Agribisnis

Gerina, Si Opung & Si Cepot Ajarkan Satu Hal Penting, Apa Tuh !

ist

Sumselterkini.co.id, – Waktu Presiden Prabowo datang ke Desa Sungai Pinang, Banyuasin, banyak yang ngira beliau mau bagi-bagi sembako atau ngajak lomba tarik tambang lawan menteri.

Ternyata, beliau malah meresmikan program Gerakan Indonesia Menanam alias Gerina. Eits,… jangan salah, ini bukan gerakan senam pagi, tapi jurus sakti untuk bikin Indonesia nggak kelaparan jika impor beras tiba-tiba disetop, karena cuaca galak atau negara penghasil berasnya ngambek.

Dan siapa yang ikut nimbrung? Bupati Ogan Komering Ilir, H. Muchendi Mahzareki. Beliau bukan cuma datang ngelambai sambil pakai baju dinas rapih wangi semprot beliau ikut nyuarakan semangat  bahwa Gerina ini bukan acara ceremonial ala kawinan pejabat yang cuma makan-makan dan salaman. Ini gerakan, bukan gerombolan ngobrolin bantuan yang nggak kunjung datang.

“Gerina ini gerakan nyata, bukan ajang foto-foto lalu pulang. Ini cara baru memperkuat ketahanan pangan nasional,” kata Pak Bupati. (Alias bukan cuma tanam bibit buat konten Instagram, tapi tanam niat supaya nasi nggak cuma jadi kenangan.)

Kita dikenalkan dengan dua nama yang bikin ngikik tapi bikin mikir Si Opung dan Si Cepot. Mungkin awalnya orang nyangka ini program sinetron baru atau tokoh dalam pertunjukan lenong. Tapi ternyata bukan ini jurus ninja baru di dunia pertanian!

Si Opung (Solusi Olah Padi Terapung) adalah inovasi menanam padi di atas air, bukan di dalam mimpi. Buat kamu yang nggak punya sawah, tapi punya kolam bekas budidaya lele yang gagal karena ikannya pada kabur, inilah solusinya! Tinggal buat rakit sederhana dari bambu, letakkan media tanam, tabur benih, dan taraaaa… padi tumbuh sambil goyang pelan diterpa angin. Kayak padi syantik di atas perahu cinta.

Sementara Si Cepot (Solusi Cepat Panen via Pot) cocok untuk emak-emak urban yang hobi ngulek sambel tapi sering kehabisan cabai. Tinggal tanam di pot! Mau padi, cabai, kentang, semua bisa. Potnya pun bisa pakai bekas ember cat, galon, atau baskom bekas cucian motor. Terserah kreativitas, asal jangan pakai topi suami, nanti ribut.

Ustadz Adi Hidayat bilang, kalau satu keluarga rajin menanam selama tiga musim pakai metode Si Cepot, bisa hemat sampai Rp 300 ribu. Bayangkan! Itu cukup buat beli sekarung beras, seplastik kerupuk, dan sebungkus kopi yang bisa diseruput sambil memandang hasil panen sendiri dengan bangga.

Di Jepang, padi bisa tumbuh di sela-sela rumah sempit, dan tiap petani punya aplikasi buat ngawasin pertumbuhan batang padi kayak ngecek status mantan. Di Gunungkidul, tanah berbatu pun disulap jadi kebun sayur. Mereka kreatif, gigih, dan nggak manja. Lha kita? Baru disuruh siram tanaman tiap sore udah bilang, “Nanti ah, lagi nonton sinetron.”

Di RT 05 Kelurahan Makmur Sejahtera, ada emak-emak yang tanam tomat di pot, dan sekarang tomatnya laris manis buat tambahan uang arisan. Tiap pot jadi ATM kecil  tinggal panen, timbang, cuan! Tanaman jadi tabungan masa depan, bukan cuma dekorasi yang akhirnya mati kekeringan.

Bupati Muchendi dengan gaya santainya menegaskan, “Kalau semua elemen jalan bareng, ketahanan pangan itu bukan lagi mimpi.” Bener juga. Jangan sampai kita cuma jago debat soal politik, tapi nyari bawang aja minta tetangga. Sekali-kali, lawan stres bukan cuma pakai liburan, tapi dengan metik cabai di teras rumah sambil nyanyi, “Lihat kebunku… penuh dengan kentang!”

Presiden Prabowo juga menyelipkan harapan bahwa inovasi kayak gini bukan cuma buat gaya-gayaan, tapi demi masa depan di mana Indonesia bisa berdiri tegak, meski harga beras dunia jungkir balik, kita tetap bisa makan nasi goreng sendiri, bukan nasi utang.

Gerina, Si Opung, dan Si Cepot mengajarkan satu hal penting ketahanan pangan bukan tanggung jawab menteri atau petani saja, tapi tanggung jawab kita semua. Bisa dimulai dari langkah paling kecil siram tanaman tiap hari, tanam cabe di pot, bikin kolam ikan dua ember, dan panen senyum saat dompet nggak bolong karena harga sayur naik.

Toh, kalau sekarang padi bisa ditanam di kolam dan kentang bisa tumbuh di pot, itu artinya masa depan nggak harus dibeli, tapi bisa ditanam.

Menanam itu bukan cuma soal perut, tapi soal harga diri bangsa. Kalau kita masih tergantung beras impor, sama aja kayak anak kos yang tiap bulan masih minta kiriman dari ibu. Lha, kapan dewasanya?

Dengan Gerina, kita diajak dewasa secara pangan. Jangan cuma bangga kalau bisa belanja di supermarket, tapi banggalah kalau dapur kita isinya hasil tanam sendiri. Bukan gaya-gayaan, tapi gaya hidup yang keren dan tahan krisis.

Punya Si Opung dan Si Cepot di rumah itu seperti punya pasukan kecil penolong dompet. Saat harga cabai melejit, tinggal panen. Saat kentang naik, tinggal ngorek pot. Saat nasi langka, tinggal… ya tinggal masak hasil kolam, jangan panik.

Ingat, negara besar dimulai dari rumah-rumah kecil yang mandiri. Kalau rumahmu bisa jadi lumbung kecil, kampungmu bisa jadi desa pangan. Kalau semua desa begitu? Selamat, negara ini bebas dari sindrom lapar berjamaah!

Dan seperti kata pepatah lama yang dimodifikasi ala kekinian “Yang menanam, akan menuai. Yang menuai, akan kenyang. Yang kenyang, tak sempat nyinyir di medsos.”. Jadi… mau nunggu bantuan atau mulai tanam sekarang ayo..?.[***]

Terpopuler

To Top