Sumselterkini.co.id, – Di negeri yang pepatahnya lebih banyak dari jumlah kode anggaran belanja daerah, ada satu pelajaran penting dari Exit Meeting antara Pemkab Muba dan BPK Sumsel, Jumat kemarin. Seperti murid yang habis ujian lalu dipanggil wali kelas dan wali murid sekaligus, rapat ini bukan sekadar pamit-pamitan, tapi juga momen membedah catatan nilai, evaluasi PR, sampai saran agar jangan tidur di kelas lagi.
Sudah 30 hari tim BPK ngantor di Muba dari 10 April sampai 9 Mei 2025 seperti tamu yang disuguhi segala macam data, kopi, dan mungkin juga senyum kaku dari para kepala OPD.
Semua dicatat, dihitung, dan ditimbang. Tidak ada yang bisa ditutupi. Karena seperti kata orang tua dulu, “Kalau sudah niat periksa, semut di seberang sungai pun kelihatan, apalagi kwitansi yang nempel di dinding.”
Bupati Muba, H. M. Toha, tampil bak kepala keluarga yang habis dikunjungi auditor keuangan rumah tangga. Beliau menyampaikan terima kasih atas kunjungan dan pemeriksaan. Dengan sopan dan santun, ia juga minta maaf jika selama proses ada yang salah buka laci atau salah suguh data. Intinya, beliau sepakat audit ini bukan untuk cari salah, tapi untuk cari jalan pulang yang benar ke arah tata kelola yang sehat.
“Laporan ini bukan cuma catatan, tapi cermin buat kita semua. Kalau mukanya kucel di cermin, bukan salah cerminnya. Tapi ya mungkin kita perlu cuci muka bareng-bareng,” ujarnya penuh perumpamaan lokal.
Toha juga mengingatkan seluruh OPD agar jangan cuma jadi penonton dalam pertandingan pembenahan administrasi. Temuan harus ditindak, jangan malah dijadikan hiasan di dinding kantor.
“Kalau tahu jalannya berlubang, ya ditambal, bukan dilewati terus sampai ban jebol,” tegasnya. Perumpamaan yang cocok buat OPD yang kadang suka ngeles kayak belut kena sabun.
Dari pihak BPK, Muhammad Adi Syafei pun tidak kalah bijaknya. Ia menjelaskan bahwa tugas mereka bukan seperti juru tilik masa depan, tapi memastikan apa yang sudah ditulis Pemkab Muba di laporan keuangan tidak asal-asalan. “Reasonable assurance,” katanya istilah kerennya. Kalau diterjemahkan bebas laporan keuangan itu harus bisa dipercaya, kayak cerita kakek yang dulu katanya pernah naik kapal uap ke Batavia.
Ia pun menyampaikan rasa terima kasih karena selama 30 hari, Pemkab Muba bersikap kooperatif. Semua data yang diminta tidak perlu pakai ancaman atau lempar-lempar map. Seolah-olah semua sudah belajar dari audit tahun lalu kalau kita siap sejak awal, hidup lebih damai, tidak perlu kucing-kucingan.
Audit itu seperti timbangan badan. Bukan untuk menyalahkan siapa yang gemuk, tapi untuk tahu apa yang perlu dikurangi dan dibenahi. Exit Meeting ini memang sudah selesai, tapi PR-nya baru dimulai. Jangan sampai tahun depan BPK datang lagi, lalu nemu nasi basi di panci yang sama. Sudah tahu lauknya kurang garam, ya jangan diulang. Seperti pepatah “Kalau sudah tahu kerupuknya melempem, jangan disajikan lagi pas tamu datang kedua kali.”.[***]