KEMENTERIAN Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mendorong produktivitas budidaya lele dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan peningkatan ekonomi nasional dengan program prioritas KKP dalam pembangunan kampung-kampung budidaya dengan kearifan lokal.
Salah satu wujud implementasinya yaitu melalui pelatihan secara berkelanjutan bagi pelaku utama. Dalam hal ini, KKP melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) menggelar kegiatan Pelatihan Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok di Kota Prabumulih, Provinsi Sumatera Selatan secara blended learning.-
Ditemui secara terpisah, Plt. Kepala BRSDM KKP, Kusdiantoro, mengatakan untuk mendukung terwujudnya keberhasilan program-program prioritas, dibutuhkan terobosan pada aspek pengembangan sumber daya manusia.
“SDM memiliki peran strategis dalam pencapaian pembangunan kelautan dan perikanan secara keseluruhan, salah satunya melalui kegiatan pelatihan bagi pelaku utama di bidang kelautan dan perikanan. Kegiatan Pelatihan Budidaya Ikan Lele dengan Sistem Bioflok inilah, merupakan kegiatan penting agar perikanan budidaya berkelanjutan dapat menghasilkan ikan siap konsumsi. Hal ini, juga merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam mengembangkan usaha di bidang budidaya,” ujar Kusdiantoro.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono pada Rapat Paparan Program BRSDM pada 11 Januari 2021, menyampaikan pelatihan untuk kelompok budidaya perlu dioptimalkan. “Kita optimalkan pelatihan untuk para kelompok budidaya bagaimana mereka bisa mengelola dengan standar mutu yang baik. Hal ini tentu bisa meningkatkan hasil ikan budidaya di Indonesia,” papar Menteri Trenggono.
Difasilitasi oleh Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan (BPPP) Medan, kegiatan ini diikuti oleh 60 orang pembudidaya ikan di Kota Prabumulih. Acara yang digelar selama dua hari pada 15-16 September 2021 ini, dilaksanakan di Balai Besar Ikan (BBI) Kota Prabumulih dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Budidaya ikan lele paling banyak dikembangkan, karena cara budidayanya relatif sangat mudah. Salah satu budidaya yang diterapkan yaitu budidaya sistem bioflok. Sistem bioflok merupakan salah satu cara budidaya yang menggunakan bakteri sebagai pendukung dalam proses akselerasi ikan. Bakteri tersebut dapat dimanfaatkan oleh ikan sebagai sumber makanan sehingga sistem bioflok dapat memberikan keuntungan dalam mempertahankan kualitas air.
Kepala Pusat Pelatihan dan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan (Puslatluh KP), Lilly Aprilya Pregiwati mengatakan, dalam sistem bioflok penggunaan probiotik pada budidaya ikan lele dapat meningkatkan padat tebar dan kulitas air.
“Dalam pelatihan ini, probiotik menjadi bagian yang akan diberikan kepada para peserta dengan tujuan bagaimana nanti limbah yang dihasilkan ikan lele tidak membahayakan lingkungannya. Sehingga dalam pemberian probiotik ini, budidaya ikan sistem bioflok akan meningkatkan padat tebar dan juga manajemen kualitas air dari ketersediaan air yang tidak banyak di beberapa tempat sehingga tidak perlu diganti hanya mungkin ditambahkan saja,” ujar Lilly.
Dia menambahkan, kegiatan budidaya ikan lele erat kaitannya dengan pembuatan pakan ikan sehingga dapat mempengaruhi hasil budidaya ikan yang baik.
“Jadi selain budidaya ikan lele dengan sistem bioflok, yang bisa dilakukan yaitu bagaimana membuat pakan ikan sendiri. Kita tahu biasanya budidaya ikan lele ini biaya paling besar itu di pakan ikan, sehingga upaya yang harus dilakukan adalah bagaimana mensubstitusi pakan pelet dengan pakan ikan buatan sendiri. Tentunya pakan yang memiliki komposisi protein dan juga kebutuhan unsur mineral, yang dibutuhkan dalam tubuh ikan lele sehingga pertumbuhan baik dan hasilnya dapat bernilai jual tinggi,” tambahnya.
Kegiatan ini diapresiasi oleh Anggota Komite II DPD RI Daerah Pilihan (Dapil) Sumatera Selatan, Amaliah yang hadir secara daring. Dia menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya pelatihan ini yang tentunya berdampak positif bagi pembudidaya ikan lele di Kota Prabumulih.
