AKTIVITAS di satu dari pabrik gula milik PTPN VII di Cintamanis, Desa Lubuk Keliat, Ogan Ilir, Sumsel, akhir mei lalu, mulai padat menjelang musim giling periode 2020. Terlihat aneka jenis kendaraan dengan muatan orang maupun barang lebih sering keluar-masuk.
Namun, siklus aktivitas tahunan itu agak berbeda pada tahun ini. Ada sedikit “sendatan” sirkulasi ketika orang maupun kendaraan masuk ke kompleks. Selain penjagaan satuan pengamanan yang dibantu aparat TNI dan Polri yang ketat dari sisi keamanan, ada dua prosedur baru yang harus dilewati.
“Orang masuk lokasi pabrik harus antre berjarak, diperiksa suhu tubuh, wajib pakai masker, dan wajib cuci tangan atau semprot hand sanitizer. Kalau mobil barang, sopir dan kernet atau pekerjanya harus cek suhu, pakai masker, dan pakai hand sanitizer. Kalau mobil pribadi tamu kantor, akan di cek di pintu masuk kantor,” kata Doddy Aryanto Ardjan, salah satu Asisten Kepala Akuntansi dan Keuangan PT Buma Cima Nusantara (BCN), anak perusahaan PTPN VII yang mengelola PG Cintamanis.
Standar protokol kesehatan berkaitan dengan wabah virus corona-19 (Covid, coronavirus desease-19) itu mutlak harus dilaksanakan oleh PT BCN. Saat menggelar seremoni sederhana Buka Giling 2020 yang mengundang unsur pemerintahan serta tokoh sekitar, manajemen menyiapkan belasan kran air dipinggir jalan masuk lokasi acara. Panitia juga mengukur suhu tubuh dan mengarahkan kepada hadirin untuk cuci tangan sebelum masuk.
Persoalan protokol kesehatan berkaitan dengan pandemi virus corona menjadi perhatian penting bagi PTPN VII dan PT BCN yang mengusahakan gula putih. Direktur PT BCN Putu Sukarmen mengatakan, sebagai industri yang memproduksi salah satu bahan pangan menerapkan standar kesehatan yang tinggi.
“Kami memproduksi gula putih untuk konsumen end user atau pengguna langsung. Jadi, standar kesehatan dan kebersihan menjadi satu elemen sangat penting. Maka, berkait dengan pencegahan covid-19, kami sangat ketat,” kata dia.
Pada pelaksanaan musim giling 2020 yang sedang kondisi darurat (Covid-19), PT BCN mendapat sedikit kendala untuk mendatangkan tenaga kerja borong tebang tebu. Dua pabrik gula yang dikelola PT BCN, yakni PG Cintamanis dan PG Bungamayang selama ini mendatangkan tenaga borong dari Pulau Jawa. Namun, karena terjadi pandemi corona, tahun ini pihaknya mempersiapkan tenaga lokal dan penambahan traktor pemanen mekanik (cane harvester).
Di PG Cintamanis, kata dia, pihaknya mempekerjakan 3.600 orang lebih tenaga kerja borong yang bekerja di kebun sebagai penebang tebu, tenaga muat, dan angkut. Meski mereka warga lokal, selain memberikan petunjuk standar panen dan berbagai norma umumnya, PT BCN menambahkan norma protokol kesehatan pandemi sesuai dengan ketentuan pemerintah.
Mantan Kepala Divisi Tanaman Semusim pada PTPN Holding ini menyebut, pihaknya memeriksa semua pekerja borong tersebut secara teliti. Para pekerja, kata dia, hanya boleh memasuki areal kebun dari 12 pintu yang ada. Dan pada pintu-pintu tersebut, petugas akan melakukan pemeriksaan suhu tubuh, mewajibkan cuci tangan, dan penyemproten hand sanitizer.
“Tahun ini kami menggunakan tenaga borong tebang dari warga lokal. Secara umum, ini lebih menguntungkan karena tidak perlu mobilisasi dari luar. Juga bagi tenaga kerja lokal, ini lapangan baru yang bisa menjadi opsi pendapatan di usim pandemi. Tetapi, standar kesehatan tetap harus diterapkan,” kata dia.
Di internal perusahaan, penerapan standar protokol kesehatan telah dan terus dilaksanakan dengan ketat. Kepada seluruh karyawan, baik yang bekerja di kantor maupun di lapangan, diwajibkan memakai masker, ukur suhu tubuh, dan cuci tangan dan atau hand sanitizer.
Jaga Lingkungan
Penyebaran virus corona yang masih terus terjadi menjadi salah satu kewaspadaan PT BCN, baik untuk di Pabrik Gula Cintamanis maupun Bungamayang. Untuk mengefektifkan penanganan ini, PT BCN membentuk tim Gugus Tugas yang diketuai Tri Widiyanto. Pembentukan Satgas ini, kata Putu, untuk mendelegasikan secara khusus kepada tim agar bisa bekerja dengan fous.
Di bawah kendali Satgas ini, kata Putu, pihaknya terus bergerak melakukan indetifikasi masalah dan langsung mengeksekusi kebijakan. Satgas diberi kewenangan untuk melakukan langkah cepat yang terukur agar lingkungan perusahaan dan desa-desa sekitar perusahaan dapat mengantisipasi penyebaran virus corona.
Sejak awal pandemi corona berlangsung, PT BCN telah melakukan tindakan antsipasi dengan penyemproten disinfektan ke seluruh fasilitas perusahaan, fasilitas umum di desa-desa sekitar, dan memberi berbagai bantuan. Bantuan berupa alat semprot, tandon air untuk fasilitas cuci tangan, wastafel, disinfektan, sabun, masker, dan lainnya.
Dampak Covid-19 yang juga merambah ekonomi direspons PT BCN. Melalui berbagai kegiatan sosial, PT BCN membagikan paket sembako ke berbagai desa. Kegiatan yang mengambil tagline “PT BCN-PTPN 7 Peduli” ini, selain melakukan pencegahan di lingkungan perusahaan.
“Ini kepedulian kami, sebenarnya bukan hanya untuk warga desa sekitar, tetapi untuk kami juga. Sebab, kalau warga ada yang kena, bisa sangat berbahaya bagi kami di sini. Jadi, intinya adalah tanggung jawab bersama untuk kemaslahatan kita juga,” kata dia.[***]
Ril : Humas PTPN VII