VAKSINASI COVID-19 merupakan salah satu upaya yang digunakan oleh semua negara untuk mengatasi pandemi akibat virus Corona.
Di Indonesia, mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan, data vaksinasi hingga 23 September 2021 pukul 12.00 WIB, 83.248.128 atau 39,97 persen sudah melakukan vaksin dosis pertama, 46.980.347 atau 22.56 persen telah merampungkan hingga dosis kedua dari sasaran target vaksin keseluruhan 208.265.720.
Oleh sebab itu, kehadiran vaksin merupakan kabar baik dan langkah penting dalam upaya bersama secara global untuk mengakhiri pandemi COVID-19. Vaksin yang digunakan pun sudah melalui penelitian dan uji klinis sehingga aman dan efektif.
Namun, ada sebagian orang yang masih skeptis atau ragu terhadap vaksin COVID-19. Padahal, vaksin dapat menyelamatkan 2 hingga 3 juta nyawa setiap tahun dan merupakan salah satu kemajuan terbesar di dunia kedokteran modern.
Direktur Yale Institute for Global Health Dr. Saad Omer memaparkan ada enam hal yang dapat dilakukan jika bertemu dengan orang yang masih ragu terhadap vaksin COVID-19, yaitu:
- Berempati dengan nilai-nilai yang mereka yakin
Dr. Omer menyarankan hal pertama yang perlu dilakukan adalah menanggapi permasalahan mendasar yang mereka rasakan. Tunjukkan rasa empati seperti misalnya saat ada yang mengeluhkan sulitnya melakukan berbagai kegiatan akibat COVID-19, sampaikan bahwa tempat-tempat yang ingin mereka datangi akan mulai dapat diakses kembali setelah semua orang menerima vaksin.
“Pastikan bahwa mereka merasa didengar. Jangan berfokus hanya pada vaksin karena vaksin hanya salah satu aspek dan fokus hanya pada vaksin justru menurunkan peluang keberhasilan kita dalam meyakinkan mereka,” ujar Dr. Omer.
Selain itu, ajaklah mereka berdiskusi tentang COVID-19 serta dampak negatifnya yang meluas. Saat diskusi tentang COVID-19 sedang berlangsung, maka kita dapat membicarakan tentang pengorbanan yang harus dilakukan oleh semua orang, seperti menahan diri dari bertemu kerabat dan tidak melakukan kegiatan sehari-hari sebagaimana biasanya.
- Jangan memotong lawan bicara
Ketika diskusi sudah berlangsung, cobalah simak dan pahami sudut pandang mereka. Jangan mendominasi percakapan, atau terlalu cepat mengoreksi pendapatnya bahkan memotong pembicaraan.
“Anda tidak perlu setuju dengan informasi yang salah, namun Anda bisa berempati dan melanjutkan percakapan alih-alih mengakhiri atau menyudahi diskusi,” kata Dr. Omer.
- Bantu mereka agar merasa berdaya
Faktanya, masih banyak yang takut untuk melakukan vaksinasi COVID-19. Daripada menyalahkan keadaan, lebih baik ajak mereka untuk berbuat positif sehingga membawa kebaikan bagi semua orang.
Caranya adalah dengan menyemangati dan mengingatkan mereka bahwa mereka bisa membantu mengubah situasi, baik untuk diri sendiri maupun keluarganya, dengan mendapatkan vaksin.
- Jangan fokus pada mitos
Mitos seputar vaksin COVID-19 tidak bisa hilang begitu saja. Dibutuhkan penjelasan untuk meluruskannya. Daripada membahas mitos terlalu dalam sehingga memungkin munculnya mitos-mitos lainnya, sebaiknya kita meluruskan misinformasi.
Untuk meluruskan mitos menjadi informasi yang benar dibutuhkan strategi. Ada pun empat strategi yang dapat dilakukan adalah:
– Mulai dengan pernyataan fakta. Vaksin COVID-19 aman dan efektif.
– Beri isyarat bahwa kalimat selanjutnya adalah misinformasi. Misalnya, “Ada satu hal keliru tentang (mitos).”
– Sebutkan kekeliruan (mitos) yang sedang ditanggapi.
– Tutup dengan fakta. Tunjukkan alasan mitos tersebut tidak benar.
“Hal yang terpenting adalah menggantikan misinformasi dengan informasi yang benar,” tegas Dr. Omer.
- Asumsikan mereka akan menerima vaksin
Gunakan metode komunikasi presumtif, yakni pendekatan komunikasi dengan membuat pernyataan atau presumsi (dugaan) telah terbukti berhasil di lingkungan klinik kesehatan dan bisa jadi juga efektif dalam komunikasi antarpribadi.
Contoh metode ini adalah “Yuk, kita vaksinasi!”
Menurut Dr. Omer, dalam situasi ini, kita tidak mengambil alih otonomi seseorang terhadap dirinya, melainkan menetapkan suatu keadaan secara lisan.
- Jangan berkecil hati
Tidak dapat dipungkiri, berdiskusi dengan orang yang skeptis terhadap vaksin COVID-19 akan membutuhkan waktu yang panjang dan kesabaran. Pasalnya, upaya mengubah pikiran seseorang yang ragu terhadap vaksin adalah proses yang panjang.
Namun, satu hal yang harus diingat bahwa secara umum, orang-orang yang menolak vaksin dengan keras tidak akan berubah hanya melalui satu kali diskusi. “Kuncinya adalah dengan tetap menjalin hubungan baik dengan mereka,” ucap Dr. Omer.
Jika semua upaya telah dilakukan namun belum berhasil, itu bukanlah salah Anda. Yang terpenting telah berusaha dengan maksimal untuk kebaikan bersama. Jangan menyerah dan tetap edukasi mereka-mereka yang ragu terhadap vaksin demi hidup damai berdampingan dengan COVID-19.
[KOMINFO/RDJS/YOY]