Kebijakan

“Wisuda Oma-Opa, Bukan Sekadar Seremonial, Tapi Harus Jadi Gerakan Nasional”

ist

Sumselterkini.co.id, – Gubernur Sumatera Selatan, Pak Herman Deru, barengan sama Menteri Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang juga bos besar di BKKBN Dr. H. Wihaji, S.Ag., M.Pd (nama dan gelarnya panjang kayak kereta api), resmi meluncurkan Sekolah Standar (S2) Nurul Persada plus ngerayain Wisuda Akbar Sekolah Lansia di Kabupaten Ogan Ilir. Acaranya digelar penuh semangat dan senyum-senyum manis di Aula Caram Seguguk, kawasan Kantor Pemerintahan Tanjung Senai, Selasa siang (15/4/2025), dengan 275 oma-opa kece yang siap diwisuda!, keren  dan cukup unik…!!.

Melihat itu, jangan bilang juga  yang pantas pakai toga itu cuma anak-anak muda yang baru wisuda sarjana? buktinya di Ogan Ilir, 275 lansia tampil kece badai dengan balutan jubah kebesaran dan semangat  45 berkobar-kobar,  Mereka diwisuda dari Sekolah Lansia Tangguh. Digagas oleh BKKBN dan didukung Gubernur Sumatera Selatan, momen ini bukan cuma bikin haru, tapi juga ngasih kita PR besar.

Wisuda ini memang meriah. Tapi jangan-jangan, yang kita rayakan baru kulitnya. Jangan sampai program ini sekadar seremonial yang difoto rame-rame, tapi setelah itu para oma dan opa kembali ke rumah dengan kolesterol naik dan kesepian tak terobati.

Kita patut kasih jempol pada upaya ini. Tapi, jempol ini juga bawa pertanyaan apakah Pemerintah Provinsi Sumsel benar-benar sudah all out memperhatikan para lansia? Atau baru sekadar nyicil perhatian, sebulan sekali saat ada acara?

Jangan salah, bro. Jumlah lansia di Indonesia itu terus naik. Di Sumsel sendiri, angkanya makin menggemaskan. Tapi yang bikin sedih, fasilitas khusus lansia masih selevel sandal jepit gampang putus. Posyandu Lansia? Ada sih, tapi kadang petugasnya lebih tua dari pasiennya. Layanan khusus di rumah sakit? Sering kali lansia mesti ngantri bareng anak-anak muda yang baru keseleo gara-gara main futsal.

Yuk kita tengok Jepang, negara yang sukses bikin lansia bahagia meski pensiun dari pekerjaan. Di sana, lansia masih bisa ikut klub hobi, ikut yoga, sampai belajar ngoding! Negara menyediakan fasilitas publik yang ramah lutut, bukan cuma ramah anggaran proyek. Bahkan ada sistem “poin silaturahmi” orang muda yang bantu lansia dapat insentif negara.

Finlandia juga keren. Lansia di sana dikasih kesempatan jadi relawan, bahkan mentor buat anak-anak muda. Jadi walau umur udah kepala tujuh, kepala mereka tetap diajak mikir dan hati tetap hangat karena dihargai.

Lansia bukan beban negara, tapi penyimpan kenangan dan pengalaman. Mereka itu seperti ensiklopedia berjalan yang sering kali disimpan di rak paling tinggi  jarang dijangkau. Padahal, anak-anak muda bisa belajar banyak dari mereka, mulai dari cara bertahan hidup saat harga beras naik sampai tips menjaga rumah tangga tetap langgeng walau suami hobi main gaple.

Oleh sebab itu, Pemprov Sumsel jangan cuma bangga bikin wisuda lansia. Bikin dong Pusat Aktivitas Lansia yang jalan tiap hari, bukan cuma pas acara. Ada perpustakaan mini, ruang senam jantung, kursus bikin konten TikTok (kenapa nggak?), dan konsultasi gratis soal kesehatan atau hukum waris.

Desa-desa juga bisa dibikin zona ramah lansia trotoar rata, ada bangku-bangku di bawah pohon rindang, dan petugas puskesmas keliling yang datang bukan cuma pas kampanye.Jangan kalah dari anggaran honor influencer yang suka review pempek. Lansia perlu dukungan nyata, bukan cuma nasi kotak dan sertifikat. Biar mereka nggak cuma jadi objek program, tapi juga subjek yang didengar. Buat forum lansia yang bisa kasih masukan soal kebijakan publik. Ajarin mereka pakai WhatsApp, Google Maps, bahkan e-wallet! Biar mereka nggak gampang ketipu dan tetap eksis di grup keluarga.

Program Sekolah Lansia Tangguh dan Wisuda Akbar itu sudah langkah awal yang bagus. Tapi jangan berhenti di tepuk tangan dan poto bareng. Lanjutkan dengan kebijakan nyata yang bikin hari-hari para lansia di Sumsel penuh warna dan arti. Kalau Sumsel bisa jadi pionir zero stunting, kenapa nggak sekalian jadi pionir zero kesepian lansia? Karena membahagiakan lansia itu bukan tugas sosial semata. Itu adalah cara kita menabung masa depan. Ingat, bro, tua itu pasti, tapi bahagia di usia senja itu harus kita perjuangkan bareng-bareng.

Dan dengan toga yang mungkin sedikit longgar tapi semangat yang luar biasa rapat, para lansia Ogan Ilir membuktikan belajar itu tak kenal umur, apalagi semangat hidup. Acara wisuda ini bukan cuma jadi momen haru biru, tapi juga bukti  masa tua bisa tetap ceria asal negara hadir bukan cuma pas mau difoto bareng. Semoga setelah ini, bukan cuma ada Sekolah Lansia, tapi juga ada Kampus Kehidupan yang siap bikin oma-opa tetap aktif, kreatif, dan nggak gampang baper gara-gara kesepian.

Karena kalau anak muda itu masa depan bangsa, maka lansia adalah akar pohonnya. Dan kalau akarnya dirawat baik, Insya Allah bangsa ini nggak gampang tumbang meski diterpa angin politik dan harga cabai.[***]/

Terpopuler

To Top