DITEMANI putri bungsunya, Mushaful Imam, 49, warga Lorong Peristiwa Kecamatan Alang-Alang Lebar terlihat asyik mengurus tanaman cabai rawit di pekarangan rumahnya. Cabai-cabai ini mulai terlihat matang menguning dan begitu segar.
Sudah hampir tiga bulan belakangan ini, pria yang sehari-harinya berprofesi sebagai fotografer freelance itu menghiasi halaman rumahnya dengan beberapa tanaman kebutuhan pokok. Selain mangga, Ia iseng menanam cabai untuk mengisi waktu sekaligus mengisi kekosongan lahan di halaman rumahnya.
Cabai yang Ia tanam ini merupakan cabai rawit dan cabai burung. Tak kurang ada 10 batang cabai yang tumbuh subur. Dari 10 batang itu sudah 4 batang yang bisa dipanen.
Tak tanggung-tanggung sekali panen Ia bisa mendapat 0,5 Kg cabai. Selain untuk konsumsi sendiri, cabai-cabai ini menurutnya juga kerap diberikan ke tetangga yang membutuhkan.
Awalnya Ia mengaku iseng melihat lahannya kosong begitu saja. Berbekal biji cabai yang didapat dari sisa masak istrinya yang dikeringkan dan bibit oleh-oleh liputan ke berbagai daerah seperti Mariana Banyuasin, Semendo Lahat hingga Bengkulu. Iapun mulai bercocok tanam.
“Iseng Saya tanam saja di depan, rupanya tumbuh subur. Dan sekarang mulai kelihatan cabainya juga tumbuh bagus-bagus. Ini sudah menguning, mungkin sebentar lagi bisa diambil,” ujarnya.
Sebagai penggemar makanan pedas, Iapun menyadari bahwa keisengannya itu justru menguntungkan. Karena dengan tambahan cabai hasil panen nanti, praktis istrinya tak perlu lagi membeli cabai dalam jumlah banyak di warung.
“Kalau dipanen nanti Saya kira lumayan banyaknya hasilnya. Sebab ini ada 4 batang. Mungkin kalau biasanya beli 250 gram untuk kebutuhan 3-4 hari bisa dikurangi cukup 100-150 gram saja, jadi hemat 100-150 gram setiap kali beli cabai” tambahnya.
Melihat hasil itu Iapun berencana menambah banyak tanaman cabainya.
“Kalau bisa untuk penuhi kebutuhan di rumah kenapa tidak. Selisih pengeluaran kan bisa digunakan untuk kebutuhan lain. Soalnya cabai ini pokok sekali. Gak enak makan gak pedas. Ini baru semai lagi biar tambah banyak,” ujarnya.
Selain untuk menambah rasa pedas pada sambal, cabai rawit ini selalu dikonsumsi untuk membuat sambal kecap pada menu ikan bakar yang jadi menu wajib keluarganya setiap akhir pekan.
“Iya jadi gak usah beli lagi. Cabainya diiris-iris dicampur bawang merah dan kecap. Dimakan dengan ikan gabus bakar sedap sekali,” jelasnya.
Karena sudah mengalaminya sendiri, pria yang kerap mendapat penghargaan lomba foto tingkat nasional hingga internasional inipun sangat mendukung Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) yang digagasan Gubernur Sumsel H. Herman Deru sejak akhir tahun 2021.
“Selama inikan kita beli, tapi setelah kita coba tanam sendiri sekalian memanfatkan halaman rupanya seru juga. Bukan hanya asyik bercocok tanam tapi juga membantu meringankan pengeluaran sehari-hari,” ujarnya.
Karena itu pula, Ia mengajak masyarakat untuk mulai memanfaatkan pekarangan rumah untuk bercocok tanam kebutuhan. Tak harus cabai tapi bisa juga seperti daun bawang, seledri, tomat cherry, bahkan sayur katuk dan lainnya.
“Coba dulu nanti bisa merasakan langsung hasilnya,” ucapnya bersemangat.
Sebelumnya pasca dilaunching 2 Desember 2021, Gubernur Sumsel H.Herman Deru memang terus menggalakkan GSMP kepada masyarakat. Melalui gerakan ini, Ia ingin masyarakat Sumsel tidak lagi pusing saat harga berbagai kebutuhan pokok naik terutama cabai.
“Cabai inikan sudah menjadi kebutuhan pokok. Setiap hari pasti kita gunakan saat masak. Dan sebenarnya kan bisa kita tanam sendiri di rumah sehingga bisa menghemat pengeluaran. Bahkan kalau harganya sedang tinggi kita tidak sulit lagi,” jelasnya.
Melalui gerakan ini Herman Deru mengajak masyarakat untuk mulai berpikir menjadi produsen dalam kata lain penghasil bukan hanya menjadi konsumen saja.(***)