Sumselterkini.co.id, – Bayangkan ikan-ikan di lautan sana. Sementara sebagian besar manusia sedang sibuk makan ketupat dan rendang di rumah mertua, para ikan ini justru sibuk… naik pesawat! Bukan buat mudik, tapi buat ekspor. Dari tuna sampai cumi-cumi, dari kepiting sampai rumput laut, semuanya diberangkatkan ke mancanegara. Ini bukan lelucon, ini ekspor serius bernilai satu triliun rupiah!
Begitulah kenyataan di negeri bahari ini. Ketika manusia libur Lebaran, ikan tetap bekerja. Dan bukan cuma ikannya—petugas di Badan Pengendalian dan Pengawasan Mutu Hasil Kelautan Perikanan (BPPMHKP) pun ikut ‘puasa libur’ demi memastikan si ikan tak dikirim ke luar negeri dalam keadaan stres, belum makan, atau belum mandi (baca: belum melalui pengecekan mutu dan keamanan pangan).
Menurut data resmi dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), selama periode 24 Maret hingga 2 April 2025, ekspor produk perikanan tetap ngacir di 32 provinsi. Totalnya? Lebih dari 20 ribu ton ikan! Ini setara dengan berat 133 ekor paus biru atau 50 ribu motor matic yang ogah nyala pas ditekan starter. Nilainya? Gak tanggung-tanggung satu triliun rupiah!
Bahkan di saat sebagian masyarakat masih dalam mode tidur siang setelah opor ketiga, ikan-ikan asal Sumatera Utara, Jawa Timur, sampai Papua Barat Daya sudah terbang ke 28 negara. Dari Australia sampai Zimbabwe. Dari Jepang yang perfeksionis sampai Puerto Rico yang doyan salsa. Ikan kita hadir, lengkap dengan Sertifikat Mutu dan Keamanan, semacam paspor bergaransi yang bilang: “Tenang, saya bersih, segar, dan higienis, dijamin bukan bekas takjil!”
Tentu saja, di balik keberhasilan ini, ada pahlawan-pahlawan tak berjas tapi bergas. Para petugas dari 47 unit pelaksana teknis (UPT) Badan Mutu KKP berjaga, memastikan setiap udang tak salah masuk kontainer, setiap tuna sudah tampil modis dan sehat, dan setiap cumi tak menyelundupkan tinta. Mereka kerja saat tanggal merah, demi warna hijau di neraca ekspor.
Sementara kita sibuk silaturahmi dan update Instagram Story berjudul “Minal Aidin dari Kampung Halaman,” mereka sibuk memastikan rumput laut dari Sulawesi Selatan tak nyasar ke koper tetangga atau nyangkut di palka kapal.
Ini membuktikan satu hal penting: Indonesia, kalau bicara soal laut dan perikanan, bukan kaleng-kaleng. Kita ini gudangnya komoditas laut, mulai dari yang bercangkang sampai yang bertentakel. Dan sekarang, komoditas itu bukan cuma laku keras, tapi juga mampu tampil elegan di panggung ekspor global.
Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono bahkan sudah pasang niat: menjadikan udang, tuna, cumi, dan geng laut lainnya sebagai champion ekspor Indonesia. Bukan hanya soal jumlah, tapi kualitas. Karena katanya, kalau ingin menang di pasar dunia, jangan cuma jualan ikan, tapi jualan ikan yang punya CV lengkap: bersih, sehat, dan bisa bersaing.
Ibarat dunia kerja, ikan-ikan kita ini sekarang bukan cuma lulus seleksi administrasi, tapi juga sudah ikut pelatihan soft skill, pakai jas, dan siap wawancara dalam bahasa Inggris. Dengan jaminan mutu dan keamanan yang mumpuni, mereka siap bikin negara tujuan ekspor jatuh cinta pada gigitan pertama.
Akhir kata, meski Lebaran bikin jalanan macet dan toples kue mendadak kosong, satu hal tetap berjalan lancar: ekspor ikan. Negara ini, meski sering bikin bingung soal sinetron politiknya, ternyata sangat terorganisir kalau urusan kirim ikan ke luar negeri. Dan selama masih ada laut, nelayan, serta petugas-petugas yang rela menukar cuti Lebaran demi kualitas produk ekspor, maka yakinlah Indonesia akan terus panen devisa, bahkan saat opor masih hangat di meja makan. Karena di negeri ini, lebaran boleh libur, tapi ikan tetap kerja. Dan rupiah… tetap mengalir deras.[***]