“Saya sangat menghargai dan mengapresiasi, terselenggaranya pelatihan ini dengan sistem bioflok yang diajarkan oleh KKP dapat mengurangi penggunaan air dan pembuangan limbah sehingga lingkungannya tidak tercemar dan produktivitas ikannya lebih tinggi,” jelasnya.
“Ikan yang dihasilkan pun lebih sehat dan banyak. Saya sempat mendengar memang Kota Prabumulih pernah melakukan panen ikan lele di tahun 2020 dan tentunya sukses,” tambahnya.
Hal tersebut ditanggapi oleh Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Prabumulih, Titing. Dia mengatakan, Kota Prabumulih yang paling optimis dalam budidaya sistem bioflok.
“Saking perhatiannya dengan bioflok, Kota Prabumulih yang paling optimis dalam budidaya sistem bioflok. Kami sampaikan juga produksi ikan lele yang ada di Kota Prabumulih pada tahun 2020 mencapai 135 ton meskipun hanya memanfaatkan lahan 1,5 hektare. Para kelompok disini memanfaatkan lahan pekarangannya di samping kanan, kiri, dan belakang rumah, dalam usaha budidaya ikan lele. Tentunya kami mengucapkan terima kasih atas dukungan dari pemerintah pusat,” ucap Titing.
Adanya kegiatan pelatihan ini, diharapkan agar para peserta dapat menerapkan Cara Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) sehingga menghasilkan ikan yang berkualitas dan bernilai jual tinggi.
Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan
Perikanan budidaya merupakan salah satu subsektor unggulan yang dapat dikembangkan dalam meningkatkan produksi perikanan nasional serta pendapatan pelaku utama dan pelaku usaha. Namun, subsektor perikanan budidaya saat ini masih mengalami permasalahan dalam menghadapi tingginya harga pakan yang disebabkan sebagian besar bahan baku pakan masih bergantung pada bahan pabrikan.
Guna mendukung program Gerakan Pakan Mandiri (GERPARI) serta program Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Masyarakat dan Kebudayaan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat perikanan dan daerah yang tertinggal khususnya bidang budidaya perikanan, KKP melalui BRSDM KP turut menggelar kegiatan Pelatihan Pembuatan Pakan Ikan bagi Pembudidaya Ikan di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat.
Kegiatan yang dilaksanakan selama dua hari pada tanggal 13-14 September 2021 ini, diikuti sebanyak 50 peserta dari pembudidaya ikan di Kabupaten Solok Selatan secara blended learning. Pelatihan yang difasilitasi oleh BPPP Medan ini, dilaksanakan di BBI Solok Selatan dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Pada kegiatan pelatihan ini, dibutuhkan keterlibatan dan kerja sama penyuluh dalam membantu proses transfer dan sharing knowledge bagi pelaku usaha. Dalam pelatihan ini pula, peserta diberikan materi mulai dari menyiapkan bahan dan peralatan pembuatan ikan, menyusun formulasi pakan ikan, meramu, mencetak, mengeringkan, mengemas, serta menyimpan pakan ikan.
Dalam sambutannya, Kepala Puslatluh KP, Lilly Aprilya Pregiwati menyampaikan, dalam budidaya ikan air tawar umumnya pelet dikenal sebagai pakan ikan yang paling praktis dan mengandung nutrisi lengkap yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan ikan.
“Jadi saya sudah sampaikan unsur utama pada pakan itu adalah protein hewani yaitu tepung ikan. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) saya kira sudah informasikan bahan baku yang bisa digunakan termasuk bahan baku nabati yang memiliki protein cukup baik yang dapat digunakan untuk bahan baku dari pembuatan pakan ini, tentunya kalau sudah jadi, kandungan protein yang dibutuhkan tetap terjaga,” jelas Lilly.
Lebih lanjut, dia mengatakan, adanya pelatihan ini para pembudidaya diharapkan dapat memproduksi pakan ikan alternatif secara mandiri dengan memanfaatkan bahan baku lokal, untuk menekan biaya pakan ikan.
“Setidaknya dengan kegiatan pelatihan ini, para pembudidaya ikan mampu membuat pakan ikan secara mandiri dan dapat mengurangi biaya pakan dari budidaya ikan yang biasanya mencapai sekitar 60-70%. Tentunya juga akan memberikan benefit kepada para pembudidaya ikan yang dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku utama di dalam memproduksi pakan ikan secara mandiri,” ujar Lilly.[***]