Industri Kreatif & UKM

CATATAN PINGGIR :“Sultan Muda Sumsel, Kreativitas, Modal, & Sejumput Sihir untuk Menyulap Ekonomi!”

ist

Sumselterkini.co.id,-  KEMARIN Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Selatan, Drs. H. Edward Candra, MH menghadiri Kick Off Program 100.000 Sultan Muda dan Sultan Muda Sumsel Center (SMSC) bersama Media Masa di Sumsel (Kantor OJK Palembang).

Keren memang program itu, jika berhasil dan sukses. Namun tak semudah membalikkan telapak tangan, apalagi jika yang dibalik adalah kehidupan ekonomi Sumsel yang sudah sekian lama bergantung pada hasil alam.

Program 100.000 Sultan Muda yang diluncurkan oleh Gubernur Sumatera Selatan, Herman Deru, memang menghadirkan angin segar bagi para anak muda, tetapi jangan salah, ini bukanlah “abrakadabra” atau “simsalabim” seperti permainan sulap, yang bisa langsung mengubah segalanya menjadi emas. Butuh proses, butuh modal, dan butuh kreativitas yang tidak hanya dipupuk tapi juga didukung dengan sistem yang mendukung.

Jika kita cek data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumsel, meskipun angka pengangguran terus turun, tapi nyatanya 7,5% pengangguran terbuka masih berasal dari lulusan SMA/SMK dan S-1.

Setiap tahun ribuan anak muda dengan ijazah segudang ini siap meramaikan dunia kerja, tapi… tunggu dulu, siapa yang siap menerima mereka? Kalaupun mereka mau jadi pengusaha, ada satu hal yang paling krusial yakni modal. Dan, inilah yang jadi soal. Tak semudah membalikkan telapak tangan!

Begitu juga dengan Sultan Muda yang disodorkan kepada anak-anak muda Sumsel. Program ini seakan menjanjikan mereka akan menjadi sultan yang tak hanya berkuasa, tapi juga bisa menghidupkan ekonomi lokal dengan ide-ide cemerlang mereka. Tapi, jika ide cemerlangnya hanya digantungkan pada kreativitas semata, ya itu bak sulap yang hasilnya bisa jadi hanya kepulan asap!

Kata pepatah, “Kreativitas tanpa modal, seperti kue lapis tanpa lapisan.” Semua bisa terlihat cantik di luar, tapi tidak akan terasa enak kalau bagian dalamnya kosong. Program Sultan Muda memang bagus, tetapi tak semudah mengucapkan “abrakadabra” untuk membuat semuanya berhasil.

Sumsel sebenarnya punya banyak potensi, mulai dari kopi, sawit, karet, hingga potensi wisata yang luar biasa. Namun, lihat saja daerah-daerah lain seperti Jogja, Bandung, atau Bali yang sudah lebih dulu melaju dengan ekonomi kreatif mereka. Apa yang mereka miliki? Selain kreativitas, mereka juga memiliki akses modal yang memadai dan ekosistem yang mendukung anak muda berinovasi.

Kalau di Jogja, anak muda bisa mengakses dana hibah untuk mengembangkan bisnis kuliner. Di Bandung dan Bali, berbagai jenis usaha kreatif semakin berkembang karena ada kemitraan dengan sektor swasta dan pemerintah yang memfasilitasi akses ke modal.

Tapi di Sumsel? Lha, belum sampai kesana,  karena anak muda kreatif kita masih berjuang untuk mendapatkan akses modal yang tidak hanya rumit, tapi juga banyak seleksinya.

Dan itulah yang harus kita bicarakan. Program Sultan Muda tidak akan berhasil hanya dengan kata-kata manis dan ide cemerlang tanpa adanya dukungan nyata dalam hal modal dan akses pasar.

Kita bisa belajar dari Titi Kamal, yang berhasil mengembangkan usaha kuliner dengan Warunk Upnormal. Seperti yang dia katakan”Saya belajar banyak dari pengalaman dan terus berinovasi untuk menjaga bisnis tetap berkembang.” [beritaenam.com].

Titi memulai usaha dengan modal terbatas, namun dengan kreativitas dan semangat untuk berinovasi, dia berhasil menciptakan sesuatu yang lebih dari sekadar warung makan. Modal dan kreativitas beriringan bukan hanya salah satu yang dijadikan kunci utama!

Sebagaimana William Tanuwijaya, pendiri Tokopedia, yang juga mengakui bahwa jalan menuju keberhasilan tidak semudah yang dibayangkan. Ada hambatan, ketidakpercayaan, dan masalah lainnya yang harus dihadapi sebelum bisnis dapat berkembang.”Memang untuk mendapatkan pendanaan awal tidaklah mudah. Banyak masalah yang harus ia hadapi. Seperti halnya, masalah ketidakpercayaan dan masalah keluarga.” [dianisa.com].

Jadi, teman-teman, program Sultan Muda bukanlah sulap. Ini bukan hanya soal kreativitas yang melambung tinggi, melainkan soal bagaimana menghadirkan dukungan modal yang nyata. Jika tidak ada modal yang cukup, ide yang cemerlang akan segera terhempas seperti debu. Tidak ada jalan pintas dalam mengembangkan ekonomi kreatif, apalagi kalau sekadar berharap tanpa persiapan matang.

Jadi, sudah saatnya kita berhenti berdebat tentang siapa yang paling kreatif, dan mulai mencari cara untuk memastikan bahwa modal bukan menjadi batu sandungan bagi anak muda Sumsel yang ingin memulai usaha.

Dengan adanya akses modal yang lebih mudah, program Sultan Muda akan bisa menjadi seperti yang kita harapkan bukan sekadar menjadi program hebat yang hilang ditelan bumi, tetapi menjadi fondasi yang benar-benar membangun ekonomi lokal dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.

Sultan Muda Sumsel adalah ide cemerlang untuk membuka kesempatan bagi anak muda berwirausaha, tapi seperti sulap yang butuh lebih dari sekadar kata-kata, program ini juga butuh modal, fasilitas, dan dukungan yang konkret.

Jangan hanya berharap pada kreativitas semata, karena tanpa akses yang jelas kepada modal, program ini bisa berakhir seperti ilusi yang hilang dalam sekejap.

Mari bangun ekosistem ekonomi kreatif yang sesungguhnya, dengan akses modal yang mudah dan dukungan yang nyata. Hanya dengan itu, kita bisa memastikan bahwa Sultan Muda bukan sekadar jargon, tapi sebuah program yang bisa mengubah Sumsel menjadi pusat ekonomi kreatif yang berkembang pesat.[***]

Terpopuler

To Top