OKI Terkini

Jembatan Kandis ‘Masuk UGD’, Bupati Turun Tangan Sebelum Kritis!

foto : ist

Sumselterkini.co.id,- Pagi-pagi buta, saat sebagian warga masih menikmati kopi dan gorengan, Bupati Ogan Komering Ilir (OKI), H. Muchendi, sudah tancap gas menuju Desa Kandis. Bukan buat piknik, apalagi inspeksi dadakan ala sinetron, tapi buat ngecek langsung jembatan yang lagi ‘sakit parah’ gara-gara opritnya ambruk dihajar arus sungai. Keadaan genting ini nggak bisa ditunda, soalnya jembatan ini adalah urat nadi penting yang menghubungkan Desa Kandis dan Desa Ulak Depati. Kalau dibiarkan, bisa-bisa warga harus berenang buat sampai ke tujuan!

Pagi itu, warga sekitar sudah berkumpul di sekitar jembatan, mengamati kondisi oprit yang jebol. Biasanya, mereka bisa melintas tanpa pikir panjang, tapi sekarang harus ekstra waspada. Ada yang nekat mencoba lewat, ada juga yang memilih putar balik sambil mengelus dada, takut kalau-kalau jembatan ini ‘ngambek’ dan roboh total. Ini bukan pertama kalinya infrastruktur di OKI menghadapi ujian alam, tapi kali ini kondisinya benar-benar bikin deg-degan.

Bupati Muchendi yang baru saja menerima laporan malam sebelumnya langsung turun ke lokasi. Tanpa banyak basa-basi, ia ingin memastikan bahwa penanganan darurat bisa segera dilakukan. “Tadi malam laporan masuk, pagi ini langsung kita cek. Jangan sampai warga susah gara-gara jembatan putus,” ujarnya dengan nada serius tapi tetap penuh solusi. Tak ada waktu untuk rapat panjang bertele-tele, yang dibutuhkan adalah aksi nyata di lapangan.

Setelah mengecek langsung, Bupati Muchendi menyampaikan bahwa ada dua opsi buat memperbaiki jembatan ini. Pertama, melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Tapi ini butuh waktu, karena harus melewati proses lelang yang bisa bikin perbaikannya molor. Kedua, ada pilihan menggunakan dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari perusahaan sekitar, yang kalau disetujui, bisa lebih cepat dieksekusi. “Yang penting jembatan aman dan masyarakat nggak ribet,” tegas Muchendi. Artinya, ini bukan cuma soal teknis, tapi juga strategi birokrasi mana yang lebih efektif dan efisien.

Sementara itu, Dinas PUPR OKI di bawah komando Man Winardi nggak mau kalah sigap. Mereka langsung mengerahkan tim ke lapangan untuk menangani keadaan darurat. Solusi instannya? Memasang batang kelapa yang diikat rantai supaya kendaraan ringan tetap bisa melintas. Memang bukan solusi permanen, tapi lumayan lah daripada warga harus ‘nge-drift’ di jalan becek atau cari jalur alternatif yang lebih jauh.

Man Winardi juga memastikan bahwa tim teknis sedang bekerja menghitung kebutuhan untuk solusi jangka panjang. Dari analisis awal, kemungkinan besar perbaikan permanen butuh tembok penahan tanggul dari plat besi atau beton. Ini bukan proyek yang bisa diselesaikan dengan tambal sulam, tapi butuh eksekusi yang matang supaya nggak rusak lagi dalam waktu dekat.

Kerusakan jembatan di Desa Kandis ini seharusnya menjadi pengingat bahwa infrastruktur bukan sekadar proyek pembangunan, tetapi investasi jangka panjang bagi kesejahteraan masyarakat. Sebuah jembatan yang menjadi akses vital seharusnya memiliki ketahanan yang baik, bukan mudah tergerus oleh arus sungai. Ini bukan hanya soal memperbaiki yang rusak, tapi juga memastikan bahwa perencanaan ke depan lebih matang agar kejadian serupa tidak terulang.

Langkah cepat yang diambil oleh pemerintah patut diapresiasi, namun tentu akan lebih baik jika upaya pencegahan menjadi prioritas utama. Menunggu infrastruktur mengalami kerusakan sebelum bertindak bukanlah solusi yang ideal. Masyarakat berharap, selain perbaikan yang segera dilakukan, ada juga evaluasi menyeluruh agar ke depan pembangunan bisa lebih berkelanjutan dan tidak sekadar bersifat reaktif.

Pilihan antara APBD dan CSR tentu memiliki konsekuensi masing-masing. Yang terpenting, prosesnya harus transparan, efisien, dan benar-benar mengutamakan kepentingan masyarakat. Karena sejatinya, infrastruktur yang kokoh bukan hanya soal fisik bangunan, tetapi juga mencerminkan seberapa kuat komitmen dalam membangun daerah.[***]

Terpopuler

To Top