Digital Ekonomi

Ketika Microsoft Turunkan Hujan Digital di Indonesia, Cloud di Atas Kepala, Peluang di Ujung Jari

ist

Sumselterkini.co.id, – Kalau dulu orang tua kita bilang, “Jangan menengadah saat hujan, bisa masuk angin,” maka sekarang kita bilang “Menengadahlah, karena hujan digital dari Microsoft bisa bikin hidup lebih terang, bukan cuma basah!” Ya, inilah zamannya Cloud bukan cuma kumpulan awan di langit, tapi kumpulan data yang bisa menghidupkan ekonomi, mengawinkan kreativitas dengan teknologi, dan menumbuhkan lapangan kerja seperti jamur di musim promosi Tokopedia.

Microsoft resmi membuka Indonesia Central Cloud Region, sebuah nama yang kalau disingkat bisa bikin orang mengira kita lagi ngomongin zona cuaca di film sci-fi. Tapi ini nyata, bukan fiksi. Cloud ini bukan buat main petak umpet, tapi jadi pusat data lokal yang katanya siap mengangkat ekonomi digital Indonesia dari level ‘nge-lag’ ke ‘turbo’.

Menteri Ekraf Teuku Riefky tampaknya sedang menabur pupuk digital di ladang ekonomi kreatif. Ia menyambut kehadiran Cloud Microsoft ini seolah menyambut menantu kaya yang siap bangun rumah buat anaknya. Menurut beliau, cloud ini bisa bantu para pelaku kreatif naik kelas dari jualan kerajinan tangan di pinggir jalan, ke jualan filter IG dan stiker LINE yang bisa dipakai netizen se-Asia Tenggara.

Sementara itu, Pak Agus Harimurti Yudhoyono, dengan gaya khasnya yang penuh semangat, menyebutkan bahwa pusat data ini bukan cuma tempat simpan file, tapi gudang masa depan, seperti kata pepatah digital zaman now, “Yang menguasai data, dia yang menguasai dunia”. Jadi kalau dulu rebutan tanah, sekarang rebutan cloud.

Meutya Hafid, Menteri Komunikasi dan Digital, juga ikut menambahkan bumbu optimisme. Menurutnya, hadirnya cloud ini menunjukkan bahwa pemerintah tidak lagi gaptek. Bahkan, kita dinilai siap oleh dunia kayak anak SMA yang baru belajar coding tapi udah diajak Google buat internship.

Cloud region ini bukan sekadar soal kabel dan server. Ini soal mindset. Kalau dulu orang tua kita bangga anaknya jadi PNS, sekarang anak muda bangga bisa kerja remote, digaji dolar, dari rumah nenek di Karanganyar.

Dharma Simorangkir, bos besar Microsoft Indonesia, mengumumkan investasi USD 1,7 miliar. Kalau duit sebanyak itu dijadikan angkringan, bisa bikin cabang di tiap kelurahan. Tapi Microsoft lebih memilih untuk menyuntik dana demi bangun AI, pusat cloud, dan pelatihan digital bagi 840.000 warga Indonesia, jumlah yang kalau dikumpulin bisa isi konser Coldplay lima hari berturut-turut.

Seperti kata pepatah Betawi, “Kalau mau dagang laris, jangan cuma modal etalase, tapi juga kudu ngerti pasar.” Nah, Cloud Microsoft ini ibarat etalase raksasa yang memungkinkan anak bangsa menaruh karya digitalnya di panggung global. Tapi kalau talenta kita belum disiapkan, ya sama aja kayak punya bioskop tapi isinya film kosong.

Kita butuh transformasi menyeluruh bukan hanya pada teknologinya, tapi juga pada pola pikir dan keterampilan. Cloud bisa kasih jalan, tapi manusianya yang mesti tahu mau ke mana. Kalau tidak, kita cuma akan jadi penonton di warung kopi yang nonton orang lain panen cuan dari digitalisasi. Jadi, mari kita sambut era hujan cloud ini dengan ember-ember kesiapan. Karena siapa tahu, dari dalam awan, bukan cuma hujan, tapi masa depan juga bisa turun.[***]

Terpopuler

To Top