat, jangan malah nekad bakar lahan, hemat itu boleh, tapi jangan sampai bikin bumi ikut “kepanasan”.
Di level Nasional dan global, isu kenaikan pajak, biaya produksi, sampai harga pupuk sering bikin kepala petani cenat-cenut. Tapi di Muba, solusi lokal justru jadi jawaban, diskon retribusi ini bukan cuma soal angka, tapi tentang keberpihakan.
Ibaratnya begini ekonomi global itu, seperti pertandingan bola di stadion megah, kadang rakyat cuma jadi penonton di tribun. Tapi ekonomi lokal ala Muba ini bikin rakyat bisa ikut main di lapangan. Alat berat bukan lagi mimpi mahal, tapi fasilitas yang bisa diakses.
Kalau petani bisa menghemat Rp120 ribu sekali sewa alat berat, bayangkan kalau dalam setahun mereka berkali-kali pakai. Uang yang tadinya habis buat bayar retribusi, bisa dialihkan ke hal lain, beli pupuk tambahan, ongkos sekolah anak, atau bahkan jajan bakso di pasar, di sinilah efek berantai terasa. Perputaran uang lokal makin kencang, warung kopi ramai, pasar desa hidup, ekonomi rakyat pun menggeliat.
Ada cerita unik, seorang camat bercanda saat rapat, “Kalau begini terus, jangan-jangan petani kita jadi ketagihan diskon. Nanti minta promo buy 1 get 1 gratis alat berat pula!” semua tertawa, tapi di balik tawa itu ada kebenaran, kebijakan pro-rakyat memang bikin candu, karena terasa langsung manfaatnya.
Secara ekonomi, diskon 50 persen retribusi ini bisa disebut sebagai subsidi tidak langsung, pemerintah memang tidak memberi uang tunai ke petani, tapi mengurangi beban biaya produksi mereka. Hasilnya, petani bisa meningkatkan margin keuntungan, yang pada akhirnya menaikkan daya beli, dengan begitu, konsumsi rumah tangga naik, ekonomi daerah pun ikut terdongkrak.
Kalau mau dianalogikan, kebijakan ini seperti menurunkan beban tas yang dipikul anak sekolah. Tasnya tetap ada, buku tetap banyak, tapi beratnya berkurang, anak jadi bisa lari lebih cepat menuju masa depan.
Kebijakan ini mengingatkan kita pada pepatah lama “Ringan sama dijinjing, berat sama dipikul”, pemerintah dan rakyat, kalau saling berbagi beban, maka hasilnya lebih adil dan seimbang.
Diskon 50 persen retribusi alat berat di Muba bukan sekadar angka di kertas, tapi senyum nyata di wajah petani. Dari ladang sampai ke kantong belanja, dampaknya berantai. Humor boleh jadi bumbu, tapi intinya jelas, ketika kebijakan berpihak pada rakyat, ekonomi pun ikut menari, dan siapa tahu, suatu hari nanti pepatah baru lahir dari Muba “Diskon separuh, rezeki penuh”.[***]